16
ةراقبلا
227:2 Artinya: “Dan jika mereka berazam bertetap hati untuk talak, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”QS. Al-Baqarah: 227
d. Dari hadits nabi Muhammad SAW.
هِلللِآوَ هِيْلَعَ هُللا ىلّص َ
ي ّ بِنّلا ن
ِ ع َ رَمَعُ نِبْا نْعَوَ
ل ّ لجَوَ زّلعَ هِلللا ىللَإِ لِل
َ حَلْا ض ُ
لغَبْأَ ل َ اَق م
َ لّس َ وَ
دانللسإب ةللجام نللباو دواد وللبأ هاور ق ُ ل
َ ط ّ لا
حيحص
30
Artinya: “Dan dari Ibnu Umar, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah ‘Azza
wa Jalla adalah talak.” HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih
e. Ijma’ Para ulama sepakat membolehkan talak.
31
Hikmah dibolehkannya talak itu adalah karena dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang
menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan
30
Imam Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Sajastani al-Azdi, Sunan Abi Daud, Beirut: Dar Ibn Hazm, 1998, Cet. 1, h. 334.
31
Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga,. h. 208.
17
rumah tangga itu.
32
Karena walaupun perbuatan ini dibenci oleh Allah, akan tetapi perbuatan ini tetap dibolehkan untuk menghindari dan
menghilangkan berbagai hal negatif dalam rumah tangga. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, masalah
perceraian ini diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada Pasal 38 sampai dengan Pasal 41 dan juga terdapat
dalam Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 113 sampai dengan Pasal 148.
B. Jenis dan Alasan Perceraian
1.
Jenis Perceraian
a. Cerai Talak Cerai talak ini adalah cerai yang datang atas inisiatif dari pihak
suami. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 117 diterangkan bahwa, “Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang
menjadi salah satu sebab putusnya hubungan perkawinan dengan cara sebagaimana pasal 129, 130, 131.”
33
b. Cerai Gugat Cerai gugat adalah cerai yang inisiatifnya datang dari pihak istri.
Dalam Islam cerai seperi ini dikenal dengan istilah khulu’. Khulu adalah
32
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, Bogor: Kencana, 2003, cet. 1.,
h. 127.
33
Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 117
18
perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan tebusan atau iwadh kepada dan atas persetujuan suaminya.
34
Hukum Islam memberi jalan kepada istri yang menghendaki perceraian dengan
mengajukan khulu’, sebagaimana hukum Islam memberi jalan kepada suami untuk menceraikan istrinya dengan jalan talak.
35
Dalam istilah sehari-hari khulu’ biasa di sebut dengan thalaq tebus atau gugat cerai.
36
Menurut bahasa, kata khulu’ berarti tebusan.
37
Karena istri meminta cerai kepada suaminya dengan membayar tebusan atau
imbalan.
38
Menurut istilah syariat, khulu’ adalah perpisahan wanita dengan ganti dan dengan kata-kata khusus.
39
Dalam khulu ganti rugi dari
34
Lihat KHI Pasal 1 huruf i. Lihat juga A. Mukti Arto, Praktek Perkara
Perdata Pada Pengadilan Agama, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003, Cet. V, h. 234.
35
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008 h. 220.
36
Zurinal. Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, cet. Ke-1, h. 261.
37
Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 305.
38
A. Fuad, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna,
1994, h. 96.
39
Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut
Al-Quran Dan As-Sunnah. Penerjemah Faisal Saleh Dan Yusuf Hamdani Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009, Cet ke-2, h. 340.
19
pihak istri merupakan unsur penting. Unsur inilah yang membedakannya dengan cerai biasa.
40
Talak tebus ini boleh dilakukan baik sewaktu suci maupun sewaktu haid, karena biasanya talak tebus itu terjadi dari kehendak dan kemauan si
istri.
41
Dasar dari khulu’, adalah firman Allah,
ةراقبلا
229:2 Artinya:“Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari
yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah,
Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang
yang zalim.” QS. Al-Baqarah: 229
40
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1994 cet. Ke-3, jilid 5, h. 57.
41
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, h. 409.