Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
1. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin
menjadikannya istri. 2.
Akad nikahnya dihadiri para saksi.
8
Bagi Ulama Hanafiah akad nikah membawa konsekuensi bahwa suami istri berhak memiliki kesenangan mik al mut’ah dari istrinya, dari Ulama
Malikiyah akad nikah membawa akibat pemilikan bagi suami untuk mendapatkan kelezatan talazuz dari istrinya. Sedangkan bagi ulama Syafi’iyah akad
membawa akibat suami memiliki kesempatan untuk melakukan jima’ bersetubuh dengan istrinya.
9
Akibat ikatan pernikahan ini, maka lahirlah hak dan kewajiban yang harus dijalani oleh suami dan juga istri. Hak ialah sesuatu yang harus diterima.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan.
10
Keseimbangan dalam menjalankan kedua hal ini merupakan kunci untuk menuju keluarga yang
harmonis. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawwadah wa rahmah.
11
8
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. h.49.
9
Abdu Ar Rahman Al Jaziri, Kitab al Fiqh ‘Ala Al Ma’zahib Al Arba’ah, Dar
Al Fikr, Beirut, 1969, h.2-3.
10
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. 1. h.1006.
11
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, h.155.
4
Dalam menjalani bahtera rumah tangga yang diidamkan tidak selamanya berjalan harmonis, karena banyak sekali halangan dan rintangan yang akan
menghadang di depannya nanti yang memungkinkan pasangan suami istri untuk mengakhiri perkawinan tersebut akibat tidak mampu menghadapi permasalahan
yang datang tersebut. Hal ini karena sudah tidak dapat lagi dipertahankan lagi lebih lama, ditinjau dari beberapa sudut, mereka lebih baik putuskan
perkawinannya daripada dilangsungkan terus.
12
Oleh karena itu, pasangan suami istri harus menjadi sebuah tim yang kompak untuk mengatasi masalah tersebut.
Jangan sampai setiap permasalahan yang datang di hadapi dengan emosi sehingga bukannya menyelesaikan permasalahan tapi malah menghasilkan permasalahan
baru. Pada umumnya yang menimbulkan perselisihan dan percekcokan dalam
rumah tangga itu karena salah satu pihaknya tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, mereka tidak saling menghargai, tidak saling menghormati, tidak
saling pengertian antara sesama mereka dalam rumah tangganya.
13
Sebab yang mendasar adalah keduanya hidup dalam satu tempat selama dua puluh empat jam
sehari semalam. Keduanya selalu bersama-sama meniti kehidupan rumah tangga,
12
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Asas-Asas Hukum Perkawinan di
Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1987 , Cet. Ke-1. h.175.
13
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga. Jakarta: CV.Pedoman
Ilmu Jaya, 1993. h.37.
5
maka tidak heran, jika mereka selalu menemukan perbedaan pendapat dalam berbagai hal.
14
Akibatnya, dalam sebuah keluarga mudah sekali terjadi perselisihan dan percekcokan yang membuat mereka berfikir untuk mengakhiri pernikahan mereka
dengan jalan perceraian. Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara laki-laki dengan
perempuan sehingga mengakibatkan berakhirnya hubungannya sebagai suami istri. Perceraian itu dapat dilakukan atas kehendak dari suami atau dari pihak istri.
Permohonan cerai yang dilakukan atas kehendak suami dinamakan talak, dan permohonan cerai yang berasal dari pihak istri dinamakan khulu’.
Hak talaq ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi suami dalam melangsungkan situasi rukun damai dalam kehidupan
rumah tangga.
15
Talak secara bahasa memutuskan ikatan, secara syara’ memutuskan ikatan pernikahan atau memutuskan akad nikah dengan lafaz talak
atau sejenisnya atau menghilangkan ikatan nikah dalam keadaan apapun dan dimanapun dengan lafaz yang ditentukan khusus.
16
Talak yang dijatuhkan
14
Syaikh Abdul Aziz Bin Abdurrahman Al-Musnad, Perkawinan dan
Masalahnya. Penerjemah Musifin As’ad dan Salim Basyarahil. Jakarta: Pustaka Al-kautsar,1993, cet. II. h.15.
15
Ahmad Khuzari, Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995, h.118-119.
16
Wahbah Zuhaili, al- Fiqh al- Islam Wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr,
1989, Juz 7. h.356.
6
seorang suami kepada istrinya harus memilik alasan yang sesuai, agar talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya tidak terkesan semena-mena.
Talak adalah sesuatu yang halal yang dibenci Allah Swt, tetapi ada talak yang dijatuhkan oleh seorang suami yang tidak dibenci oleh Allah SWT
disebabkan oleh tindakan dan perilaku pasangannya: 1.
Istrinya diketahui berbuat zina; 2.
Istrinya berbuat nusyuz dan sudah berkali-kali dikasih peringatan; 3.
Istrinya suka mabuk, penjudi, bertindak tanduk yang bisa merugikan lingkungan sekitarnya; dan
4. Istrinya susah diajak kerja sama dalam membina rumah tangga
yang lebih damai dam tentram, mau menang sendiri, kurang menghargai peran suami, dan sebagainya.
17
Tapi dengan seiring berjalannya waktu, faktor-faktor yang menyebabkan suami mejatuhkan talak kepada istrinya menjadi lebih kompleks dari biasanya,
yaitu seperti penyimpangan seksual yang dilakukan oleh istri yang penulis temukan dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur yang menyatakan
bahwa istri memiliki penyimpangan seksual, yaitu menyukai sesama jenis atau lesbian. Oleh karena itu penulis tergerak untuk meneliti hal tersebut ke dalam
sebuah skripsi. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengambil
17
Mohammad Asmawi. Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan,
Yogyakarta: Darussalam, 2004, Cet. I. h.234.
7
permasalahan ini sebagai skripsi dengan judul “LESBI SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur No.
207Pdt.G2009PAJT”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membahas tentang perceraian, alasan perceraian, akibat perceraian, hikmah perceraian, alasan hakim dalam memutuskan perkara,
pandangan fiqh dan hukum positif terhadap lesbi, alasan seseorang bisa menjadi lesbi dan akibatnya, serta alasan diterimanya lesbi sebagai pemicu
perceraian pada Pengadilan Agama Jakarta Timur. 2.
Perumusan Masalah Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 116, perceraian tidak dapat terjadi
karena alasan lesbi. Tapi kenyataannya, dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan perkara No.207Pdt.G2009PAJT, pemohon dalam mengajukan
permohonan cerainya, menyatakan lesbi sebagai salah satu alasan perceraian. Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:
1. Apakah penyimpangan seksual yang dialami oleh istri bisa dijadikan
sebagai alasan perceraian? 2.
Bagaimana hukum Islam dan hukum positif memandang lesbi? 3.
Apa pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut?