Jenis dan Alasan Perceraian
19
pihak istri merupakan unsur penting. Unsur inilah yang membedakannya dengan cerai biasa.
40
Talak tebus ini boleh dilakukan baik sewaktu suci maupun sewaktu haid, karena biasanya talak tebus itu terjadi dari kehendak dan kemauan si
istri.
41
Dasar dari khulu’, adalah firman Allah,
ةراقبلا
229:2 Artinya:“Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari
yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah,
Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang
yang zalim.” QS. Al-Baqarah: 229
40
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1994 cet. Ke-3, jilid 5, h. 57.
41
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, h. 409.
20
ءاسنلا
128:4 Artinya: ”Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak
acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian
itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik
dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” QS. An-Nisa: 128
2.
Alasan Perceraian
Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau istri mempergunakannya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali
perkawinan.
42
Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang dapat memicu terjadinya perceraian yaitu:
43
a. Terjadinya nusyuz dari pihak isteri
42
Taufiqurrohman, Pengaruh Wanita Karir Terhadap Perceraian, Skripsi S1,
fakultas syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta, h. 45.
43
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di
Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU no.174, sampai KHI, h. 209-214.
21
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya. Hal ini dapat terjadi dalam bentuk pelanggaran
perintah, penyelewengan dan hal-hal yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga. Mengenai hal ini Al-Quran memberikan
petunjuk agar tidak terjadi perceraian, yaitu:
ءاسنلا
34:4 Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar. An-Nisa’: 34
Berangkat dari surah an-Nisa ayat 34 al-Qur’an memberikan opsi sebagai berikut:
1 Isteri diberi nasihat dengan cara yang ma’ruf agar ia segera sadar terhadap kekeliruan yang dibuatnya.
2 Pisah ranjang. Cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi isteri dan dalam kesendiriannya tersebut ia dapat melakukan koreksi diri
terhadap kekeliruannya.
22
3 Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah memberi hukuman fisik dengan cara memukulnya. Penting untuk dicatat,
yang boleh dipukul hanyalah bagian yang tidak membahayakan si isteri seperti betisnya.
b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami Nusyuz tidak hanya dapat terjadi dan dilakukan oleh isteri, suami juga
dapat berlaku nusyuz. Selama ini sering disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak isteri saja. Padahal al-Quran menyebutkan adanya nusyuz
dari suami sesuai dengan ayat al-Quran:
ءاسنلا
128:4 Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak
acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian
itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik
dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” QS. An-Nisa’: 128
Kemungkinan nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya pada isteri, baik nafkah lahir
maupun nafkah bathin. c. Terjadinya Syiqaq
Jika dua kemungkinan di atas menggambarkan salah satu pihak nusyuz sedangkan pihak lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang
ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam syiqaq percekcokan,
23
misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini al-Quran memberi petunjuk:
ءاسنلا
35:4 Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” QS. An-Nisa’: 35
Dari ayat di atas jelas sekali aturan Islam dalam menangani problema kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya hakam arbitrator dari masing-
masing pihak dikarenakan para perantara itu akan lebih mengetahui karakter, sifat keluarga sendiri.
d. Terjadinya salah satu pihak berbuat zina Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, yang mana menimbulkan
saling tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah dengan membuktikan tuduhan yang didakwakan dengan li’an. Li’an sesungguhnya
telah memasuki “gerbang putusnya” perkawinan dan bahkan untuk selama- lamanya karena akibat li’an adalah terjadinnya talak ba’in kubra.
Selain itu, dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh alasan-alasan sebagai berikut:
44
44
Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, Surabaya: Bina
Ilmu,1980, h. 89.
24
1 Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suaasan rumah tangga, tidak ada lagi rasa kasih saying yang merupakan tujuan dan
hikmah dari perkawinan. 2 karena salah satu pihak berpindah agama murtad.
3 Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama. 4 Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak berapologi
dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri. 5 Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri.
6 Suami melanggar janji yang pernah di ucapkan sewaktu akad pernikahan taklik talak.
Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 116 juga menyatakan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan sebagai berikut:
1 salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,penjudi dan lain sebagaianya yang sukar disembuhkan;
2 salah satu pihak lain selama 2 dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuanya.
3 Salah satu pihak mendapatkan hukuman mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4 Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain.
25
5 Salah satu pihak mendapatkan cacad badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
6 Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan peertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
7 Suami melanggar taklik-talak. 8 Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
45
Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan juga menyatakan
alasan yang dapat menyebabkan perceraian adalah sebagai berikut: 1 Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat,
penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; 2 Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;
3 Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
4 Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain;
45
Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 116
26
5 Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiisteri;
6 Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
46