Pengertian pembuktian secara luas adalah membenarkan hubungan hukum. Soepomo berpendapat bahwa:
“... misalnya apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat, pengabulan itu mengandung arti bahwa hakim menarik kesimpulan yaitu apa yang
dikemukakan oleh penggugat sebagai hubungan hukum antara penggugat dengan tergugat adalah benar. Berhubung dengan itu membuktikan dalam
arti yang luas adalah memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah”
1
Hakim tidak dapat menolak suatu perkara dengan alasan tidak tahu atau kurang jelas tentang hukumnya, dalam hal ini hakim dianggap sudah mengetahu peraturan–
peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis, hakim diwajibkan untuk menggali, memahami dan mengikuti nilai–nilai yang hidup dalam masyarakat.
“Salah satu tugas hakim ialah menyelidiki apakah hubungan yang menjadi dasar perkara benar-benar ada atau tidak. Hubungan inilah yang harus terbukti dimuka hakim
dan tugas kedua belah pihak yang berperkara ialah memberi bahan-bahan bukti yang diperlukan oleh hakim.”
2
2. Beban Pembuktian
Tugas hakim dalam memeriksa suatu perkara yang diajukan kepadanya harus memperhatikan dan melindungi kepentingan–kepentingan para pihak yang berperkara.
1
Nica, Op Cit, hlm.8.
2
M.Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta,2003, hlm.36
Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007.
USU e-Repository © 2008
Hal ini berarti bahwa kepentingan suatu pihak yang berperkara tidak boleh dirugikan oleh pihak yang lain dan sebaliknya.
Dalam menjalankan tugasnya tersebut hakim tidak boleh begitu saja memberikan kepada salah satu pihak suatu kewajiban pembuktian, karena apabila dengan tanpa
pertimbangan yang sungguh–sungguh memberikan suatu kewajiban untuk membuktikan sesuatu hal kepada salah satu pihak yang berperkara akan dapat menimbulkan kerugian
pada pihak yang dibebani tersebut. Dalam hal pembuktian apabila salah satu pihak diberi kewajiban untuk
membuktikan sesuatu hal ternyata tidak dapat membuktikan, maka pihak yang tidak dapat membuktikan itu dikalahkan. Hal ini untuk menjamin para pihak yang berperkara
untuk tidak dirugikan. “Membuktikan dimaksudkan sebagai meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-
dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.”
3
Suatu pihak tidak selalu dapat membuktikan sesuatu yang benar, dan dimungkinkan seseorang membuktikan sesuatu yang tidak benar, maka masalah beban
pembuktian dalam sidang di Pengadilan akan menentukan jalannya sidang dan sekaligus menentukan hasil perkara.
Berdasarkan hal tersebut maka yang dimaksud dengan masalah beban pembuktian adalah masalah yang dapat menentukan jalannya pemeriksaan perkara dan menentukan
hasil perkara, yang pembuktiannya itu harus dilakukan oleh para pihak dengan jalan
3
M.Nur Rasaid, Op Cit, hlm. 36.
Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007.
USU e-Repository © 2008
mengajukan alat–alat bukti dan hakimlah yang akan menentukan pihak mana yang harus membuktikan serta kebenaran yang mana yang menjadi dasar untuk mengambil putusan
akhir. Beban pembuktian diatur dalam Pasal 1865 KUHPerdata dan Pasal 163 H.I.R.,
dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mendalilkan sesuatu hak atau kejadian untuk meneguhkan haknya itu harus membuktikan adanya hak atau
peristiwa tersebut. Ketentuan tersebut diatas tidak mutlak digunakan oleh hakim dalam menentukan
beban pembuktian karena pada suatu kondisi yang nyata dan konkrit tidak hanya pada salah satu pihak saja yang harus membuktikan, melainkan kedua belah pihak harus pula
mempunyai alasan–alasannya. Dalam praktek dapat diambil kesimpulan bahwa apabila ada peristiwa yang
menimbulkan sesuatu hak harus dibuktikan oleh yang menuntut hak itu, sedangkan peristiwa yang menghapuskan hak harus dibuktikan oleh pihak yang menyangkal hak
tersebut. Contohnya bahwa harta warisan yang belum dibagi itu merupakan peristiwa yang menghapuskan hak, baik pihak yang menuntut maupun yang menyangkal harus
menyertakan jawabannya dengan alasan–alasan yang dapat diterima kebenarannya oleh hakim.
Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi dasar dari pembagian beban pembuktian adalah keseimbangan kepentingan para pihak yang berperkara.
Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007.
USU e-Repository © 2008
3. Pembuktian Dalam Perkara Perdata Dan Dalam Perkara Pidana