Beban Pembuktian Tinjauan Umum Tentang Pembuktian 1. Pengertian Pembuktian

Pengertian pembuktian secara luas adalah membenarkan hubungan hukum. Soepomo berpendapat bahwa: “... misalnya apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat, pengabulan itu mengandung arti bahwa hakim menarik kesimpulan yaitu apa yang dikemukakan oleh penggugat sebagai hubungan hukum antara penggugat dengan tergugat adalah benar. Berhubung dengan itu membuktikan dalam arti yang luas adalah memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah” 1 Hakim tidak dapat menolak suatu perkara dengan alasan tidak tahu atau kurang jelas tentang hukumnya, dalam hal ini hakim dianggap sudah mengetahu peraturan– peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis, hakim diwajibkan untuk menggali, memahami dan mengikuti nilai–nilai yang hidup dalam masyarakat. “Salah satu tugas hakim ialah menyelidiki apakah hubungan yang menjadi dasar perkara benar-benar ada atau tidak. Hubungan inilah yang harus terbukti dimuka hakim dan tugas kedua belah pihak yang berperkara ialah memberi bahan-bahan bukti yang diperlukan oleh hakim.” 2

2. Beban Pembuktian

Tugas hakim dalam memeriksa suatu perkara yang diajukan kepadanya harus memperhatikan dan melindungi kepentingan–kepentingan para pihak yang berperkara. 1 Nica, Op Cit, hlm.8. 2 M.Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta,2003, hlm.36 Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008 Hal ini berarti bahwa kepentingan suatu pihak yang berperkara tidak boleh dirugikan oleh pihak yang lain dan sebaliknya. Dalam menjalankan tugasnya tersebut hakim tidak boleh begitu saja memberikan kepada salah satu pihak suatu kewajiban pembuktian, karena apabila dengan tanpa pertimbangan yang sungguh–sungguh memberikan suatu kewajiban untuk membuktikan sesuatu hal kepada salah satu pihak yang berperkara akan dapat menimbulkan kerugian pada pihak yang dibebani tersebut. Dalam hal pembuktian apabila salah satu pihak diberi kewajiban untuk membuktikan sesuatu hal ternyata tidak dapat membuktikan, maka pihak yang tidak dapat membuktikan itu dikalahkan. Hal ini untuk menjamin para pihak yang berperkara untuk tidak dirugikan. “Membuktikan dimaksudkan sebagai meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil- dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.” 3 Suatu pihak tidak selalu dapat membuktikan sesuatu yang benar, dan dimungkinkan seseorang membuktikan sesuatu yang tidak benar, maka masalah beban pembuktian dalam sidang di Pengadilan akan menentukan jalannya sidang dan sekaligus menentukan hasil perkara. Berdasarkan hal tersebut maka yang dimaksud dengan masalah beban pembuktian adalah masalah yang dapat menentukan jalannya pemeriksaan perkara dan menentukan hasil perkara, yang pembuktiannya itu harus dilakukan oleh para pihak dengan jalan 3 M.Nur Rasaid, Op Cit, hlm. 36. Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008 mengajukan alat–alat bukti dan hakimlah yang akan menentukan pihak mana yang harus membuktikan serta kebenaran yang mana yang menjadi dasar untuk mengambil putusan akhir. Beban pembuktian diatur dalam Pasal 1865 KUHPerdata dan Pasal 163 H.I.R., dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mendalilkan sesuatu hak atau kejadian untuk meneguhkan haknya itu harus membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut. Ketentuan tersebut diatas tidak mutlak digunakan oleh hakim dalam menentukan beban pembuktian karena pada suatu kondisi yang nyata dan konkrit tidak hanya pada salah satu pihak saja yang harus membuktikan, melainkan kedua belah pihak harus pula mempunyai alasan–alasannya. Dalam praktek dapat diambil kesimpulan bahwa apabila ada peristiwa yang menimbulkan sesuatu hak harus dibuktikan oleh yang menuntut hak itu, sedangkan peristiwa yang menghapuskan hak harus dibuktikan oleh pihak yang menyangkal hak tersebut. Contohnya bahwa harta warisan yang belum dibagi itu merupakan peristiwa yang menghapuskan hak, baik pihak yang menuntut maupun yang menyangkal harus menyertakan jawabannya dengan alasan–alasan yang dapat diterima kebenarannya oleh hakim. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi dasar dari pembagian beban pembuktian adalah keseimbangan kepentingan para pihak yang berperkara. Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008

3. Pembuktian Dalam Perkara Perdata Dan Dalam Perkara Pidana