Legalisasi dan Waarmerking FUNGSI LEGALISASI DAN WAARMERKING ATAS AKTA YANG DIBUAT DI

“ Barangsiapa dalam hal–hal yang menurut peraturan undang–undang menuntut suatu keterangan itu membawa akibat bagi hukum dengan sengaja memberikan keterangan palsu, yang ditanggung dengan sumpah, baik dengan lisan atau dengan tulisan, maupun oleh dia sendiri atau oleh kuasanya yang istimewa ditunjuk untuk itu, dihukum penjara selama– lamanya tujuh tahun.” Selain alat–alat bukti tersebut diatas RBg mengenal juga beberapa alat bukti yang dinamakan hasil pemeriksaan setempat, hal ini dinyatakan dalam Pasal 180 RBg ayat 1 yaitu : “Ketua sidang dapat apabila menganggap perlu atau berguna, mengangkat satu atau dua orang hakim anggota dari majelis, untuk dibantu oleh panitera, melakukan pemeriksaan atau penelitian setempat, akan hal-hal yang kiranya dapat memberikan penerangan kepada hakim” 27 Pasal 181 RBg menyatakan : 28 “ Jika Pengadilan berpendapat bahwa perkaranya akan dapat lebih jelas dengan suatu pemeriksaan atau peninjauan oleh seorang ahli, maka ia dapat atas permintaan para pihak atau karena jabatan mengangkat ahli tersebut.”

B. Legalisasi dan Waarmerking

Mengenai legalisasi dalam Pasal 1874 KUHPerdata menyatakan: 27 Hari Sasangka dan Ahmad Rifai, Loc Cit, hlm.84. . 28 Ibid, hlm. 134. Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008 Sebagai tulisan–tulisan di bawah tangan dianggap akta–akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat–surat, register–register, surat– surat urusan rumah tangga dan lain–lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai umum. Dengan penandatnaganan sepucuk tulisan di bawah tangan dipersamakan suatu cap jempol, dibubuhi dengan suatu pernyataan yang bertanggal dari seorang notaris atau seorang pegawai lain yang ditunjuk oleh undang–undang darimana ternyata bahwa ia mengenal si pembubuh cap jempol, atau bahwa orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan kepada orang itu, dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan dihadapan pegawai umum. Pegawai ini harus membukukan tulisan tersebut. Dengan undang–undang dapat diadakan aturan–aturan lebih lanjut tentang pernyataan dan pembukuan termaksud. 29 Definisi di atas mengandung pengertian bahwa akta yang diperbuat oleh para pihak yang dibubuhi dengan tandatangan tersebut, mendapat pengesahannya dari notaris atau pejabat yang berwenang untuk itu. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa dengan dilegalisasinya surat di bawah tangan itu, surat itu memperoleh kedudukan sebagai akta otentik. Dengan kata lain surat itu dianggap seolah-olah dibuat oleh atau dihadapan notaris. Surat dibawah tangan sekalipun telah mendapat legalisasi dari notaris tetaplah merupakan surat yang dibuat di bawah tangan. 30 “ Legalisasi adalah pengesahan surat yang dibuat di bawah tangan.” 31 Wewenang untuk legalisasi dan waarmerking surat–surat di bawah tangan tidak hanya diberikan kepada notaris, akan tetapi juga kepada beberapa pejabat lainnya, seperti Ketua Pengadilan Negeri, Walikota dan Bupati. 32 Legalisasi adalah pengesahan dari surat–surat yang dibuat di bawah tangan dalam mana semua pihak yang membuat surat tersebut datang dihadapan notaris, dan notaris 29 R.Subekti, Op Cit, hlm. 476. 30 Wawancara dengan Henry Sinaga, Notaris di Pematang Siantar pada tanggal 20 Maret 2007 31

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafka, 2005, hlm. 597.