Bukti Sumpah Alat-Alat Bukti

e. Bukti Sumpah

Pernyataan atau keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak dalam persengketaan dalam suatu sidang dihadapan hakim, dimana keterangan atau pernyataan itu dikuatkan atas dasar nama Tuhan adalah bentuk dari sumpah. Bukti sumpah ini diatur dalam Pasal 182, 183, 184. 185,314 RBg dan Pasal 1929 sampai dengan Pasal 1945 KUHPerdata. Sudikno Mertokusumo menyatakan: “Sumpah pada umumnya adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat mahakuasa daripada Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh–Nya.” 23 Dalam Perkara perdata sumpah yang diangkat salah satu pihak di muka hakim itu ada dua macam : “1. Sumpah yang diperintahkan oleh hakim diatur dalam Pasal 1940–1943 KUH Perdata; 2. Sumpah yang dimohonkan oleh pihak lawan diatur dalam Pasal 1930 – 1939 KUH Perdata disebut juga sumpah pemutus atau decisoir.” 24 Dalam HIR terdapat 3 macam sumpah sebagai alat bukti yaitu : a. Sumpah pelengkap suppletoir 23 Sudikno Mertokusumo, Op Cit, hlm. 155. 24 Teguh Samudera, Op Cit, hlm. 95 Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008 Sumpah suppletoir atau pelengkap adalah sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak untuk melengkapi pembuktian peristiwa yang menjadi sengketa sebagai dasar putusannya. b. Sumpah pemutus yang bersifat menentukan decisoir Sumpah decisoir atau pemutus adalah sumpah yang dibebankan atas permintaan salah satu pihak kepada lawannya. Pihak yang minta lawannya untuk mengucapkan sumpah disebut deferent, sedangkan pihak yang harus bersumpah disebut delaat. c. Sumpah penaksiran aestimator Sumpah penaksiran yaitu sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada Penggugat untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian. 25 Bukti Sumpah tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyelesaikan suatu perselisihan atau sengketa, pihak–pihak yang menolak mengangkat sumpah dapat dikalahkan dalam perselisihan tersebut. Bila seseorang telah disumpah maka tidaklah boleh diberikan kepada pihak lawan perkaranya untuk berusaha membuktikan bahwa orang yang bersumpah itu berbohong. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1936 KUH Perdata yang menyatakan: “ Apabila seorang yang telah diperintahkan melakukan sumpah pemutus, atau seorang yang kepada sumpahnya telah dikembalikan pemutusan perkaranya, sudah mengangkat sumpahnya, maka tak dapatlah pihak lawan diterima untuk membuktikan kepalsuan sumpah itu .” 26 Seseorang yang telah melakukan sumpah palsu dapat dikenakan hukuman yang tercantum dalam Pasal 242 KUH Pidana yang menyatakan : 25 Sudikno Mertokusumo, Op Cit, hlm. 155-157. 26 R. Subekti, Loc Cit, hlm. 488. Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008 “ Barangsiapa dalam hal–hal yang menurut peraturan undang–undang menuntut suatu keterangan itu membawa akibat bagi hukum dengan sengaja memberikan keterangan palsu, yang ditanggung dengan sumpah, baik dengan lisan atau dengan tulisan, maupun oleh dia sendiri atau oleh kuasanya yang istimewa ditunjuk untuk itu, dihukum penjara selama– lamanya tujuh tahun.” Selain alat–alat bukti tersebut diatas RBg mengenal juga beberapa alat bukti yang dinamakan hasil pemeriksaan setempat, hal ini dinyatakan dalam Pasal 180 RBg ayat 1 yaitu : “Ketua sidang dapat apabila menganggap perlu atau berguna, mengangkat satu atau dua orang hakim anggota dari majelis, untuk dibantu oleh panitera, melakukan pemeriksaan atau penelitian setempat, akan hal-hal yang kiranya dapat memberikan penerangan kepada hakim” 27 Pasal 181 RBg menyatakan : 28 “ Jika Pengadilan berpendapat bahwa perkaranya akan dapat lebih jelas dengan suatu pemeriksaan atau peninjauan oleh seorang ahli, maka ia dapat atas permintaan para pihak atau karena jabatan mengangkat ahli tersebut.”

B. Legalisasi dan Waarmerking