Bukti Pengakuan Alat-Alat Bukti

Persangkaan yang berdasarkan undang–undang misalnya dalam Pasal 250 KUHPerdata dimana terhadap anak-anak yang dilahirkan atau diperoleh didalam perkawinan dianggap memperoleh si suami sebagai bapaknya. Persangkaan menurut kenyataan ditentukan dalam Pasal 1922 KUH Perdata yang menyatakan : Persangkaan–persangkaan yang tidak berdasarkan undang–undang sendiri, diserahkan kepada pertimbangan dan kewaspadaan hakim, yang namun itu tidak boleh memperhatikan persangkaan–persangkaan lain selainnya yang penting, teliti dan tertentu dan sesuai satu sama lain. Persangkaan– persangkaan yang demkian hanyalah boleh dianggap dalam hal–hal dimana undang–undang mengizinkan pembuktian dengan saksi– saksi, begitu pula apabila dimajukan suatu bantahan terhadap suatu perbuatan atau suatu akta, berdasarkan alasan adanya itikad buruk atau penipuan. 19 Di sini hakim hanya boleh memperhatikan persangkaan yang penting, tertentu dan dengan teliti serta yang satu sama lainnya saling berhubungan dan memiliki kecocokan. Persangkaan–persangkaan tersebut hanya boleh diperhatikan hakim sepanjang undang–undang tidak melarang pembuktian dengan saksi, begitu pula jika terjadi perlawanan yang berdasarkan adanya itikad buruk atau penipuan terhadap perbuatan atau adanya akta tersebut.

d. Bukti Pengakuan

Pengakuan diatur dalam Pasal 311 RBg, Pasal 1925 sampai dengan Pasal 1928 KUHPerdata. 19 Ibid, hlm.486. Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008 Menurut Pitlo, yang dimaksud dengan pengakuan sebagai berikut : 20 “ Pengakuan adalah keterangan sepihak dari salah satu pihak dalam suatu perkara, dimana ia mengakui apa yang dikemukakan oleh pihak lawan atau sebahagian dari apa yang dikemukakan oleh pihak lawan.” Pengakuan merupakan bukti sempurna terhadap yang melakukannya baik secara pribadi maupun diwakilkan khusus, artinya disini pengakuan tidak hanya sekedar alat bukti sempurna saja tetapi merupakan alat bukti yang bersifat menentukan yang tidak dapat memungkinkan pembuktian dari pihak lawan. Berdasarkan hal tersebut apabila Tergugat mengakui tuntutan Penggugat, maka hakim harus mengabulkan tuntutan Penggugat, dengan adanya pengakuan dari Tergugat tersebut. Hakim tidak boleh menyandarkan pada keyakinannya, hal inipun mengakibatkan terbebasnya penggugat untuk membuktikan selanjutnya. Pembuktian hanya perlu diadakan terhadap dalil–dalil yang dibantah atau disangkal, bahkan apabila semua dalil yang dikemukakan itu diakui, hal ini berarti tidak ada perselisihan. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 311 RBg yang menyatakan sebagai berikut: “ Pengakuan yang diucapkan dihadapan hakim, cukup menjadi bukti untuk memberatkan orang yang mengaku itu baik pengakuan itu diucapkan 20 Teguh Samudera, Op Cit, hlm. 83. Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008 sendiri, baik dengan pertolongan orang lain, yang istimewa dikuasakan untuk melakukan itu.” 21 Mengenai pengakuan ini pada dasarnya tidak dapat ditarik kembali kecuali dibuktikan bahwa pengakuan itu adalah kekhilafan menganai hal–hal yang terjadi. Dengan adanya pengakuan dari salah satu pihak maka hakim tidak lagi dapat memberikan pendapatnya terhadap persoalan tersebut atau menyelidiki kebenaran pengakuan itu karena dengan adanya pengakuan maka persengketaan telah selesai. Apabila pengakuan sudah dilakukan dimuka hakim, maka apa yang diakui tidak dapat lagi ditarik kembali atau dicabut kecuali bila pengakuan yang diberikan adalah akibat dari kekhilafan mengenai hal-hal yang terjadi. Hal ini diatur dalam Pasal 1926 KUH Perdata. Mengenai pengakuan ini ilmu pengetahuan membaginya menjadi 3 tiga bagian : 1. Pengakuan murni ialah pengakuan yang sifatnya sederhana dan sesuai sepenuhnya dengan tuntutan pihak lawan. 2. Pengakuan dengan kualifikasi adalah pengakuan yang disertai dengan sangkalan terhadap sebagian dari tuntutan. 3. Pengakuan dengan klausula adalah suatu pengakuan yang disertai dengan keterangan tambahan yang bersifat membebaskan. 22 21 Hari Sasangka dan Ahmad Rifai,Op Cit, 2005, hlm.116. 22 Teguh Samudera, Op Cit, hlm. 88. Merry Natalia Sinaga: Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Di Legalisasi Dan Registrasi Oleh Notaris, 2007. USU e-Repository © 2008

e. Bukti Sumpah