2.5. Penilaian Status Gizi Balita
Pertumbuhan dan perkembangan balita dapat diartikan menyangkut semua kemajuan yang dicapai oleh tubuh manusia baik dari segi jasmani, mental dan
intelektual, mulai dari masa konsepsi sampai dewasa. Pertumbuhan berarti bertambah besar ukuran fisik sebagai akibat perbanyakan dan pembesaran sel
dalam tubuh manusia. Sedangkan perkembangan berarti meningkatnya keterampilan dan fungsi yang kompleks dari seseorang.
Pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada balita jika dikaitkan dengan gizi diperlukan tinjauan dari keadaaan gizi ibu sejak masa kehamilan. Masa
hamil seorang ibu membutuhkan zat gizi yang lebih besar dari biasanya karena pada masa ini, zat gizi diperlukan bukan hanya untuk keperluan si ibu saja
tetapi juga janin yang sedang dikandungnya. Apabila pada masa hamil seorang ibu kurang mengkonsumsi zat gizi sesuai dengan kebutuhannya bisa berakibat
tidak baik bagi kesehatannya dan janin yang sedang dikandungnya Departemen Kesehatan RI, 1985.
Dalam menilai status gizi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu Supariasa dkk, 2002:
a. Secara biokimia, yaitu melalui pemeriksaan darah, air seni, tinja sehingga dapat
diketahui tingkat kecukupan zat dan gizi seseorang. b.
Secara dietetika, yaitu survei konsumsi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
c. Secara klinis, yaitu dengan pemeriksaan keadaan jasmani.
d. Secara antropometri, yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan atau
merujuk bagian tubuh tertentu sepoerti lingkar lengan, lingkar kepala, tebal lapisan lemak dan lain-lain.
Pengukuran status gizi yang paling sering digunakan di Indonesia adalah secara antropometri. Pengukuran status gizi berdasarkan kriteria antropometri
mungkin mempunyai kelemahan-kelemahan, namun sampai saat ini dianggap merupakan cara yang paling banyak, mudah serta praktis untuk dilakukan,
karena siapa saja dapat melakukannya dengan terlebih dahulu mendapat sedikit latihan.
Berat badan BB merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh otot dan lemak, karena massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan
yang dikonsumsi maka berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin berat badan berkembang mengikuti pertambahan usia. Sebaliknya dalam keadaan yang tidak normal
terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada normal.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan sifat-sifat ini maka indeks BBU digunakan sebagai salah satu indikator status gizi dan karena sifatnya berat badan yang labil maka indeks
BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. Penggunaan indeks BBU sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan
kelemahan. Adapun kelebihannya adalah : a.
Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum. b.
Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek. c.
Dapat mendeteksi kegemukan. Untuk menentukan klasifikasi status gizi menurut rekomendasi WHO NCHS –
WHO digunakan Z Score Standar deviasi sebagai batas ambang yang dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu Supariasa, 2002:
a. Status gizi buruk bila – 3SD.
b. Status gizi kurang bila
≥ -3SD dan -2SD c.
Status gizi baik bila ≥ – 2SD dan +2SD.
d. Status gizi lebih bila
≥ +2SD. Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan grafik sebagai berikut :
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Baik
-3 -2
-1 +1
+2 +3
2.6. Landasan Teoritis