4.2.6. Pengetahuan
Pengetahuan responden dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan dengan kategori baik dan pengetahuan dengan kategori kurang baik yang dapat
dilihat lebih jelas pada tabel berikut ini :
Tabel 4.18. Distribusi Kategori Pengetahuan Ibu di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
No. Kategori Pengetahuan
n
1. Baik 22
20,6 2.
Kurang baik 85
80,4
Jumlah 107
100,0
Meskipun sebagian besar tingkat pendidikan ibu sudah tinggi, ternyata ibu masih kurang pengetahuannya terhadap kesehatan. Pada Tabel 4.18 di atas dapat
dketahui bahwa sebagian besar ibu memliki pengetahuan kurang baik, yaitu sebanyak 85 ibu 80,4 .
4.3. Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan
Status gizi balita yang ditemui dilapangan adalah terdiri dari kategori yaitu status gizi baik, status gizi kurang dan status gizi buruk yang dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.19. Distribusi Status Gizi Anak Usia 6 – 24 bulan di Kecamatan Medan Kota Medan Tahun 2007
No. Status Gizi
n
1. Baik 68
63,6 2. Kurang
30 28,0
3. Buruk 9
8,4
Jumlah 107
100,0
Dari hasil pengukuran berat badan anak diperoleh bahwa sebagian besar anak berstatus gizi baik. Seperti terlihat pada Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa status
gizi baik adalah sebanyak 68 orang 63,6 , status gizi kurang sebanyak 30 orang 28,0 dan status gizi buruk sebanyak 9 orang 8,4 .
Tabel 4.20. Distribusi Kategori Status Gizi Anak Usia 6 – 24 bulan di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
No. Kategori Status Gizi
n
1. Baik 68
63,6 2.
Tidak Baik Kurang dan Buruk 39
36,4
Jumlah 107
100,0
Satus gizi anak anak yang kemudian dikategorikan kedalam 2 kategori yaitu baik dan tidak baik diperoleh hasil bahwa sebagian besar anak berada pada kategori
baik. Dimana pada Tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa kategori status gizi baik adalah 68 orang 63,6 , sedangkan kategori tidak baik sebanyak 39
orang 36,4.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
4.4. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Faktor Sosial Budaya
Tabulasi silang antara status gizi dengan faktor sosial budaya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut :
Tabel 4.21. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Tingkat Pendidikan Ibu dan Ayah di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
Status Gizi Baik Tidak
baik Jumlah
Kategori Pendidikan N n n
Pendidikan Ayah Tinggi
Rendah 47
21 67,1
56,8 23
16 32,9
43,2 70
37 100,0
100,0 P = 0,395
Pendidikan Ibu Tinggi
Rendah 20
48 47,6
73,8 22
17 52,4
26,2 42
65 100,0
100,0 P = 0,011
Dari Tabel 4.21 diatas dapat diketahui bahwa diantara 37 ayah yang tingkat pendidikannya rendah, terdapat 16 43,2 ayah yang memiliki anak yang status
gizi tidak baik, dan dari 70 ayah yang tingkat pendidikannya tinggi, terdapat 23 32,9 ayah yang memiliki anak yang status gizi tidak baik. Dari hasil uji terdapat
nilai p adalah 0,395 p0,05 maka menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan status gizi anak usia 6-24 bulan.
Diantara 42 ibu yang tingkat pendidikannya tinggi, ada 47,6 persen ibu yang memiliki anak yang status gizi baik, dan dari 65 ibu yang tingkat pendidikan rendah
terdapat 48 73,8 ibu yang memliki anak yang status gizi baik. Dari hasil uji didapat p=0,011 p0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak. Dimana semakin baik tingkat pendidikan ibu maka status gizi anak akan semakin baik.
Tabel 4.22. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pekerjaan Ibu dan Ayah di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
Status Gizi Baik Tidak
baik Jumlah
Kategori Pekerjaan N n N
Pekerjaan Ayah Penghasilan Tetap
Penghasilan Tidak Tetap 17
51 77,3
60,0 5
34 22,7
40,0 22
85 100,0
100,0 P = 0,211
Pekerjaan Ibu Penghasilan Tetap
Penghasilan Tidak Tetap 3
65 30,0
67,0 7
32 70,0
33,0 10
97 100,0
100,0 P = 0,031
Dari Tabel 4.22 diatas dapat diketahui bahwa diantara 22 ayah yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan tetap, terdapat 5 22,7 ayah yang memiliki anak
yang status gizi tidak baik, sedangkan dari 85 ayah yang berpenghasilan tidak tetap terdapat 34 40,0 ayah yang memiliki anak yang status gizi tidak baik. Dari hasil
uji terdapat nilai p adalah 0,211 p0,05 maka menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi anak usia 6 – 24 bulan.
Diantara 10 ibu yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan tetap, ada 30,0 ibu yang memiliki anak yang status gizi baik, sedangkan dari 97 ibu yang
berpenghasilan tidak tetap terdapat 65 67,0 ibu yang memiliki anak yang status gizi baik. Dari hasil uji didapat p=0,0031 p0,05, maka menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak usia 6 – 24 bulan.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.23. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Penghasilan Keluarga di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
Status Gizi Baik Tidak
baik Jumlah
Penghasilan Keluarga
n n n Tinggi
≥ rata-rata Rp 1.065.400 15
53,6 13
46,4 28
100,0 Rendah rata-rata Rp.1.065.400
53 67,1
26 32,9
79 100,0
Jumlah 68
63,6 39
36,4 107 100,0
p =0,294
Penghasilan keluarga tidak mempunyai hubungan terhadap status gizi anak, hal ini dilihat dari uji statistik yang dihasilkan dimana p = 0,294. Hubungan yang
tidak signifikan dengan p 0,05 terjadi antara penghasilan keluarga dengan status gizi anak, dimana semakin baik penghasilan dalam keluarga tidak berhubungan
dengan status gizi anak. Diantara penghasilan keluarga yang tinggi terdapat 15 53,6 keluarga yang memliki balita dengan status gizi baik, sedangkan diantara
penghasilan keluarga yang rendah terdapat 53 67,1 keluarga yang memiliki anak dengan status gizi baik pula.
Tabel 4.24. Tabulasi Silang Status Gizi dengan TradisiKepercayaan
di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007 Status Gizi
Baik Tidak baik
Jumlah TradisiKepercayaan
N n n Ada pantangan Makanan
10 52,6
9 47,4 19
100,0 Tidak Ada Pantangan
Makanan 58
65,9 30
34,1 88 107
Jumlah 68 63,6
39 36,4
107 100,0
p =0,408
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
Hasil analisa hubungan antara status gizi dengan tradisi diperoleh bahwa dari 19 keluarga yang memberikan pantangan makanan kepada anak
terdapat 10 anak 52,6 dengan status gizi baik, sedangkan dari 88 keluarga yang tidak ada pantangan makanan terdapat 58 anak 65,9 dengan status gizi
baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,408 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tradisikepercayaan keluarga dengan status gizi anak.
Tabel 4.25. Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pengetahuan Ibu di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007
Status Gizi Baik Tidak
baik Jumlah
Pengetahuan Ibu
N n n Baik 9
40,9 13
59,1 22
100,0 Kurang baik Sedang
59 69,4
26 30,6
85 100,0
Jumlah 68 63,6
39 36,4
107 100,0
P=0,026 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa diantara 22 ibu yang berpengetahuan
baik memiliki 13 anak 59,14 dengan status gizi tidak baik, sedangkan diantara 85 ibu yang pengetahuannya kurang baik terdapat 26 anak 30,6 dengan status
gizi tidak baik. Dari hasil uji statistik ditemukan nilai p = 0,026 maka ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan tatus gizi anak usia 6 – 24 bulan di
kecamatan Medan Area.
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Sosial Budaya Ibu dan Ayah
Pendidikan ayah sebesar 34,6 persen masih berpendidikan rendah yaitu SD dan SLTP. Begitu pula dengan pendidikan ibu 39,3 persen berpendidikan rendah
yaitu SD dan SLTP. Pendidikan dapat mempermudah orang menerima informasi. Pendidikan dalam penelitian ini merupakan pendidikan formal yang didapat ibu
dari pendidikan sekolah. Ibu yang berpendidikan lebih rendah akan lebih sulit memahami bagaimana memantau pertumbuhan anak dan dampaknya pada status
gizi anak yang tidak baik. Sebenarnya pendidikan khusus gizi sangat medukung ibu melaksanakan
pemantauan pertumbuhan anaknya, karena pendidikan gizi merupakan salah satu upaya penanggulangan gizi. Dengan pendidikan gizi diharapkan terjadi perubahan
perilaku ke arah perbaikan kesehatan dan gizi yang lebih baik lagi. Perilaku kesehatan dan gizi berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui
proses pendidikan maupun sebagai dampak penyebaran informasi. Pangan yang tersedia tidak banyak berarti tanpa pengetahuan gizi yang baik. Sebalikya
pendidikan gizi tidak akan berhasil seperti yang diharapkan bila pangan tidak tersedia dan penduduk dalam kondisi miskin, Baliwati, 2004.
Selain pendidikan, ekonomi juga berperanan dalam pemantauan pertumbuhan atau lebih kepada status gizi anak, karena peningkatan ekonomi menurut Berg
Hendra Yudi : Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan Di Kecamatan..., 2008 USU e-Repository © 2008