Analisis Prinsip Keterbukaan Dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007

G. Analisis Prinsip Keterbukaan Dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007

Prinsip keterbukaan adalah prinsip yang terbuka terhadap hak masy untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal. Prinsip-prinsip yang mendasari penyelenggaraan penanaman modal yang diatur dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007 tersebut kiranya bukan hanya slogan di atas kertas melainkan benar-benar merupakan prinsip yang dalam penerapan dan pelaksanaannya dapat dilakukan secara konsisten, termasuk prinsip keterbukaan transparansi, dan prinsip non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing, termasuk pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu one door service system. Dengan sistem ini, sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Upaya ini ditujukan untuk memotong birokrasi yang selama ini dirasakan merupakan penghambat. Sebelumnya terdapat 12 prosedur dan dibutuhkan waktu sampai 90 hari dalam pengurusan perizinan. 86 Bagi seorang pengusaha manca negara yang ingin berinvestasi di sebuah wilayah di Indonesia, adanya pelayanan satu atap melegakan karena ia tidak perlu lagi menunggu dengan waktu lama untuk memperoleh izin usahanya di Indonesia. Bahkan ia tidak lagi perlu mengeluarkan biaya pajak maupun pungutan lainnya yang dapat membengkak dari tarif resmi akibat panjangnya jalur birokrasi yang harus 86 Hulman Panjaitan Abdul Mutalib Makarim, Op.cit, hlm. 3-4 R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009 ditempuh untuk memperoleh izin usaha tersebut sebelum adanya pelayanan satu atap. Sebenarnya, hal ini sudah diupayakan sebelumnya lewat Keppres No.29 Tahun 2004 mengenai penyelenggaraan penanaman modal, baik asing PMA maupun dalam negeri PMDN melalui sistem pelayanan satu atap semasa era Presiden Megawati Soekarno Putri. Dalam Keppres tersebut dinyatakan bahwa penyelenggaraan penanaman modal khususnya yang berkaitan dengan pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal dilaksanakan oleh BKPM. Pelayanan satu atap ini meliputi penanaman modal yang dilakukan baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kotamadya berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan oleh GubernurBupatiWalikota kepada BKPM. Jadi, BKPM bertugas melakukan koordinasi antara seluruh departemen atau instansi pemerintah lainnya, termasuk dengan pemerintah kabupaten, kota, serta provinsi yang membina bidang usaha penanaman modal. 87 Seorang pengusaha asing kemungkinan besar juga akan tetap membatalkan niatnya berinvestasi di Indonesia walaupun proses pengurusan izin investasi menjadi lebih lancar dan lebih murah setelah dilaksanakannya UUPM No.25 Tahun 2007 tersebut, jika Undang-Undang mengenai kepabeanan dirasa tidak menguntungkannya karena pengusaha tersebut akan banyak melakukan impor, atau pasar tenaga kerja di Indonesia dirasa tidak fleksibel akibat berlakunya UU No.13 Tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan. 88 87 Jurnal Hukum Bisnis, Op.cit, hlm. 36 88 Ibid, hlm. 37 R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009 Ada baiknya pemerintah pusat membantu sungguh-sungguh upaya pemerintah daerah dalam menyederhanakan proses perizinan penanaman modal di daerah. Walaupun ada sejumlah daerah seperti Jepara dan Yogyakarta telah berhasil membuat pelayanan satu atap, namun masih lebih banyak lagi daerah yang bahkan sama sekali tidak tahu bagaimana memulai pembangunan satu atap. Juga di daerah-daerah yang sama sekali tidak ada kesamaan visi dari lembaga-lembaga pemerintah, ditambah lagi tidak ada keseriusan dari Bupati, sangat sulit diharapkan daerah-daerah tersebut dapat membangun pelayanan satu atap. Disini peran pemerintah pusat sangat diharapkan. UUPM No.25 Tahun 2007 harus diakui merupakan suatu kemajuan besar dalam upaya selama ini menyederhanakan proses perizinan penanaman modal untuk meningkatkan investasi di dalam negeri. Namun, hasilnya sangat tergantung pada bagaimana implementasinya di lapangan. Oleh karena itu, impelmentasinya harus dimonitor secara ketat, khususnya di daerah. Lagi-lagi, masalah klasik lainnya di republik ini adalah Indonesia termasuk jempolan dalam membuat konsep atau memformulasikan suatu UU. Tetapi, hanya sedikit dari UU yang ada hingga saat ini di bidang ekonomi yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh. 89 Sebagai wujud pelaksanaan prinsip keterbukaan transparansi yang tersebut dalam Pasal 3 ayat 1 huruf b Undang-undang No.25 Tahun 2007, pemerintah telah mengeluarkan Daftar Negatif Investasi DNI yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan persyaratan di 89 Ibid, hlm. 41. R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009 bidang penanaman modal, yang berlaku pada tanggal 3 Juli 2007 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden No.111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal yang berlaku pada tanggal 3 Juli 2007. Kriteria bidang usaha yang tertutup dengan persyaratan, antara lain : 1. Memelihara tatanan hidup masyarakat ; 2. Melindungi keanekaragaman hayati ; 3. Menjaga keseimbangan ekosistem ; 4. Memelihara kelestarian hutan alam ; 5. Mengawasi pengawasan Bahan Berbahaya Beracun B3 ; 6. Menghindari pemalsuan dan mengawasi peredaran barang danatau jasa yang tidak direncanakan ; 7. Menjaga kedaulatan negara, atau ; 8. Menjaga dan memelihara sumber daya terbatas. Kriteria bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, antara lain : 1. Perlindungan sumber daya alam ; 2. Perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi UMKMK ; 3. Pengawasan produksi dan distribusi ; 4. Peningkatan kapasitas teknologi ; 5. Partisipasi dalam negeri, dan 6. Kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah. 90 Beleid atau kebijakan ini menunjukkan komitmen pemerintah akan keterbukaan transparansi sehingga tidak ada lagi bidang usaha yang “abu-abu”. Abu-abu yang dimaksud disini adalah tidak jelas, mana bidang usaha yang telah tertutup dan mana yang masih terbuka bagi penanam modal, sehingga menimbulkan dampak yang buruk, yang menimbulkan akibat berupa : 90 Hulman Panjaitan Abdul Mutalib Makarim, Op.cit, hlm. 158-159 R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009 1. Peluang korupsi, sogok menyogok agar birokrat menjadikan yang “abu- abu” bahkan yang “hitam” menjadi putih. 2. Investor enggan datang dan menanamkan modalnya di Indonesia dan lebih baik memilih negara lain yang lebih terbuka transparan. 91 Daya tarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia akan sangat tergantung pada sistem hukum yang diterapkan, yaitu sistem hukum yang mampu menciptakan kepastian predictability, keadilan fairness, dan efisiensi efficiency. Bahkan dalam era globalisasi ekonomi sekarang ini, ketiga unsur tersebut menjadi kian bertambah penting, antara lain dengan berkembangnya mekanisme pasar. Penciptaan iklim usaha yang kondusif sebagai kebijakan dasar penanaman modal investasi adalah merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Terciptanya iklim usaha yang kondusif sedemikian rupa, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berinvestasi asing, khususnya faktor politik. Apabila suhu politik di dalam negeri tidak stabil, sudah barang tentu investor asing tidak akan berminat untuk berinvestasi di Indonesia, termasuk di wilayah Propinsi Sumatera Utara.

H. Tanggapan dan Analisis Terhadap Kasus Dugaan Penggelapan Pajak