BAB IV KESIAPAN HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA TERKAIT
DENGAN PENERAPAN PRINSIP KETERBUKAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL
A. UUPM Tidak Tegas Mengatur Keterbukaan Laporan Keuangan Perusahaan
Penanaman Modal Dalam era informasi, masalah transparansi dan akuntabilitas sudah merupakan
kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Salah satu prinsip GCG yang saat ini menjadi perhatian publik adalah masalah keterbukaan dan pengungkapan
transparency and disclosure. Pada saat ini masyarakat memerlukan keterbukaan informasi. Para pemegang saham dan stakeholder lainnya memiliki hak untuk
mendapatkan informasi yang relevan secara tepat waktu, akurat , seimbang dan kontinyu. Pengungkapan informasi perusahaan perlu dilakukan secara berimbang,
artinya informasi yang disampaikan bukan hanya yang bersifat positif saja namun termasuk informasi yang bersifat negatif, terutama yang terkait dengan aspek risk
management. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya informasi yang salah disinformasi serta informasi penting yang disembunyikan oleh perusahaan yang
berakibat merugikan pihak lain, baik pemegang saham maupun stakeholders lainnya.
97
UUPM mengikuti arah perkembangan keterbukaan tersebut dengan menjadikan asas keterbukaan sebagai salah satu fundamen penyelenggaraan kegiatan
97
Muhammad Arief Effendi, “Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Keterbukaan Informasi”, dalam http:muhariefeffendi.wordpress.com20071108 diakses pada
tanggal 14 September 2008.
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
penanaman modal. Penjelasan Pasal 3 ayat 1 huruf b meletakkan jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan jujur tentang kegiatan
penanaman modal. Namun Pasal 3 ayat 1 huruf b terebut tidak tegas menyebutkan adanya kewajiban perusahaan penanaman modal untuk menerapkan prinsip
keterbukaan, khususnya dalam laporan keuangan perusahaan. Disamping ketentuan ayat 1 huruf b dari Pasal 3 UUPM, maka ketentuan
dalam Pasal huruf c ayat 1 tersebut juga berkaitan erat dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan. Pasal 3 ayat 1 huruf c menuntut kepada perusahaan penanaman modal
untuk melakukan kegiatan penanaman modal secara bertanggungjawab. Dalam Penjelasan ayat ini disebutkan bahwa setiap kegiatan penanaman modal dan hasil
akhir kegiatan penanaman modal harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan. Tentunya prinsip ini sulit dilaksanakan
tanpa adanya kewajiban keterbukaan. Namun meskipun demikian Pasal 3 ayat 1 huruf c juga tidak menetapkan secara imperative adanya kewajiban keterbukaan bagi
perusahaan penanaman modal. Adanya kewajiban perusahaan penanaman modal untuk menerapkan tata
kelola perusahaan yang baik berdasarkan Pasal 15 huruf a dari UUPM membawa sedikit kejelasan tentang adanya kewajiban perusahaan penanaman modal untuk
menerapkan prinsip keterbukaan. Salah satu prinsip dari GCG adalah masalah transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Informasi penting di perusahaan yang perlu dikatahui oleh publik, antara
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
lain laporan keuangan perusahaan.
98
Pada saat ini pemaparan laporan keuangan perusahaan tahunan annual reort yang disampaikan kepada publik baru berjalan di
perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ maupun Bursa Efek Surabaya BES.
99
Jika pelaksanaan laporan keuangan perusahaan oleh UUPM digantungkan pada pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, maka yang menjadi persoalan
adalah tidak adanya ketentuan perundang-undangan yang dengan tegas mengatur tentang penerapan GCG pada perusahaan penanaman modal. Dengan demikian
pelaksanaannya sangat tergantung pada ketentuan internal perusahaan dalam menerapkan tata kelola perusahaan yang baik GCG. Dalam keadaan seperti ini akan
terjadi ketidakpastian hukum. Sementara hak yang dijamin dalam pelaksanaan keterbukaan tersebut adalah hak masyarakat. Keadaan ini sangat berbeda jika
dibandingkan dengan ketentuan GCG bagi BUMN maupun perusahaan terbuka. Untuk perusahaan BUMN, penerapan GCG dengan tegas dan rinci diatur dalam
Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117M-MBU2002 sedangkan pada perusahaan public diatur dalam sejumlah keputusan-keputusan Bapepam dan peraturan pasar
modal. UUPM juga tidak mengatur dengan tegas bagaimana bentuk penerapan asas
keterbukaan tersebut, termasuk informasi material apa yang harus disampaikan dalam informasi keuangan. Demikian pula tidak jelas apakah laporan keuangan perusahaan
98
Muh Arief Effendi, “Transparansi Laporan Keuangan Perusahaan Sebagai Implementasi GCG Cegah Fraud” dalam http:www.suarakarya-online.comnews.html?id=106253, hal.1 tanggal 5
September 2008
99
Ibid., hal. 1
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
penanaman modal harus diumumkan dalam surat kabar sebagai implementasi asas keterbukaan laporan keuangan. Hal ini sangat berbeda dengan ketentuan keterbukaan
dalam perundang-undangan di bidang pasar modal yang memberikan pengertian yang tegas mengenai informasi material. Pasal 1 butir 7 UU No. 8 Tahun 1995
memberikan criteria tentang informasi material yakni informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga
Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Ketentuan ini kemudian
ditindaklanjuti dengan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : KEP-86PM1996 dan Peraturan X.K-1 yang menetapkan informasi atau fakta material antara lain meliputi :
1. penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan
usaha patungan ; 2.
pemecahan saham atau pembagian dividen saham ; 3.
pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4.
perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5.
produk atau penemuan baru yang berarti ; 6.
perubahan dalampengendalian atau perubahan penting dalam menejmen; 7.
pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang; 8.
penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang material jumlahnya ;
9. pembelian atau kerugian penjualan aktiva material ;
10. perselisihan tenaga kerja yang relative penting;
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
11. tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan
komisaris perusahaan ; 12.
pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain ; 1.
m.penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; 13.
penggantian wali amanat; 14.
perubahan tahun fiscal perusahaan Ketidak tegasan UUPM mengenai penerapan prinsip keterbukaan juga dapat
dilihat dari segi sanksi hukum. Pasal 34 UUPM memberikan ancaman sanksi administrative berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan
kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal atau pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal bagi perusahaan penanaman modal yang tidak
menjalankan kewajibannya berdasarkan Pasal 15, termasuk kewajiban melaksanakan GCG. Namun seperti diuraikan sebelumnya, UUPM tidak mengatur Bagaimana tata
kelola perusahaan tersebut harus dijalankan. Hal ini berbeda dengan UU Pasar Modal yang dengan tegas memberikan sanksi terhadap pelanggaran prinsip keterbukaan,
yakni pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah.
100
Pasal 93 UUPM menyatakan, bahwa setiap pihak dilarang, dengan cara apapun, membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara materiel tidak
benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek, apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan: Pertama, pihak yang
100
Perhatikan Pasal 93 jo. Pasal 104 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara materiel tidak benar atau menyesatkan. Kedua, pihak yang
bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran materiel dari pernyataan atau keterangan tersebut.
Dalam konteks pelaksanaan keterbukaan keuangan perusahaan publik atau emiten, dapat dipastikan bahwa laporan keuangan emiten tersebut harus
mengungkapkan informasi-informasi keuangan tertentu dan informasi lainnya yang dianggap relevan oleh investor dalam menetapkan putusannya untuk membeli atau
menjual saham. Dalam hal ini, salah satu tipe penyampaian informasi yang bisa digugat adalah pernyataan yang salah, khususnya menyangkut data internal
perusahaan yang dapat menyesatkan investor potensil yang rasional. Misalnya, semua investor secara bersama-sama bisa disesatkan apabila suatu perusahaan salah
mengumumkan bahwa net earning setiap saham adalah positif, padahal kenyataannya negatif.
Dalam UUPM tidak ditemukan ketentuan yang demikian, sehingga dapat disimpulkan bahwa UUPM belum siap untuk mengatur masalah keterbukaan laporan
keuangan perusahaan penanaman modal, sehingga perlu pengaturan lebih lanjut yang lebih tegas dan teknis mengenai penerapan prinsip keterbukaan dalam laporan
keuangan perusahaan penanaman modal.
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
B. Pengaturan Keterbukaan Laporan Keuangan Perusahaan di Luar UUPM