2. Transparansi situasional ; transparansi yang terjadi ketika pemimpin atau
perusahaan bereaksi secara terbuka dan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan nilai dasar perusahaan. Ini tidak tulus, itu adalah dendam terhadap situasi
atau kecaman, dan tidak memiliki daya tahan jika tidak berakar pada nilai dasar. Artinya jika seluruh kultur perusahaan bukan sesuatu yang karyawan tahu
konsekuensinya seperti kebenaran setengah-setengah, kualitas produk buruk, atau perilaku “apa untungnya bagi saya”, maka kultur perusahaan itu tidak transparan.
B. Tujuan Prinsip Keterbukaan
Air sungai yang bersih dan bening akan lebih memudahkan seseorang untuk melihat apa yang ada dibawah permukaan air sungai tersebut sebelum ia memutuskan
untuk terjun kedalam sungai tersebut. Keadaan air sungai seperti ini dapat dengan mudah dijadikan sebagai pertimbangan untuk melihat potensi risiko yang
membahayakan yang ada dibawah permukaan air sungai tersebut. Keadaan akan sangat berbeda jika air sungai tersebut keruh atau tidak bening. Resiko terkena
bahaya dapat saja terjadi pada orang yang memutuskan untuk terjun ke dalam sungai tersebut.
Pengungkapan seluruh informasi material sangat penting untuk mencegah terjadinya penipuan atau penyalahgunaan kekuasaan. Paham mengenai cara
bekerjanya prinsip keterbukaan seperti diuraikan di atas adalah pendapat yang paling tua.
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
Tujuan apa yang ingin dicapai oleh UUPM dengan mengabsorbsi asas keterbukaan, pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari tujuan klasik tersebut. Uraian
berikut ini akan menjelaskan tujuan prinsip keterbukaan dalam penyelenggaraan kegiatan penanaman modal. Uraian akan dikategorikan tidak saja dari kewajiban
perusahaan penanaman modal, tetapi juga tujuan dari prinsip keterbukaan yang dibebankan kepada pemerintah sebagai regulator. Pada beberapa bagian tulisan ini
tujuan prinsip keterbukaan dalam pasar modal dijadikan argumentasi yang relevan dengan kegiatan penanaman modal secara langsung direct investment.
1. Keterbukaan meningkatkan kepercayaan penanam modal Penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia dan beberapa kelompok peneliti
lainnya telah banyak berupaya menjelaskan kendala-kendala yang menyebabkan tidak tertariknya investor menanamkan modalnya di suatu negara. Sejumlah
penelitian tersebut pada dasarnya menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan lemahnya daya tarik suatu negara untuk dijadikan tujuan penanaman modal, yakni :
a biaya melakukan kegiatan bisnis cukup tinggi high coct economy, b risiko melalui ketidakpatian kebijakan pemerintah, lemahnya transparansi dan instabilitas
makro-ekonomi, dan c ada tidaknya regulasi mengenai market entry and exit and anti-competitive behavior.
44
Lemahnya keterbukaan dalam peraturan penanaman modal merupakan salah satu permasalahan investasi di Indonesia. Investor selalu menganggap regulasi yang
44
Roy Nixon, “Improving the Investment Climate in APEC Economies”, APEC Secretariat, 2005, hal. 57.
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
dikeluarkan oleh Pemerintah tidak transparan dan tidak berkepastian. Peraturan dan kebijakan yang mengatur penanaman modal selalu dibuat dalam tingkatan peraturan
yang sangat rendah dan umumnya tidak tuntas, sehingga masih memerlukan penjabaran-penjabaran lebih lanjut oleh pejabat-pejabat yang berwenang. Penjabaran-
penjabaran lebih lanjut inilah yang menyebabkan aspek kepastian dan transparansi menjadi sering terabaikan. Instansi-instansi terkait kemudian mengeluarkan
regulasinya sendiri-sendiri. Tumpang tindih peraturan dan kurangnya transparansi menyuburkan ekonomi biaya tinggi melalui pungutan-pungutan yang tidak resmi.
Dalam pendekatan reformasi peraturan yang sangat pragmatis dan tidak transparan ini, sulit dibedakan apakah suatu regulasi yang dilakukan oleh instansi tertentu
merupakan kebijakan pemerintah atau hanya “kebijakan instansi yang bersangkutan”. Keadaan reformasi kebijakan yang demikian ini diamati oleh Mc. Cawley dan
menyimpulkan sebagai berikut : “Tiap regulasi sepertinya menimbulkan regulasi uraian yang lain sehingga
pada akhirnya para pejabat rendah di kantor-kantor daerah dan pelabuhan merasa bebas-bahkan harus- menetapkan hal yang samara-samar dengan
mengeluarkan regulasinya sendiri. Situasi yang biasanya tidak memuaskan ini sering kali dicampuri dengan tendensi pejabat senior untuk menerobos semua
pita merah dan kelambatan dengan memberikan pembebasan dari peraturan atau dengan membuat keputusan umum sebagai undang-undang “yang
dikehendaki”. Ketika ini terjadi seringkali tidak jelas apakah mereka mengungkapkan pernyataan mereka sendiri atau benar-benar menerapkan
peraturan pemerintah.”
45
Prinsip transparansi lahir seiring dengan semakin pentingnya peran informasi, termasuk di dalamnya informasi hukum, dalam bisnis-bisnis internasional. Bisnis
45
Mc. Cawley, The Growth of the Industrial Sector dalam A. Booth dan P. Mc. Cawley ed., The Indonesian Economy During the Suharto Era, Oxford University Press, 1981, Hal. 42
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
internasional, termasuk kegiatan investasi, dewasa ini menjadikan informasi hukum sebagai salah satu faktor penentu dalam mengambil keputusan untuk melakukan
kegiatan bisnis atau untuk menanamkan modal. Informasi hukum, termasuk di dalamnya proses perumusan, kemudahan akses serta penegakan hukum yang tidak
transparan akan menyebabkan ketidakpercayaan investor. Ketidak percayaan ini berkaitan erat dengan kepastian berusaha dan terprediksinya kegiatan usaha melalui
peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha dimaksud. Hukum akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya dalam proses
pembangunan jika tidak disertai dengan pelaksanaan transparansi. Salah satu faktor penentu efektifitas hukum adalah respon publik terhadap hukum itu sendiri.
46
Sementara respon publik akan ditentukan oleh sejauh mana publik benar-benar mengetahui, memahami dan akhirnya mempercayai hukum yang bersangkutan.
Mekanisme transparansi yang didukung oleh sistim informasi hukum yang baik sangat menunjang lahirnya kepercayaan publik terhadap hukum.
Rendahnya transparansi dalam tindakan-tindakan administrative, khususnya menyangkut rejim perijinan menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang harus
ditanggung oleh investor. Misalnya sangat sulit diperoleh informasi secara pasti berapa sebenarnya biaya perijinan yang dibutuhkan oleh investor untuk mengurus
seluruh perijinan yang dibutuhkan. Investor yang mengurus ijin-ijin penanaman modalnya hadir ke instansi terkait tanpa bekal pengetahuan mengenai biaya standar
46
Usman Tampubolon, Pembangunan Hukum dalam Perspektif Ilmu Sosial, dalam Artidjo Alkostas, dkk. ed., Pembangunan Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional, Jakarta :
Rajawali Pers, 1986, Hal. 135.
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
untuk keperluan perijinan. Negosiasi harga atau tawar menawar menjadi hal yang lumrah, meskipun fenomenan ini memperlihatkan suatu sistim perijinan yang tidak
terbuka. Tawaran yang rendah dari investor umumnya dihadapkan dengan masalah rumitnya pengurusan dan waktu selesainya pengurusan yang tidak dapat diprediksi.
Penawar tertinggilah yang mendapatkan pelayanan yang cepat, atau sering disebut dengan istilah “jalan tol”.
Bagi Indonesia penerapan asas keterbukaan dalam penanaman modal akan mendorong terciptanya kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat menciptakan mekanisme pasar yang efisien.
47
Oleh karena itu, Pasal 3 ayat 1 UUPM menempatkan asas keterbukaan dalam urutan kedua asas penyelenggaraan penanaman modal setelah asas
kepastian hukum.
2. Keterbukaan mencegah terjadinya penipuan dan penyimpangan kekuasaan Penerapan asas keterbukaan sangat penting untuk mencegah penipuan fraud.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa munculnya sinyalir manipulasi keuangan oleh perusahaan penanaman modal untuk menghindari pajak berakar dari lemahnya
pengaturan keterbukaan dalam laporan keuangan perusahaan penerima fasilitas penanaman modal.
Penyimpangan kekuasaan tidak saja terjadi karena ulah investor yang tidak bertanggungjawab, tetapi juga sangat mungkin terjadi dari tindakan oknum aparat
47
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, Jakarta : FH UI, 2001, hlm. 9-10
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
birokrat yang memanfaatkan ketidakterbukaan tersebut untuk mengambil keuntungan pribadi yang pada akhirnya menyebabkan biaya yang tinggi bagi investor.
3. Keterbukaan meningkatkan nilai perusahaan penanaman modal Apabila penerapan prinsip keterbukaan dapat mencegah terjadinya
penyimpangan kekuasaan atau penipuan dalam menjalankan perusahaan penanaman modal, maka sudah pasti nilai perusahaan penanaman modal tersebut akan
meningkat. Terhindarnya perusahaan penanaman modal dari penipuan atau penyimpangan pengurusan, akan menimbulkan kepercayaan masyarakat dan investor
terhadap perusahaan tersebut. Menguatnya kredibilitas perusahaan penanaman modal di tengah masyarakat sudah tentu meningkatkan nilai perusahaan tersebut dimata
investor, karena perusahaan telah dikelola secara efisien dan efektif
48
.
4. Keterbukaan melindungi hak-hak masyarakat Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UUPM menjamin hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal melalui penerapan asas keterbukaan. Tersedianya informasi
kegiatan penanaman modal yang benar dan jujur dari perusahaan penanaman modal secara tidak langsung melibatkan masyarakat dalam mengawasi perusahaan
penanaman modal. Pentingnya keterbukaan informasi terhadap masyarakat menjadi sangat
penting, karena dalam eksistensi perusahaan penanaman modal terdapat kewajiban
48
Usman Tampubolon, Op.cit, hlm. 147
R.A. Dyna Ramadhani : Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal…, 2008 USU e-Repository © 2009
perusahaan penanaman modal terhadap masyarakat, yakni kewajiban menyediakan dana tanggungjawab sosial perusahaan dan kewajiban menghormati tradisi kebiasaan
masyarakat di sekitar kegiatan penanaman modal. Dengan keterbukaan, masyarakat dapat mengetahui penggunaan dana tanggungjawab sosial dan aktifitas-aktifitas
perusahaan penanaman modal yang berpotensi melanggar tradisi atau kebiasaan masyarakat sekitar kegiatan penanaman modal.
C. Pilar-pilar Prinsip Keterbukaan