Farmakologi Aminoglikosida Farmakokinetika Aminoglikosida

2.4.2. Farmakologi Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah antibiotika yang banyak digunakan untuk infeksi gram negatif. Adapun yang termasuk golongan aminoglikosida adalah streptomisin, tobramisin, netilmisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan paramomisin. Golongan aminoglikosida mempunyai sifat kimia, fisika, farmakologi dan toksisitas yang sama, bersifat bakterisida dan secara cepat menyebabkan efek yang mematikan bakteria. Ototoksisitas dan nefrotoksisitas sering terjadi dan merupakan efek samping yang merugikan. Aminoglikosida juga bertindak memblok neuro-otot sehingga terjadi paralisis otot dan depresi pernapasan AHFS., 2005. Akan tetapi Barclay, dkk, 1999, menyatakan bahwa penggunaan aminoglikosida satu kali sehari pada pasien yang disertai kegagalan fungsi ginjal akan mengurangi kemungkinan toksisitas. Aminoglikosida merupakan antibiotika yang membunuh bakteri tergantung kosentrasi oncentration dependent-killing, mempunyai efek post antibiotic yang panjang dan dapat menginduksi terjadinya resistensi yang bersifat adaptif pada bakteri gram negatif Begg, 1994. Semakin tinggi konsentrasi aminoglikosida dalam serum maka semakin panjang efek pasca antibiotiknya untuk mencapai aktifitas bakterisida Rodman, 1994. Mekanisme kerja aminoglikosida adalah dengan mengikat protein ribosom sub unit 30 S pada bakteria. Penghambatan sintesis protein dilakukan dengan 3 cara yaitu a mengganggu kompleks awal pembentukan peptida, b menginduksi salah Poppy Anjelisa Z.Hasibuan : Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, 2008. USU Repository©2008 baca mRNA yang mengakibatkan penggabungan asam amino yang salah ke dalam peptida sehingga menyebabkan terbentuknya protein toksik, c menyebabkan terjadinya pemecahan polisom menjadi monosom nonfungsional yang mengakibatkan kematian sel Chambers, 2004.

2.4.3 Farmakokinetika Aminoglikosida

Sifat farmakokinetika aminoglikosida dipengaruhi oleh besarnya perubahan fisiologis yang terjadi selama infeksi. Perubahan farmakokinetika ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap respons farmakologi pada penderita, yaitu resiko terjadinya kegagalan pengobatan atau toksisitas yang lebih besar Hermsen, 2007. 2.4.3.1 Absorbsi Absorbsi aminoglikosida melalui saluran pencernaan adalah buruk, oleh karena itu diberikan secara parenteral yaitu secara i.m atau i.v baik berupa bolus injeksi, infuse intermittent selama 30 – 60 menit atau dengan infuse i.v continuous AHFS., 2005. Setelah suntikan intramuskuler, aminoglikosida diabsorbsi dengan baik dan mencapai konsentrasi puncak dalam darah antara 30-90 menit Katzung, 2004. 2.4.3.2 Distribusi Aminoglikosida terdistribusi dengan baik ke dalam hampir semua cairan tubuh termasuk cairan sinovial, peritoneal, dan pleural, tetapi terdistribusi lambat ke dalam empedu, feses dan prostat; distribusinya jelek ke dalam susunan saraf pusat Poppy Anjelisa Z.Hasibuan : Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, 2008. USU Repository©2008 SSP dan air mata. Ikatan dengan serum protein kurang dari 10 dan dianggap tidak penting secara klinik AHFS., 2005; Zairina, 1999. 2.4.3.3 Ekskresi Aminoglikosida diekskresi terutama dalam bentuk tidak berubah melalui ginjal atau filtrasi glomerolus AHFS., 2005; Hermsen, 2007. Fungsi ginjal merupakan parameter yang harus dipertimbangkan dalam menghitung regimen dosis Morike, dkk, 1997. Eliminasi melalui ginjal sebesar 85 - 95 dari dosis yang diberikan dan hanya sedikit yang ditemukan di dalam empedu. Waktu paruh pada fungsi ginjal normal 2–3 jam. Waktu paruh akan diperpanjang 24-48 jam pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal. Waktu paruh gentamisin bervariasi khususnya pada penderita sepsis meskipun tes fungsi ginjalnya normal Zairina, 1999. Terdapat variasi kadar serum aminoglikosida individual yang patut dipertimbangkan di antara pasien-pasien dengan klirens kreatinin yang hampir sama. Oleh sebab itu, adalah penting mengukur kadar serumnya untuk menghindari toksisitas berat, khususnya bila dosis tinggi diberikan selama beberapa hari atau jika fungsi ginjal berubah cepat. Untuk regimen dengan pemberian 2 sampai 3 kali sehari, konsentrasi serum puncak harus ditentukan dari sampel darah yang diambil sekitar 30-60 menit setelah pemberian satu dosis dengan konsentrasi lembah dari sampel yang diambil sebelum pemberian dosis berikutnya Katzung, 2004. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan : Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, 2008. USU Repository©2008

2.4.4 Efek yang Tidak Diinginkan