Penyakit Paru Obstruktif Kronis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Obstruksi saluran napas paru dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terdapat pada lumen, dinding atau di luar saluran napas. Kelainan pada lumen dapat disebabkan oleh sekret atau benda asing. Pada dinding saluran napas, kelainan terjadi akibat peradangan, tumor, hipertrofi, dan hiperplasia akibat iritasi kronik. Sedangkan kelainan di luar saluran napas dapat terjadi karena penekanan oleh tumor paru, dan pembesaran kelenjar. Obstruksi paru ini dikenal dengan penyakit paru obstruktif kronik Yunus, 2003. Menurut GOLD Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, penyakit paru obstruktif kronis PPOK adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini umunya bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel asing atau gas beracun berbahaya Bourdet dan Williams, 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK berhubungan dengan bronkhitis kronis dan emfisema. Bronkhitis kronis ditandai oleh adanya sekresi mukus bronkhus yang berlebihan dan batuk produktif selama 3 bulan atau lebih, dan berlangsung selama 2 tahun berturut-turut serta tidak disebabkan penyakit lain yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Emfisema menunjukkan adanya abnormalitas, Poppy Anjelisa Z.Hasibuan : Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, 2008. USU Repository©2008 terjadinya pembesaran permanen pada saluran udara bagian bawah sampai bronkiolus terminal dengan kerusakan pada dinding dan tanpa fibrosis yang nyata Tierney, et al., 2002. Penyebab utama PPOK adalah merokok asap rokok karena hampir seluruh perokok mengalami penurunan fungsi paru meskipun hal ini tergantung pada dosis dan lama merokok. Komponen aktif dari tembakau akan mengaktivasi sel inflamatori yang akan menghasilkan serta melepaskan mediator inflamasi yang akan memicu obstruksi paru. Selain itu adanya predisposisi genetis, yaitu kurangnya α-1 antitripsin AAT suatu protein yang diproduksi oleh liver dan berperan sebagai pelindung paru-paru terhadap kerusakan sel yang ditimbulkan oleh elastase. Enzim elastase yang dilepaskan oleh neutrofil ini akan menyerang elastin komponen terbesar dinding alveoli sehingga saluran nafas kehilangan elastisitasnya sehingga dapat menyebabkan terjadinya emfisema yang berkaitan dengan PPOK. Tekanan lingkungan meliputi abu limbah industri dan bahan kimia, infeksi saluran nafas, dan polusi udara juga dapat menjadi pencetus PPOK Tierney, dkk, 2002; Bourdet dan Williams, 2003, Rab, 1996; Stark, dkk, 1990. Berdasarkan atas bentuk klinis, PPOK terbagi atas 3 yaitu PPOK stabil, PPOK yang mengalami eksaserbasi dan, PPOK yang memerlukan ventilator. Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan eksaserbasi ditandai oleh batuk yang keras, panjang dan berulang, dispnea, sputum yang mengental, bronkospasme dan obstruksi mukus, serta adanya infeksi Rab, 1996. Poppy Anjelisa Z.Hasibuan : Pemantauan Efektivitas Terapi Gentamisin Dosis Berganda Bolus Intravenus Terhadap Infeksi Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronis, 2008. USU Repository©2008 Kriteria klinis yang digunakan untuk PPOK eksaserbasi dibagi tiga grup: 1. Tipe I eksaserbasi berat yang ditandai dengan sesak yang bertambah, volume sputum meningkat dan menjadi kental. 2. Tipe II eksaserbasi sedang, didapati 2 gejala di atas. 3. Tipe III eksaserbasi ringan didapati satu gejala di atas ditambah infeksi saluran nafas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi, atau peningkatan frekwensi pernafasan atau pun nadi. Pemeriksaan laboratorium terhadap sputum, menunjukkan kuman terbanyak yang sering dijumpai pada eksaserbasi akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophylus influenzae, dan Moxarella catarrhalis. Pemberian antibiotik hendaknya yang memiliki spektrum luas dan bisa menghadapi kuman-kuman tersebut. Lama pemberian antibiotik tergantung ringan-beratnya infeksi akan tetapi umumnya 7-14 hari Babar, 2003.

2.2 Infeksi