Penduduk GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

bagi masyarakat untuk pergi ke rumah sakti umum karena jarak antara rumah sakit dan Kecamatan Tigalingga tidak lah begitu jauh.

2.5. Penduduk

Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kecamatan Tigalingga Tahun 2012 adalah 21.444 jiwa dan terdiri dari 5.512 rumah tangga. Dengan perincian laki-laki sebanyak 10.852 jiwa dan perempuan sebanyak 10.862 jiwa. Kepadatan penduduk di kecamatan ini adalah 109 jiwaKm 2 dan rata-rata anggota rumah tangga adalah 4 orang. Dan di Kecamatan Tigalingga tidak ada terdapat warga negara asing. Tabel 3: Komposisi Penduduk Kecamatan Tigalingga Berdasarkan Usia No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0-4 1.252 1.216 2.468 2 5-9 1.384 1.290 2.674 3 10-14 1.354 1.279 2.633 4 15-19 960 810 1.770 5 20-24 646 500 1.146 6 25-29 746 714 1.460 7 30-34 733 717 1.450 8 35-39 622 665 1.287 9 40-44 644 697 1.341 10 45-49 569 681 1.250 11 50-54 508 631 1.139 12 55-59 426 552 978 13 60-64 291 351 642 14 65-69 198 289 487 15 70-74 112 179 291 16 75+ 137 291 428 Jumlah 10.582 10.862 21.444 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga. Universitas Sumatera Utara Tabel 4: Komposisi Penduduk Bedasarkan Sarana Ibadah Agama Dan Desa No Desa Mesjid Muholla Gereja Kuil Wihara Jumlah 1 Sumbul tengah - - 8 - - 8 2 Ujung teran 3 - 3 - - 6 3 Sarintonu 1 - 7 - - 8 4 Juma gerat 3 - 8 - - 11 5 Palding 1 - 3 - - 4 6 Bertungen julu 1 - 8 - - 9 7 Lau molgap - - 6 - - 6 8 Suka ndebi 1 - 6 - - 7 9 Lau bagot 1 - 9 - - 10 10 Tigalingga - - 2 - - 2 11 Lau siereme 2 - 5 - - 7 12 Lau mil - - 9 - - 9 13 Lau pakpak - - 6 - - 6 14 Palding jaya 2 - 4 - - 6 Jumlah 15 - 84 - - 99 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Data penduduk Kecamata Tigalingga menganut 2 agama yaitu Kristen dan Islam. Perincian jumlah penganut agama tersebut adalah dilihat dari banyaknya sarana ibadah yang ada di setiap desa. Jumlah penduduk yang lebih banyak di Kecamatan Tigalingga adalah penganut Agama Kristen karena memiliki 84 sarana ibadah di dalam kecamatan. Dan disusul oleh Agama Islam yang memiliki 15 sarana ibadah yang ada di dalam kecamatan ini. Sedangkan sarana ibadah kuil dan wihara tidak ada di dalam Kecamatan Tigalingga. Kecamatan Tigalingga memiliki agama yang berbeda-beda tetapi itu bukanlah merupakan suatu halangan atau hambatan bagi masyarakat dalam bersosialisi. Masyarakat sadar bahwa perbedaan agama bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan apalagi menjadi pemicu konflik di dalam lingkungan bermasyarakat. Masyarakat bebas memeluk suatu agama dan itu menjadi Universitas Sumatera Utara pedoman bagi masyarakat di Kecamatan Tigalingga sehingga masyarakat saling menghargai satu dengan yang lain. Toleransi antar umat beragama di dalam masyarakat dapat dilihat pada hari-hari besar agama. Pada saat suasana Natal, hari Lebaran, dan pada saat Tahun baru seluruh masyarakat saling bersilaturahmi antar sesama umat beragama tanpa melihat agama apa yang dianut. Selain itu masyarakat juga saling menghargai dan membantu antar sesama umat beragama dalam menjalankan hari besar agama masing-masing baik itu Agama Kristen dan Agama Islam. Dalam bidang keagamaan didukung dengan 84 gereja dari setiap desa yang ada di Kecamatan Tigalingga. Dan ada 15 mesjid dari setiap desa yang ada di dalam kecamatan. Perbandingan gereja yang ada di Kecamatan Tigalingga adalah lebih banyak gereja HKBP dengan GBKP dibandingkan gerja lain seperti gereja Katolik dan gereja pentakosta. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kecamatan Tigalingga ini di dominasi oleh masyarakat suku bangsa Batak Toba dengan suku bangsa Batak Karo. Tabel 5: Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa No Desa Pak- pak Toba Karo Simalungun Lainnya Jumlah 1 Sumbul tengah 208 867 168 37 23 1.303 2 Ujung teran 503 312 682 19 27 1.543 3 Sarintonu 202 276 1.077 33 28 1.616 4 Juma gerat 563 457 435 345 28 1.828 5 Palding 87 237 789 128 67 1.308 6 Bertungen julu 66 422 558 445 8 1.501 7 Lau molgap 21 893 38 31 13 996 8 Suka ndebi 75 1.275 498 73 - 1.921 9 Lau bagot 47 1.440 355 174 126 2.142 10 Tigalingga 37 383 782 21 15 1.237 11 Lau siereme 381 849 1.197 53 41 2.520 12 Lau mil 40 202 27 26 - 2.114 Universitas Sumatera Utara 13 Lau pakpak 25 1.119 16 35 9 1.204 14 Palding jaya 100 276 989 149 7 `1.521 Jumlah 2.355 10.827 7.611 1.569 392 22.754 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Penduduk Kecamatan Tigalingga mayoritas adalah suku bangsa Batak Toba. Selain itu suku bangsa Batak Karo juga banyak terdapat di kecamatan ini. Kecamatan Tigalingga memiliki suku bangsa yang beragam karena banyak terdapat suku bangsa yang berbeda. Bahasa yang sering digunakan di Kecamatan Tigalingga ini adalah bahasa Toba dan bahasa Karo. Hal menarik yang terdapat di Kecamatan Tigalingga ini adalah masyarakat mengerti dua bahasa yaitu bahasa Toba dan bahasa Karo. Masyarakat Batak Toba yang berbicara bahasa Toba akan dibalas dengan bahasa Karo oleh Masyarakat Batak Karo begitu juga dengan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Tigalingga ini memiliki rasa sosialisasi yang tinggi antar sesama suku bangsa yang berbeda. Tabel 6: Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencahrian No Desa Pertanian Industri PNS dan ABRI Lainnya Jumlah 1 Sumbul tengah 1.069 5 12 - 1.086 2 Ujung teran 898 8 20 - 926 3 Sarintonu 691 6 9 - 706 4 Juma gerat 502 13 28 - 543 5 Palding 898 21 5 6 930 6 Bertungen julu 1.049 10 16 - 1.075 7 Lau molgap 852 6 15 - 873 8 Suka ndebi 1.349 16 22 - 1.387 9 Lau bagot 1.399 91 67 10 1.567 10 Tigalingga 672 98 71 9 850 11 Lau siereme 3.018 33 43 7 3.101 12 Lau mil 688 19 29 - 736 13 Lau pakpak 1.651 10 11 - 1.372 14 Palding jaya 1.054 32 23 - 1.109 Universitas Sumatera Utara Jumlah 15.490 368 371 32 16.261 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Mata pencahrian utama di Kecamatan Tigalingga adalah sebagai petani. Selain petani mata pencahrian lain yang ada di kecamatan ini adalah sebagai wiraswasta atau bekerja sebagai PNS dan ABRI. Selain itu masyarakat ada yang berdagang tapi itu biasanya dilakukan pada saat hari tertentu seperti hari Rabu, karena puncak pasar yang ada di Kecamatan Tigalingga ada pada hari Rabu dan disituah para masyarakat berkumpul untuk saling bersosialisai. Tabel 7: Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Desa Sekolah Tidak Sekolah Jumlah 1 Sumbul tengah 115 110 225 2 Ujung teran 184 151 335 3 Sarintonu 188 156 344 4 Juma gerat 231 129 360 5 Palding 119 89 208 6 Bertungen julu 130 148 278 7 Lau molgap 117 192 309 8 Suka ndebi 215 150 365 9 Lau bagot 127 138 265 10 Tigalingga 123 123 265 11 Lau siereme 136 132 246 12 Lau mil 168 173 268 13 Lau pakpak 113 186 341 14 Palding jaya 142 101 299 Jumlah 2.108 1.978 4.086 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Tabel menunjukkan bahwa Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan masih seimbang jumlahnya antara masyarakat yang sekolah dengan masyarakat yang tidak sekolah atau putus sekolah. Ini menandakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih minim setelah dilihat dari tabel. Tapi pada saat sekarang ini tingkat kesadaran masyarakat akan penting Universitas Sumatera Utara nya pendidikan sudah meningkat, karena dapat dilihat semkin banyaknya masyarakat dari Kecamatan Tigalingga mengikuti kuliah di luar kota seperti Kota Medan. Banyaknya jumlah masyarakat yang tidak sekolah kemungkinan besar diakibatkan oleh kurang nya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kebiasaan itu semakin pudar karena pemikiran masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak mereka atau generasi penerus bangsa. Kecamatan Tigalingga dalam hal pendidikan telah memiliki sekolah dasar yang menjadi salah satu program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Kecamatan Tigalingga memiliki 25 sekolah dasar dari setiap desa yang ada. Data dari dinas pendidikan dan pengajaran hanya ada 1 desa yang tidak memiliki sekolah dasar yaitu Desa Palding. Berbeda dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, Kecamatan Tigalingga hanya memiliki 3 gedung sekolah. Yang berada di Desa Lau Sireme, Lau Pak-pak, dan Desa Lau Bagot. Sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA hanya ada 1 gedung sekolah saja yang berada di Desa Lau Bagot.

2.6. Unsur-Unsur Kebudayaan