Unsur-Unsur Kebudayaan GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

nya pendidikan sudah meningkat, karena dapat dilihat semkin banyaknya masyarakat dari Kecamatan Tigalingga mengikuti kuliah di luar kota seperti Kota Medan. Banyaknya jumlah masyarakat yang tidak sekolah kemungkinan besar diakibatkan oleh kurang nya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kebiasaan itu semakin pudar karena pemikiran masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak mereka atau generasi penerus bangsa. Kecamatan Tigalingga dalam hal pendidikan telah memiliki sekolah dasar yang menjadi salah satu program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Kecamatan Tigalingga memiliki 25 sekolah dasar dari setiap desa yang ada. Data dari dinas pendidikan dan pengajaran hanya ada 1 desa yang tidak memiliki sekolah dasar yaitu Desa Palding. Berbeda dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, Kecamatan Tigalingga hanya memiliki 3 gedung sekolah. Yang berada di Desa Lau Sireme, Lau Pak-pak, dan Desa Lau Bagot. Sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA hanya ada 1 gedung sekolah saja yang berada di Desa Lau Bagot.

2.6. Unsur-Unsur Kebudayaan

Adapun tujuh unsur kebudayaan di Kecamatan Tigalingga adalah: 1. Sistem Religi Masyarakat Kecamatan Tigalingga menganut dua agama yaitu agama Kristen dan agama Islam. Masing-masing agama menjalankan ajaran agama masing- masing dengan baik tanpa ada gangguan. Kedua agama di Kecamatan ini saling Universitas Sumatera Utara menjaga kerukunan antar umat beragama. Masyarakat yang beragama Islam membentuk kegitatan perwiridan kaum bapak, kaum ibu, dan kaum muda-mudi. Masyarakat yang beragama Kristen juga membentuk kegiatan kebaktian keluarga, pendalaman Alkitab, dan doa syafaat. Kegiatan kerohanian yang ada di Kecamatan Tigalingga dilakukan setiap minggu secara rutin. Kegiatan kerohanian ini dilakukan terpisah antara kaum bapak dengan kaum muda-mudi, ini dilakukan suapaya kegiatan rohani yang dilakukan rutin setiap minggu tidak jenuh atau membosankan jadi kegiatan rohani disesuaikan dengan kategori tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Kecamatan Tigalingga memiliki sistem organisasi dan kemasyarakatan di dalam lingkungan seperti organisasi Pemuda Pancasila. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi yang digerakkan oleh pemuda kecamatan. Organisasi ini mempunyai beberapa kegiatan di dalam masyarakat, seperti melakukan kegiatan-kegiatan yang positif yang tujuannya diutamakan terhadap para pemuda. Salah satu kegiatan yang diadakan oleh organisai Pemuda Pancasila adalah dengan mengadakan kompetisi sepakbola antar kampung yang ada di Kecamatan Tigalingga. Kegiatan ini memang ditujukan bagi para pemuda, kegiatan ini diharapkan nantinya bisa menjalin kekompakan antar sesama pemuda yang ada di Kecamatan Tigalingga. Kegiatan organisasi ini sudah lama diselenggarakan. Kegiatan ini merupakan sudah menjadi salah satu kegiatan rutin di dalam Kecamatan Tigalingga. Kegiatan ini biasanya diadakan pada saat-saat tertentu seperti penyambutan perayaan hari Universitas Sumatera Utara raya Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus setiap tahunnya dan sudah menjadi salah satu kegiatan yang wajib diadakan oleh organisasi ini. 3. Sistem Ilmu Pengetahuan Masyarakat Kecamatana Tigalingga dalam bidang pendidikan memanfaatkan sekolah yang ada di setiap desa yang ada di kecamtan. Wajib belajar 9 tahun yang telah ditetapkan pemerintah dapat dilaksanakan oleh masyarakat Kecamtan Tigalingga karena sudah memiliki sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama. Sedangkan untuk perguruan tinggi masyarakat Kecamatan Tigalingga dapat melanjutkan pendidikan ke ibukota provinsi dan ibukota kabupaten. Dalam bidang ilmu pengetahuan kesehatan, masyarakat Kecamatan Tigalingga melakukan upaya dengan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang merupakan pengetahuan masyarakat adalah pengobatan dengan menggunakan ramuan obat-obat tradisional karo. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih ada orang pintar dalam membuat obat tradisional karo di Kecamatan Tigalingga, seperti minyak kem-kem dan minak alun. Obat tradisional karo yang dihasilkan ini biasanya diproduksi dalam bentuk minyak urut. Obat tradisional karo ini juga telah banyak dipasarkan ke masyarakat luas sebagai salah satu obat tradisional. Masyarakat Kecamatan Tigalingga memiliki orang yang pandai dalam pengerajin pembuatan keranjang. Hal ini dapat dilihat pada saat musim durian, banyak masyarakat yang menjadi pengrajin keranjang yang akan di jual dan digunakan sebagai tempat hasil panen durian yang akan dibawa ke pasar atau dijual kepada agen durian. Universitas Sumatera Utara 4. Sistem Bahasa Bahasa yang digunakan masyarakat Kecamatan Tigalingga sehari-hari adalah bahasa Toba dan bahasa Karo. Masyarakat Kecamatan Tigalingga bisa menggunakan dua bahasa ini. Masyarakat Toba bisa berkomunikasi dengan masyarakat Karo dengan menggunakan bahasa Karo, dan sebaliknya masyarakat Karo bisa berkomunikasi dengan masyarakat Toba dengan menggunakan bahasa Toba. Ini menandakan bahwa masyarakat di Kecamatan Tigalingga memiliki rasa sosisalisasi antar suku yang sangat erat. Bahasa Indonesia digunakan dalam bidang pendidikan di sekolah dan di dalam perkantoran. Umumnya masyarakat Kecamatan Tigalingga bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Jadi bagi masyarakat luar yang datang ke kecamatan ini bisa berkomunikasi dengan masyarakat Kecamatan Tigalingga dengan baik. 5. Sistem Kesenian Kesenian adat masih dapat ditemukan di Kecamatan Tigalingga. Kesenian adat Toba dan Karo biasanya ditemukan pada saat acara adat seperti acara pernikahan, acara adat, acara kematian. Kesenian suku Karo bisa juga ditemukan pada saat acara tahunan dan acara guro-guro aro. Guro-guro aron adalah pesta seni Karo khususnya bagi kaum muda. Kesenian adat Toba dapat dilihat pada acara-acara adat dengan gondang dan tarian tor-tor. Tarian ini merupakan salah satu kesenian yang masih tetap dilaksanakan di Kecamatan Tigalingga. Gondang merupakan salah satu yang wajib di dalam pelaksanaan adat batak Toba. Pakaian adat dalam pelaksanaan acara adat juga menjadi salah satu yang tidak boleh dilupakan, contoh pakaian adat yang harus ada adalah ulos. Ulos adalah kain, Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam Universitas Sumatera Utara tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden. 6. Sistem Ekonomi dan Mata Pencahrian Masyarakat Kecamatan Tigalingga pada umumnya adalah petani. Petani di kecamatan ini biasanya mengolah ladang yang ditanami cokelat, kopi, dan tanaman yang paling banyak yang ada di kecamatan ini adalah buah durian. Buah durian dari Kecamatan Tigalingga sudah terkenal dan pemasarannya sudah sampai di Kota Medan. Buah durian merupakan salah satu pemasukan bagi masyarakat pada bulan tertentu. Buah durian biasanya panen pada awal bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Selain buah durian masyarakat juga mengolah cokelat dan kopi yang dapat dipanen lebih cepat. Cokelat dan kopi dapat dipanen sekali dalam seminggu yang membuat masyarakat di kecamatan ini mengkombinasikan ladang cokelat, kopi, dan durian pada satu ladang saja. Selain menjadi petani, masyarakat Kecamatan Tigalingga juga bermata pencaharian sebagai buruh, pegawai, pedagang dan lain sebagainya. Dan jumlah ini sedikit dibandingkan dengan masyarakat yang profesinya sebagai petani, karena Kecamatan Tigalingga masih banyak dikelilingi oleh ladang. 7. Sistem Alat dan Teknologi Masyarakat Kecamatan Tigalingga sudah menggunakan teknologi modern dalam pertanian. Pada saat sekarang para petani sudah menggunakan alat-alat pertanian dengan menggunakan mesin bahkan sudah sampai menggunakan mesin traktor dalam pengolahan pertanian. Kemajuan teknologi itu meninggalkan Universitas Sumatera Utara kebiasaan masyarakat petani yang hanya menggunakan alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, pisau, bajak, dan sabit. Perawatan petani terhadap tanaman digunakan masyarakat dalam pembasmian hama dilakukan masyarakat dengan menggunakan pupuk kimia dan disemprotkan dengan menggunakan alat pompa. Universitas Sumatera Utara

BAB III TIGALINGGA SEBAGAI SUATU KOMUNITAS