Obyek Persepsi Perilaku Kesehatan Andersen

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif. 4. Emosi Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah. 5. Budaya Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang diluar kelompoknya sebagai sama saja.

2.1.4. Obyek Persepsi

Sebagaimana disebutkan bahwa persepsi itu merupakan proses pengamatan maka hal-hal yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk dan disebut sebagai objek dari persepsi itu. Adapun objek dari persepsi itu adalah : 1. Manusia termasuk didalamnya kehidupan sosial manusia, nilai-nilai kultural dan lain-lain. Dalam hal ini digunakan istilah persepsi interpersonal. 2. Benda-benda mati seperti balok, pohon dan lain-lain. Dalam hal ini digunakan istilah persepsi obyek Notoatmodjo, 2003. 2.2. Teori Tentang Penggunaan Pelayanan Kesehatan Menurut Levey dan Loombo yang dijabarkan oleh Azrul Azwar 1996, menyatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan Universitas Sumatera Utara secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Dalam mencapai kesejahteraan dan pemeliharaan penyembuhan penyakit sangat diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu dimana tanpa adanya pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh di wilayah Indonesia ini tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal. Azwar, 1996 Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pola- pola penggunaan pelayanan kesehatan pada beberapa daerah. Hal ini tidak dapat dijelaskan hanya karena adanya perbedaan morbidity rate atau karakteristik demografi penduduk, tetapi faktor-faktor sosial budaya atau faktor-faktor penting yang menyebabkan tidak digunakannya fasilitas kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan tidak perlu diukur hanya dalam hubungannya dengan individu tetapi dapat diukur berdasarkan unit keluarga. Sarwono, 1992. Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika memilih dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, diantaranya :

2.2.1. Perilaku Kesehatan Andersen

Perilaku kesehatan juga dapat ditinjau dari model andersen 1968, suatu pendekatan konseptual yang banyak digunakan dalam survei pemanfaatan pelayanan kedokteran. Kerangka asli model itu menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga dan menyatakan bahwa hal itu tergantung pada : a. Predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan Universitas Sumatera Utara Mencakup karakteristik keluarga sebelum kejadian penyakit, dimana terdapat kecenderungan yang berbeda dalam penggunaan pelayanan kesehatan seperti umur, jenis kelamin, status keluarga, pendidikan, suku bangsa, sikap dan kepercayaan terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit termasuk stres serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan. b. Kemampuan mereka untuk melaksanakannya Andersen mengemukakan bahwa meskipun keluarga memberikan predisposisi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, namun beberapa faktor harus tersedia untuk menunjang pelaksanaanya, yaitu : faktor kemampuan, baik dari keluarga misalnya, penghasilan dan simpanan, asuransi kesehatan dan dari komunitas misalnya, tersedianya fasilitas dan tenaga pelayanan kesehatan, lamanya menunggu pelayanan serta lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan tersebut. c. Kebutuhan mereka terhadap jasa pelayanan tersebut Jika faktor predisposisi keluarga dan kemampuan tersebut ada maka variasi persepsi terhadap penyakit atau kemungkinan kejadiannya serta cara orang menanggapi penyakit atau kemungkinan sakit akan menentukan dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Model ini telah digunakan dalam beberapa penelitian yang melibatkan sejumlah besar responden. Dalam penelitian yang dilakukan Andersen 1968, berdasarkan survei terhadap 2367 keluarga pada tahun 1964, model tersebut menjelaskan 43 varians penggunaan pelayanan kesehatan. Mengenai komponen predisposisi, kemampuan, dan kebutuhan tampak bahwa : Universitas Sumatera Utara 1 Faktor besar keluarga 15 berkaitan dengan hampir semua varian dari faktor-faktor predisposisi, dan hanya sedikit kontribusi dari variabel struktur sosial. Sedangkan faktor kepercayaan tentang kesehatan tidak menunjukkan pengaruh yang berarti. 2 Faktor kemampuan memperlihatkan pengaruh pada penggunaan pelayanan kesehatan yakni faktor asuransi kesehatan 2, penggunaan fasilitas kesejahteraan 1 dan sumber pelayanan reguler 3 . 3 Faktor kebutuhan berperan lebih besar 20 dimana persepsi terhadap penyakit diukur dengan jumlah hari tidak bisa kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh 14 dari varian tersebut Muzaham, 1995.

2.3. Pekerja Seks Komersil

Dokumen yang terkait

Pengaruh Demografi Dan Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang HIV/AIDS Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik VCT Komite Penanggulangan HIV/AIDS Di Kabupaten Toba Samosir

1 44 124

Karakteristik Anak Buah Kapal ( ABK ) Yang Mengikuti Skrining HIV Di Klinik VCT Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Medan

3 34 90

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

standard operasional prosedur klinik ims dan vct mobile

0 1 29

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 13

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 46

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 4

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 1 18