saranaprasarana yang akan digunakannya, serta usia dewasa responden dapat mengerti dan memahami mutu pelayanan yang ada pada VCT Medan Belawan yaitu
yang terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keramahtamahan petugas dalam melayani pasien
dan keyakinan pasien pada jasa pelayanan tersebut ini dari pendapat Roberth dan Prevast yang dikutip oleh Anwar .A,1996.
5.2. Faktor Internal
Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang
sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Pendidikan PSK sangat berpengaruh atas segala aktivitas yang dilakukan PSK dalam melakukan pekerjaannya yang akan
mempenagaruhi pengetahuan PSK itu sendiri dan akan berbanding lurus terhadap sikap yang akan dilakukan PSK dalam pekerjaannya. Motif yang melatarbelakangi
seseorang menjadi pelacur adalah tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidup,
khususnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik.
5.2.1. Pengetahuan Tentang VCT
Pengetahuan didefenisikan sebagai segala apa yang diketahui berkenaan semua yang pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta atau teori yang
memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala yang dihadapinya. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman langsung atau orang lain yang sampai kepada
seseorang Notoatmodjo, 1993
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya informan mengatakan bahwa VCT adalah sebuah kegiatan dimana informan diperiksa untuk mengetahui apakah informan terkena HIV atau
tidak, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan berikut ini:
“,,,setau saya ya,,, pereksa darah supaya tau penyakit HIV,,, itu supaya kita tau kita ne kena HIV ato nggak,,,”
Sesuai dengan teori Bloom, bahwa informan pada tahap memahami comprehension karena para informan sudah memiliki pemahaman dan mampu
menjelaskan tentang konseling VCT dengan benar walaupun dengan bahasa yang berbeda-beda. Secara defenisi konseling VCT adalah kegiatan konseling yang besifat
sukarela dan rahasia yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV di laboratorium. Konseling dilakukan dengan tujuan agar klien mengerti akan
HIVAIDS dengan benar. KPAI, 2007 Faktor resiko maksudnya adalah faktor–faktor perilaku yang dapat
menyebabkan terifeksi HIVAIDS seperti: 1.
Hubungan seks dengan berganti – ganti pasangan 2.
Menggunakan jarum suntik secara bergantian pada pecandu narkoba 3.
Hubungan seks sesama jenis baik laki–laki dengan laki–laki ataupun perempuan dengan perempuan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai lokasi tempat melakukan VCT, keseluruhan informan mengatakan tidak mengetahui jika ada lokasi
lain selain di Belawan, seperti yang di ungkapkan oleh beberapa informan berikut :
“,,,tak tau,,, dekat,,,karena saya kan tinggalnya dekat sini dan gak pernah kemana-mana ya mas,,,”
Universitas Sumatera Utara
“,,,mmm saya taunya Kecamatan Medan Belawan aja,,, karena
jarak rumah saya dengan KKP Belawan tidak terlalu jauh,,,”
Berdasarkan jawaban dari informan tersebut menurut asumsi peneliti adalah
hal yang wajar, karena berdasarkan hasil observasi selama dilapangan dapat terlihat bahwa ketika siang hari mereka sangat sulit di jumpai karena sebagian besar dari
mereka beristirahat karena pada malam harinya mereka melakukan aktivitas hingga larut malam, sehingga mereka tidak mengetahui mengenai lokasi lainnya dari VCT
yang ada di Kota Medan selain yang berada di Belawan.
Universitas Sumatera Utara
Klinik Rujukan VCT yang ada di Kota Medan : a.
Rumah Sakit Adam Malik b.
Rumah Sakit Bina Us-Syifa c.
Rumah Sakit Pirngadi d.
Rumah Sakit Bhayangkara e.
Klinik VCT Belawan KKP Kelas II Medan f.
Rutan Kelas I Medan g.
Klinik VCT Kartika RS. Rumkitdam h.
VCT Bestari Medan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kegiatan informan selama mengikuti
VCT, keseluruhan informan mengatakan bahwa mereka hanya ngobrol-ngobrol dengan petugas, dimana petugas VCT sudah mengenal mereka sebelumnya dan
kegiatan yang dilakukan adalah wawancara kemudian pengambilan sampel darah dan mendapatkan hasil, seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan berikut :
“,,,orang sini udah kenal semua sama saya,,, kayak artisnya gitu lho mas,,, heheh,,,”
Dalam tahapan VCT, konseling dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah
tes HIV. Pada tahap pre konseling dilakukan pemberian informasi tentang HIV dan AIDS, cara penularan, cara pencegahan dan periode jendela. Kemudian konselor
melakukan penilaian klinis. Pada saat ini klien harus jujur menceritakan kegiatan yang beresiko HIVAIDS seperti aktivitas seksual terakhir, menggunakan narkoba
suntik, pernah menerima produk darah atau organ, dan sebagainya. Konseling pra
Universitas Sumatera Utara
testing memberikan pengetahuan tentang manfaat testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan perencanaan atas issue HIV yang dihadapi.
Setelah tahap pre konseling, klien akan melakukan tes HIV. Pada saat melakukan tes, darah akan diambil secukupnya dan pemeriksaan darah ini bisa
memakan waktu antara setengah jam sampai satu minggu tergantung metode tes darahnya. Dalam tes HIV, diagnosis didasarkan pada antibodi HIV yang ditemukan
dalam darah. Tes antibodi HIV dapat dilakukan dengan tes ELISA, Westren Blot ataupun Rapid. wordpress.com, 2009
5.2.2. Sikap Petugas