Konseling Kerangka Pikir TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Konseling

Pengertian konseling menurut beberapa defenisi. 1. Konseling adalah proses komunikasi antara seseorang konselor dengan orang lain. Depkes RI, 2000:32. 2. Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar upaya untuk mengatasi masalah tersebut.Saifudin, Abdul Bari dkk, 2001:39 3. Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan klien. Saraswati, Lukman, 2002:15

2.6. Voluntary Counseling and Test VCT atau Konseling dan Tes Sukarela KTS

Voluntary Counseling and testing VCT, dalam bahasa Indonesia disebut konseling dan tes sukarela, VCT merupakan kegiatan konseling bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV di Laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani Universitas Sumatera Utara informed consent yaitu surat persetujuan setelah mendapat penjelasan yang lengkap dan benarKPAI,2007

2.6.1. Proses Konseling

Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien yang membuahkan kematangan kepribadian pada konselor dan memberikan dukungan mental-emosional kepada klien. proses konseling mencakup upaya-upaya yang realistik dan terjangkau serta dapat dilaksanakan. Proses konseling hendaknya mampu : 1. Memastikan klien mendapatkan informasi yang sesuai fakta. 2. Menyediakan dukungan saat kritis. 3. Mendorong perubahan yang dibutuhkan untuk mencegah atau membatasi penyebaran infeksi. 4. Membantu klien memusatkan perhatian dan mengenali kebutuahan jangka pendek serta jangka panjang dirinya sendiri. 5. Mengajukan tindakan nyata yang sesuai untuk dapat diadaptasikan klien dalam kondisi yang berubah. 6. Membantu klien memahami informasi peraturan perundang-undangan tentang kesehatan dan kesejahteraan. 7. Membantu klien untuk menerima informasi yang tepat, dan menghargai serta menerima tujuan tes HIV baik secara teknik, sosial, etika dan implikasi hukum. Selama proses konseling konselor bertindak sebagai pantulan cermin bagi pikiran, perasaan dan perilaku klien, dan konselor memandu klien menemukan jalan Universitas Sumatera Utara keluar yang diyakininya. konseling sering kali diperlukan, tergantung dari masalah dan kebutuhan klien.

2.6.2. Tahapan Konseling

a. Konseling pra tes Tahapan ini adalah permulaan pengenalan konseling dengan klien, hal – hal apa saja yang akan dilakukan selama proses konseling dimulai dari tahap ini. tahapan ini adalah awal dari VCT. Dimulai dari pengenalan karakteristik klien, sampai ke pemahaman klien terhadap HIVAIDS. Dalam tahap ini konselor harus dapat memahamkan klien tentang : 1. Implikasi mengenai status serologi 2. Cara beradaptasi dengan informasi baru 3. Membuat persetujuan tes informed consent 4. Dilakukan sebelum menjalani test, berisi : - Pemahaman HIVAIDS dan tes - Pemahaman profil risiko klien - Diskusi seksualitas, relasi, perilaku seksual - Perilaku berkaitan dengan penggunaan Napza - Cara Prevensi b. Konseling pasca test Tahapan ini dilakukan setelah klien selesai melakukan tes darah di laboratorium. Konseling pada tahapan ini sangat penting karena pada tahap ini emosional klien akan sangat terungkap pada konseling, konseling ini seharusnya : 1. Konseling pasca tes selalu harus ditawarkan pada klien Universitas Sumatera Utara 2. Tujuan utama adalah memahami hasil tes dan mulai beradaptasi dengan status serelogiknya. Bila hasil Positif + 1. Hasil segera disampaikan kepada klien dengan jelas dan nada suara datar, lakukan dukungan emosional pada klien dan diskusikan tentang cara menghadapinya 2. Pastikan klien mempunyai dukungan emosional cukup dan segera dari orang dekatnya 3. Diskusi hubungan seks aman 4. Konseling memberikan dukungan akan perlunya terapi perawatan diri – gaya hidup sehat 5. Bagi keluarga yang membutuhkan konseling agar dapat mendukung klien dan diri sendiri Bila hasil Negatif - 1. Diskusikan perubahan perilaku kearah hidup sehat 2. Motivasi klien untuk mengubah perilaku dengan memberikan akses rujukan pelayanan 3. Hasil negatif bukan berarti tak terinfeksi, ulangi tes 1 – 3 bulan lagi.

2.6.3. Pentingnya VCT

VCT sangat penting karena : 1. Merupakan pintu maasuk ke seluruh layanan HIVAIDS. Universitas Sumatera Utara 2. Menawarkan keuntungan, baik bagi yang hasil tesnya positif maupun negatif, dengan fokus pada pemberian dukungan terapi ARV, pemahaman faktual dan terkini atas HIVAIDS. 3. Mengurangi stigma masyarakat. 4. Merupakan pendekatan menyeluruh baik kesehatan fisik dan mental 5. Memudahkan akses keberbagai pelayanan yang dibutuhkan klien baik kesehatan maupun psikosial. Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor Internal Pengetahuan Kepercayaan Sikap Pekerjaan Pendidikan VCT Faktor Eksternal Teman Seprofesi Media massa Persepsi Pekerjs Seks Komersial terhadap VCT Dari bagan diatas bahwa faktor internal yang melekat pada informan yaitu Pengetahuan, kepercayaan, sikap, pendidikan, pekerjaan. Faktor eksternal adalah lingkungan, media massa yang mempengaruhi informan untuk melakukan VCT yang mempengaruhi persepsi kelompok resiko tinggi HIVAIDS. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam indepth interview untuk mengetahui Persepsi kelompok beresiko terhadap pemanfaatan klinik IMS dan VCT di klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2009. 3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada salah satu klinik Voluntary Counseling and Test VCT yang ada di Kota Medan yaitu Klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2009.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November tahun 2009.

3.3. Pemilihan Informan

Informan adalah kelompok beresiko tinggi HIVAIDS yaitu Pekerja Seks Komersial PSK yang ada di wilayah kerja di Klinik VCT Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Kota Medan Tahun 2009 yang sudah melakukan VCT yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Belawan. Informan dipilih berdasarkan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Demografi Dan Pengetahuan Pekerja Seks Komersial Tentang HIV/AIDS Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik VCT Komite Penanggulangan HIV/AIDS Di Kabupaten Toba Samosir

1 44 124

Karakteristik Anak Buah Kapal ( ABK ) Yang Mengikuti Skrining HIV Di Klinik VCT Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan Medan

3 34 90

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

standard operasional prosedur klinik ims dan vct mobile

0 1 29

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 13

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 46

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 4

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 1 18