adalah beralih pada pemakaian pupuk organik. Pupuk organik dianggap sebagai pupuk yang ramah lingkungan karena selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam
tanah juga terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian.
Salah satunya petani yang beralih menggunakan pupuk organik yaitu petani di desa Beras tepu Kab. Karo Sumatera Utara, mereka memanfaatkan kotoran lembu sebagai
pupuk pertanian mereka. Pupuk tersebut dibuat sendiri dan dipergunakan untuk keperluan sendiri. Pembuatannya sangat sederhana hanya dengan mencampurkan ± 25 kg kotoran
lembu, ± 5 kg terasi, ± 1 kg gula merah dan ditambah sedikit air. Kemudian difermentasikan selama satu minggu 6 hari secara anaerob. Setelah difermentasikan
pupuk tersebut sudah dapat diberikan ketanaman. Pupuk kompos campuran dari kotoran lembu, terasi dan gula merah mengandung unsur N, P dan K yang merupakan unsur
primer yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif dan generatif.
Oleh karena itu, didasarkan pada kebiasaan petani membuat kompos dari campuran kotoran lembu, terasi dan gula merah serta memfermentasikan selama satu
minggu 6 hari, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui berapa kadar N, P dan K pada masing-masing bahan kompos tersebut, sebelum dan setelah fermentasi 6
hari yang dapat berguna bagi petani dan pembuat pupuk organik.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah berapa kadar Nitrogen, Fosfor dan Kalium di dalam kompos campuran kotoran lembu, terasi dan gula merah sebelum dan
setelah fermentasi
1.3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar Nitrogen, Fosfor dan Kalium pada campuran kotoran lembu, terasi dan gula merah sebelum dan setelah fermentasi.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa kadar unsur Nitrogen, Fosfor dan Kalium di dalam campuran kotoran lembu, terasi dan gula merah, sebelum
dan setelah fermentasi.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi yang berguna terutama kandungan Nitrogen, Fosfor dan Kalium di dalam pupuk kompos campuran dari
kotoran lembu, terasi dan gula merah yang telah di fermentasi, sehingga dapat dipertimbangkan penggunaanya sebagai pupuk yang dapat berguna untuk pertanian dan
pembuat pupuk organik.
1.6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lab. Biokimia FMIPA, Lab. Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan dan Lab. Pusat Penelitian Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
1.7. Metodologi Penelitian.
Penelitian ini merupakan eksperimen yang dilakukan dilaboratorium dengan cara-cara sebagai berikut :
- Sampel Kotoran lembu diambil secara acak di daerah Tanjung Anom, Medan.
- Sampel terasi diambil di Pasar Sambu, Medan.
- Sampel gula merah diambil di Pasar Sambu, Medan.
- Fermentasi dilakukan dengan cara mencampurkan kotoran lembu, terasi dan gula
merah dengan sedikit penambahan air kemudian difermentasikan selama 6 hari. -
Penentuan kadar Nitrogen N dilakukan dengan metode Kjehldahl. -
Penentuan kadar Fosfor P dengan spektrofotometri. -
Penentuan kadar Kalium K dengan Spektrofotometer Serapan Atom.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kotoran Lembu
Kotoran lembu berasal dari kandang ternak yang mengandung senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral-mineral. Oleh karena itu sangat
bermanfaat jika diolah menjadi pupuk yang dapat memberikan unsur hara bagi pemacu pertumbuhan dan produksi tanaman. Kotoran lembu termasuk jenis pupuk dingin, tidak
baik langsung diberikan pada tanaman karena merupakan pupuk padat yang keadaanya bila terpengaruh oleh udara maka cepat akan terjadi pergerakan sehingga keadaanya
menjadi keras, selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk itu menjadi sukar menembus atau merembes ke dalamnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad
renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam kotoran tersebut menjadi zat- zat hara yang tersedia dalam tanah mengalami hambatan, perubahan berlangsung secara
perlahan-lahan lambat. Pada perubahan ini kurang sekali terbentuk panas,Mulyani, 1999.
Kotoran ternak jika diolah menjadi pupuk, mempunyai sifat yang lebih baik dibanding dengan pupuk alam lainnya maupun dengan pupuk buatan. Walau cara
kerjanya dapat dikatakan lambat karena harus mengalami proses perubahan terlebih dahulu sebelum diserap tanaman. Pupuk kompos mempunyai pengaruh yang positif
baik terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah serta mendorong kehidupan perkembangan jasad renik di dalam tanah, juga mengandung unsur-unsur makro Nitrogen, Fosfor dan
Kalium dan unsur-unsur mikro Kalsium, Magnesium, Tembaga serta sejumlah kecil Mangan, Boron, dll yang kesemuanya membentuk pupuk, menyediakan unsur-unsur atau
zat-zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, Marsono, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengolah kotoran hewan menjadi produk yang lebih bermanfaat dan potensial meningkatkan pendapatan masyarakat petani dan peternak, diperlukan paket
teknologi fermentasi dengan melibatkan peran bakteri mikroorganisme untuk mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia ke substrat organik sehingga bisa
diimplementasikan langsung sebagai nutrisi pada tanaman pertanian seperti pada tanaman padi, sayur-sayuran dan tanaman perkebunan Rahman, 1989; Lingga, 1993; Anonim
2004. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa adanya peningkatan unsur-unsur kimia yang diperlukan tanaman dari kotoran hewan yang difermentasi bila dibandingkan
dengan yang belum difermentasi. Oleh karena itu, penerapan teknologi fermentasi sangat bermanfaat dan perlu dilakukan, http:www.akademic.unsai.ac.id.
2.2. Terasi