dalam komunikasi anatarbudaya merupakan hal yang dirasakan dan dialami secara subjektif oleh setipa individu subjek penelitian nantinya.
II.1.3 Kompetensi Komunikasi Antarbudaya
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian dan kecemasan mengalami penurunan atau peningkatan dalam suatu pertemuan antarbudaya.
Faktor-faktor tersebut adalah motivasi, pengetahuan dan kecakapan Rahardjo, 2005: 69-70. Faktor-faktor tersebut disebut Gundykunst sebagai kompetensi
komunikasi antarbudaya, yang secara konseptual diberi arti sebagai kecakapan- kecakapan yang dibutuhkan oleh suatu pihak untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang berbeda latar belakang budaya Rahardjo, 2005:71. Motivasi sendiri adalah dimensi paling penting dalam kompetensi
komunikasi. Jika kita tidak termotivasi dalam berkomunikasi dengan orang lain maka tak akan ada gunanya kemampuan yang kita punya. Jadi secara sederhana
motivasi bisa dinilai sebagai hasrat untuk membuat komitmen dalam hubungan, untuik belajar tentang diri dan orang lain, dan untuk menyisakan keluwesan
Martin Nakayama, 2007: 435. Sedangkan pengetahuan dipahami sebagai kualitas dari pemahaman kita tentang apa yang dibutuhkan dan tindakan supaya
memiliki kompetensi komunikasi antarbudaya Rahardjo, 2005:71. Dan kecakapan sendiri menyangkut pada kinerja perilaku yang sebenarnya yang
dirasakan efektif dan pantas dalam konteks komunikasi Rahardjo, 2005:71.
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah tabel penjelasan komponen kompetensi komunikasi antarbudaya: Komponen Kompetensi Komunikasi
Antarbudaya Elemen
1. Motivasi
- kebutuhan untuk memprediksi,
- kebutuhan untuk menghindari
penyebaran kecemasan, dan
-
kebutuhan untuk menopang konsep diri Gundykunst Kim, 2003:
276-
279.
- mindful terhadap ranah identitas,
- mindful
terhadap kebutuhan identitas,
-
mindful terhadap kecenderungan etnosentrisme Rahardjo, 2005:76.
2. Pengetahuan
- pengetahuan tentang bagaimana
mengumpulkan informasi, -
pengetahuan tentang perbedaan kelompok,
- pengetahuan tentang kesamaan
personal, -
pengetahuan tentang interpretasi alternatif Gundykunst Kim,
2003: 279-283. -
pengetahuan tentang nilai kulturalpersonal,
- pengetahuan tentang bahasa dan
komunikasi verbal, -
pengetahuan tentang komunikasi non verbal,
Universitas Sumatera Utara
- pengetahuan tentang batas in-group
dan out-group, -
pengetahuan tentang pengembangan relasi,
- manjemen konflik
-
pengetahuan tentang adaptasi antarbudaya. Rahardjo, 2005:76.
3. Kecakapan
- kemampuan untuk memberi
perhatianmengamati dan mendengarkan,
- kemampuan untuk bertoleransi pada
ambiguitas, -
kemampuan dalam mengelola kecemasan,
- kemampuan berempati,
- kemampuan untuk menyesuaikan
perilaku, -
kemapuan untuk memberikan ketepatan dalam memprediksi dan
menjelaskan perilaku orang lain Gundykunst Kim, 2003: 285-
292 -
mindful dalam pengamatan, dan dalam mendengarkan,
- mampu empati verbal,
- memiliki kepekaan non-verbal,
- memiliki kecakapan menyesuaikan
diri dan konflik konstrukstif -
memiliki mindful terhadap
stereotip Rahardjo, 2005:76.
Universitas Sumatera Utara
Howell menitikberatkan bahwa komunikasi antarbudaya adalah sama, yang akan memiliki lebih dapat diperoleh melalui analisis secara sadar, dan
tingkat tertinggi dari kompetensi komunikais diperoleh dari proses pemikiran yang analitik dan holistik. Howell kemudian mendefinisikan empat level
kompetensi komunikasi antarbudaya yaitu: Unconcious Incompetence, Conscious Incompetence, Conscious Competence, dan Unconscious Competence Martin
Nakayama, 2007: 443 Unconcious Incompetence terjadi apabila seseorang tidak sadar, akan
perbedaan dan merasa tidak butuh berprilaku pada situasi tertentu sedangkan Conscious Incompetence terjadi pada saat seseorang telah menyadari sesuatu tidak
berjalan dengan baik dalam komunikasinya tapi tidak yakin kenpa dan tidak tahu harus berbuat apa. Conscious Competence terjadi bila seseorang sudah mampu
berkomunikasi dengan baik, melalui proses pemikiran analitik dan belajar, dan terus mengubah perilakunya supaya komunikasi menjadai lebih lebih efektif. Dan
Unconscious Competence terjadi apabila seseorang belum menyadari bahwa komunikasinya berjalan dengan lancar dan sebenarnya dia cukup memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi Martin Nakayama, 2007: 443-445. Level dari kompetensi bukanlah sesuatu yang kita dapat peroleh melalui
kesadaran untuk mencobanya. Hal itu terjadi ketika bagian proses analisis dan menyeluruh holistik pada komunikasi digunakan secara bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara
II.2 Identitas Etnis II. 2. 1 Pengertian Identitas Etnis