Manfaat Penelitian Kerangka Konsep Operasionalisasi Konsep

3. Untuk mengetahui kompetensi komunikasi antarbudaya mahasiswa asal Malaysia di Fakultas Kedokteran USU. 4. Untuk mengetahui peran identitas etnis yang dibangun dalam komunikasi antarbudaya pada mahasiswa asal Malaysia di Fakultas Kedokteran USU.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antar budaya dengan metodologi kualitatif. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam memahami konteks komunikasi antarbudaya yang terjadi di dekat kita.

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak tau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1991:39-40. Universitas Sumatera Utara Ketika suatu masalah penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoba membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya yang dianggap mampu menjawab masakah penelitian. Bungin2007: 31, Teori digunakan peneliti untuk men-justifikasi dan memandu penelitian mereka. Mereka juga membandingkan hasil penelitian berdasarkan teori itu untuk lebih jauh mengembangkan dan menegaskan teori tersebut Mulyana, 2001:16 Dalam penelitian ini, teori-teori yang relevan adalah Komunikasi, Komunikasi Antar Budaya, Identitas Etnik, dan Teori Interaksi Simbolik.

I.6.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan anatar dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam Bahasa Latin Communico yang artinya membagi Cangara, 2005: 18. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat. Pengaruh keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu, menurut Dr Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas Cangara, 2005: 1. Sedangkan Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain Universitas Sumatera Utara untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan Mulyana, 2007: 4. Gordon I Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tuigas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain Mulyana, 2007: 4. Sedangkan William I. Gorden merumuskan 4 fungsi komunikasi yaitu; komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental, tidak saling meniadakan Mulyana, 2007: 5. Berbagai pakar komunikasi mencoba merumuskan definisi komunikasi. Sebagaimana dikemukakan John R Wenburg dan Wiliam W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Definisi yang sesuai dengan konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah misalnya adalah pendapat Carl I. Hovland yang meyatakan proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan biasanya lambang-lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain komunikan Mulyana, 2007: 68. Sedangkan definisi komunikasi sebagai konsep transaksi, misalnya, pendapat Judy Universitas Sumatera Utara C.Pearson dan Paul E. Nelson yang merumuskan komunikasi sebagai proses memahami dan berbagi makna Mulyana, 2007: 76. Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang ‘’melayani’’ hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu Liliweri, 2004: 5.

1. 6.2 Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya sendiri dapat dipahami sebagai pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya Liliweri, 2004: 9. Dalam rangka memahami kajian komunikasi antar budaya maka kita mengenal beberapa asumsi, yaitu: 1. komunikasi antar budaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan. 2. dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi 3. gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi 4. komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian 5. komunikasi berpusat pada kebudayaan 6. efektivitas antarbudaya merupakan tujaun komunikasi antarbudaya Liliweri, 2004: 15 Proses komunikasi antarbudaya sama seperti proses komunikasi lainnya, yakni suatu proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis Liliweri, 2004: 24. Dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi. Demikian pula dapat dikatakan bahwa interaksi antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai komunikasi yang sukses bila bentuk-bentuk hubungan Universitas Sumatera Utara antarbudaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbaharui relasi antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga kepada berhasilnya pembagian teknologi dan mengurangi konflik. Mengutip pendapat Habermas, bahwa dalam setiap proses komunikasi apapun bentuknya selalu ada fakta dari semua situasi yang tersembunyi di balik para partisipan komunikasi. Menurutnya, beberapa kunci iklim komunikasi dapat ditunjukkan oleh karakteristik antara lain; suasana yang menggambarkan derajat kebebasan, suasana di mana tidak ada lagi tekanan kekuasaan terhadap peserta komunikasi, prinsip keterbukaan bagi semua, suasana yang mampu memberikan komunikator dan komunikan untuk dapat membedakan antara minat pribadi dan minat kelompok. Dari sini bisa disimpulkan bahwa iklim komunikasi antara budaya tergantung pada 3 dimensi, yakni perasaan positif, pengetahuan tentang komunikan, dan perilaku komunikator Liliweri, 2004: 48. Pada komunikasi antarbudaya penting untuk megetahui tentang identifikasi bersama homofili. Prinsip homofili dalam komunikasi antarbudaya setidaknya akan membantu komunikator dan komunikan untuk memperoleh semacam persamaan yang nantinya akan mendorong proses komunikasi. Atau dapat juga dikatakan bahwa berdasarkan prinsip homofili, orang cenderung untuk berinteraksi dengan individu-individu lain yang serupa dalam hal karakteristik- karakteristik sosial dengannya. Misalanya homofili dalam penampilan, latar belakang, sikap, nilai dan kepribadian. Namun perbedaan-perbedaan dalam Universitas Sumatera Utara komunikasi antar budaya juga bisa menjadi kerangka atau matriks dimana komunikasi terjadi. Dengan adanya derajat perbedaan heterofili, orang-orang yang berkomunikasi tadi akan menerima hal-hal yang baru, yang informasional justru melalui ikatan yang lemah tadi. Maka bila perbedaan-perbedaan disadari atau diakui potensi pengaruhnya terhadap komunikasi, masalahnya kemudian mungkin terletak pada cara-cara, strategi atau teknik komunikasi yang dipakai. Dalam komunikasi antar budaya, perbedaan-perbedaan individu dapat diperbesar oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Persepsi tentang kebudayaan-kebudayaan ini adalah titik tolak dari asumsi yang paling dasar dari komunikasi antar budaya, yaitu kebutuhan untuk menyadari dan mengakui perbedaan-perbedaan untuk menjembataninya melalui komunikasi Lubis, 2008:26-27. Perbedaan kebudayaan dan gaya komunikasi berpotensi untuk menimbulkan masalah-masalah dalam Komunikasi antar budaya. Tetapi tidak saja perbedaan, melainkan juga yang lebih penting lagi adalah kesulitan dalam mengakui perbedaan itu sendiri. Seperti hal nya dalam proses komuniksi dalam bentuk lain, komunikasi antar budaya juga menuntut adanya kesediaan orang-orang yang terlibat dalm komunikasi tersebut untuk membuka diri. Dengan didorong homofili dan ketertarikan antarpribadi setidaknya komunikasi antarbudaya akan berlangsung lancar. Universitas Sumatera Utara

I.6.3 Identitas Etnis

Identitas etnis secara substansial bermakna sama dengan etnisitas atau rasial. Istilah-istilah ini kadang-kadang digunakan identik atau punya makna sama oleh para ahli Mulyana Jalaludin Rahmat, 2005: 151. Dalam konteks identitas etnis, Mead dalam Mulyana berpendapat bahwa konsep diri seseorang bersumber dari partisipasinya dalam budaya di mana ia dilahirkan atau yang ia terima. Budaya diperoleh individu lewat simbol-simbol dan simbol-simbol ini bermakna baginya lewat eksperimentasi dan akhirnya Familiarity dengan berbagai situasi. Identitas etnis juga merupakan suatu proses. Ia berbentuk lewat interpretasi realitas fisik dan sosial sebagai memiliki atribut- atribut etnis. Identitas etnis berkembang melalui internalisasi pengkhasan diri oleh orang lain yang dianggap penting, tentang siapa aku dan siapa orang lain berdasarkan latar belakang etnis mereka Mulyana, 2001: 231 Identitas etnis berhubungan pada latar belakang etnis mereka yang dianggap sebagai inti diri mereka. Diri yang berkonteks etnis inilah yang disebut identitas etnis Mulyana Jalaludin Rahmat, 2005: 152. Phinney mendefinisikan bahwa identitas etnis merupakan sense tentang self individu sebagai anggota atau bagian dari suatu kelompok etnis tertentu dan sikap maupun perilakunya juga berhubungan dengan sense tersebut. Mereka juga menyatakan bahwa perkembangan identitas etnis merupakan suatu proses eksplorasi dari identitas yang tidak terseleksi sampai identitas etnis yang dicapai. Dari definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam diri individu terdapat sense tentang diri dalam kaitannya sebagai bagian dari kelompok etnis tertentu Universitas Sumatera Utara dan proses inilah yang menyebabkan identitas etnis terbentuk. http:suryanto.blog.unair.ac.id. Menurut Phinney dan Alipora identitas etnis adalah sebuah konstruksi kompleks yang mengandung sebuah komitmen dan rasa kepemilikan sense of belonging pada kelompok etnis, evaluasi positif pada kelompok, berminat didalam dan berpengetahuan tentang kelompok, dan turut serta terlibat dalam aktivitas sosial kelompok. Identitas itu berkaitan dengan masa lalu dan aspirasi masa depan yang berhubungan dengan etnisitas. Jadi, identitas etnis akan membuat seseorang memiliki harapan akan masa depan yang berkait dengan etnisnya. Weinreich juga menyebutkan bahwa identitas sosial, termasuk identitas etnik merupakan penggabungan ide-ide, perilaku, sikap, dan simbol-simbol bahasa yang ditransfer dari generasi ke generasi melalui sosialisasi http:suryanto.blog.unair.ac.id. Freedman, Peplau Sears berpendapat, salah satu yang mendorong terbentuknya identitas etnis adalah kesamaan-kesamaan sesama anggota etnis yang terbentuk melalui kesamaan proses belajar, kesamaan pengalaman, dan kesamaan latar belakang, hal mana membuat mereka memiliki kesamaan adat dan perilaku. Kesamaan-kesamaan itu menumbuhkan perasaan seidentitas http:suryanto.blog.unair.ac.id. Kesamaan dalam kelompok belum cukup untuk menebalkan identitas etnis. Dalam proses untuk mengalami perasaan seidentitas, mereka juga memerlukan kehadiran entitas atau etnis lain sebagai komparasi dan penegas identitas tersebut. Identitas etnis merupakan hasil dari interaksi sosial. Kelompok Universitas Sumatera Utara yang tidak berinteraksi dengan kelompok lain mungkin tidak akan menyadari bahwa mereka memiliki kesamaan-kesamaan yang besar. Hanya dengan interaksi dengan kelompok lain identitas etnis mereka terbangun, dan semakin intens interaksi itu, semakin berkembang pula identitas etnisnya http:suryanto.blog.unair.ac.id. Status identitas etnis atau derajat identifikasi etnis yang dimiliki seseorang tergantung pada banyak hal. Dua yang terpenting adalah derajat dari homogenitas dan heterogenitas kehidupan lingkungan tempat tinggal. Semakin homogen masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggal maka identifikasi terhadap kelompok etnisnya juga semakin rendah dan semakin heterogen masyarakat di lingkungan tempat tinggal maka identifikasi terhadap kelompok etnis semakin tinggi. Dalam masyarakat yang homogen, dalam hal ini satu etnis, tidak ada kebutuhan untuk menunjukkan identitas kelompok etnisnya pada orang lain hal mana membuat kurang kuatnya identifikasi terhadap kelompok etnis. Menurut Keefe identitas etnis terdiri dari dua elemen, yaitu: 1 Identifikasi etnik sendiri vs kelompok etnik lain melalui proses kognitif, 2 Derajat keterikatan pada kelompok dan kebudayaannya yang merupakan elemen afektif. Tatkala seseorang merasa memiliki identitas etnis, maka ia mengidentifikasi siapa yang menjadi anggota kelompok etnis sendiri dan siapa yang menjadi anggota kelompok etnis lain. Ia pun mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada antara kelompok etnis sendiri dan kelompok lain. Ia juga memiliki keterikatan emosional tertentu terhadap etnisnya http:suryanto.blog.unair.ac.id. Elemen diatas menggambarkan bahwa identitas etnis merupakan Universitas Sumatera Utara fenomena objektif dan subjektif. Fenomena objektif manakala seseorang menegaskan identitas etnisnya melalui kriteria-kriteria tertentu yang pasti. Fenomena subjektif karena terkandung derajat perasaan kepemilikan sense of belonging akan kelompok etnisnya http:suryanto.blog.unair.ac.id. Menurut Phinney dalam Steinberg yang dikutip dari smartpsikologi.blogspot.com, ada empat hal yang mungkin dilakukan remaja etnis minoritas dalam upaya hidup bersama kelompok mayoritas: - Asimilasi mencoba mengadopsi norma-norma budaya mayoritas dan standar mereka, namun sementara itu tetap menganggap mayoritas bukan sebagai kelompoknya - Marginality hidup bersama budaya mayoritas tetapi sebagai orang asing dan tidak diterima - Separation memisahkan diri dari budaya mayoritas dan tetap memakai budaya sendiri - Bikulturalisme mengadopsi nilai-nilai mayoritas dan minoritas secara berbarengan. Marcia mengkategorisasikan identitas status etnis dalam empat kategori yang berbeda. Bila telah mengeksplorasi etnisnya dan akhirnya ada komitmen terhadap etnis maka individu akan mencapai identitas status achievement. Bila ada eksplorasi terhadap etnisnya tetapi tidak memiliki komitmen terhadap etnis maka individu mencapai identitas status moratorium. Bila tidak ada eksplorasi atau pengetahuan mengenai etnisnya tetapi memiliki komitmen terhadap etnis maka disebut memiliki identitas status foreclosure. Dan terakhir bila tidak mengeksplorasi terhadap etnisnya dan juga tidak meiliki komitmen terhadap etnis maka individu disebut memiliki identitas diffusion. http:smartpsikologi.blogspot.com Jadi, persepsi identitas etnis bisa disimpulkan sebagai proses menafsirkan informasi indrawi seputar etnis. Universitas Sumatera Utara

I.6.4 Teori Interaksi Simbolik

Perspektif interaksi simbolik sebenarnya berada di bawah payung perspektif yang lebih besar yang sering disebut perspektif fenomenologis atau perspektif interpretif. Maurice Natanson menggunakan istilah fenomenologis sebagai suatu istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Selanjutnya pandangan fenomenologis atas realitas sosial menganggap dunia intersubjektif sebagai terbentuk dalam aktivitas kesadaran yang salah satu hasilnya adalah ilmu alam. Interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif , reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekauatan atau struktur yang ada di luar dirinya. Oleh karena individu terus berubah maka masyarakat pun berubah melalui interaksi. Jadi interaksilah yang dianggap variabel penting yang menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat. Struktur itu sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama. Mulyana, 2001:59-61 Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang Universitas Sumatera Utara subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspetasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan sebaliknya. Dalam konteks ini, makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan perannya melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial. Mulyana, 2001:68-70] Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara ringkas, interaksionisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut: pertama, individu merespons suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen- komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga, makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Universitas Sumatera Utara

I.7 Kerangka Konsep

Dari beberapa teori yang telah diuraikan pada kerangka teori maka langkah selanjutnya merumuskan kerangka konsep sebagai hasil dari suatu pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai Nawawi, 1995:40. Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1995:33. Maka konsep operasional yang akan diteliti adalah - Identitas Etnis - Komunikasi Antarbudaya

I.8 Operasionalisasi Konsep

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka konsep operasional tersebut dijadikan acuan untuk memecahkan masalah. Agar konsep operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, maka dioperasionalkan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Konsep Operasional Operasionalisasi Konsep Identitas Etnis 1. Identitas etnis sendiri dan kelompok etnis lain: a. identifikasi etnisnya sendiri b. identifikasi terhadap etnis lain c. mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada antara kelompok etnis sendiri dan kelompok lain. 2. Derajat keterikatan pada kelompok dan kebudayaannya: a. Membentuk kelompok kecilperkumpulan b. komitmen c. evaluasi positif pada kelompoketnis d. berminat di dalam dan berpengetahuan tentang kelompoketnis e. turut serta terlibat dalam aktivitas sosial kelompok f. Sense of belonging g. Pemahaman akan rasa cinta pada kelompok budaya h. harapan akan masa depan yang berkait dengan etnisnya. Universitas Sumatera Utara Komunikasi Antarbudaya 1. Pertukan pesan antar budaya 2. Komponen dari kompetensi komunikasi: a. motivasi b. pengetahuan c. kemampuan 3. Masalah potensial dalam Komunikasi Antarbudaya: a. pencarian kesamaan b. penarikan diri c. kecemasan d. pengurangan ketidakpastian e. sterotip f.prasangka g.etnosentrisme h. culture shock

I.9 Definisi Operasionalisasi Konsep

Dokumen yang terkait

Peran Identitas Etnis Dalam Komunikasi Antarbudaya Pada Komunitas India Tamil di Kampung Madras Kota Medan

3 59 147

Identitas Budaya Dan Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Peran Identitas Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya pada Mahasiswa Etnis Minangkabau Asal Sumatera Barat di Universitas Sumatera Utara)

10 110 264

Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa (Identitas Etnis Mahasiswa Etnis Tionghoa dalam Kompetensi Komunikasi dengan Mahasiswa Pribumi di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik stambuk 2009 dan 2010 Universitas Sumatera Utara).

5 75 211

Culture Shock Dalam Interaksi Komunikasi Antarbudaya Pada Mahasiswa Asal Malaysia Di Medan (Studi Kasus Pada Mahasiswa Asal Malaysia Di Universitas Sumatera Utara)

9 145 187

Stereotip Etnis Pribumi dan Etnis India Tamil dalam Interaksi Komunikasi Antarbudaya

1 16 172

PERAN IDENTITAS SUKU JAWA DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Peran Identitas Suku Jawa Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Deskriptif Kualitatif Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Putri yang ada di Demak).

0 1 14

Peran Identitas Etnis Dalam Komunikasi Antarbudaya Pada Komunitas India Tamil di Kampung Madras Kota Medan

0 0 42

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SKRIPSI

0 0 13

NEGOSIASI IDENTITAS PENDATANG DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DENGAN ETNIS MADURA (Studi Interpretif Komunikasi Antarbudaya Pendatang dan Etnis Madura di Kamal Bangkalan) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12

IDENTITAS ETNIS PEGAWAI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ILMU PELAYARAN (BP2IP) BAROMBONG (STUDI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA)

0 0 100