B. STRUKTUR ORGANISASI PENGADILAN AGAMA BREBES KELAS I.A
C. Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan
Pengadilan Agama Merupakan Pengadilan Tingkat Pertama yang bertugas dan  berwenang  memeriksa,  memutus,  dan  menyelesaikan  perkara  –  perkara  di
tingkat pertama antara orang –orang  yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan,  wasiat  dan  hibah  yang  dilakukan  berdasarkan  hukum  Islam  serta
waqaf,  zakat,  infaq  dan  shadaqah  serta  ekonomi  Syari’ah  sebagaimana  di  atur dalam Pasal 49 UU Nomor 50 Tahun 2009.
Pengadilan Agama mempunyai dua kewenangan yaitu : 1. Kewenangan relatif
Kewenangan  relatif  berhubungan  dengan  daerah  hukum  suatu pengadilan,  baik  pengadilan  tingkat  pertama  maupun  pengadilan  tingkat
banding.  Artinya,  cakupan  dan  batasan  kewenangan  relatif  pengadilan ialah  meliputi  daerah  hukumnya  berdasarkan  peraturan  perundang-
undangan. Kewenangan relatif diartikan sebagai kewenangan pengadilan yang
satu  jenis  dan  satu  tingkatan,  dalam  perbedaannya  dengan  kewenangan pengadilan  yang  sama  jenis  dan  sama  tingkatan  lainnya,  misalnya  antara
pengadilan  negeri  magelang  dengan  pengadilan  negeri  purworejo,  antara pengadilan  agama  muara  enim  dengan  pengadilan  agama  baturaja.
Pengadilan  negeri  magelang  dan  pengadilan  negeri  purworejo  satu  jenis, sama-sama lingkungan peradilan umum dan sama-sama pengadilan tingkat
pertama.  Pengadilan  agama  muara  enim  dan  pengadilan  baturaja  satu
jenis,  yaitu  sama-sama  lingkungan  peradilan  agama  dan  satu  tingkatan, sama-sama tingkat pertama.
1
2. Kewenangan absolut Kewenangan  absolut  artinya  kewenangan  pengadilan  agama  yang
berhubungan  dengan  jenis  perkara  atau  jenis  pengadilan  atau  tingkatan pengadilan,  dalam  perbedaannya  dengan  jenis  perkara  atau  jenis
pengadilan  atau  tingkatan  pengadilan.  Dalam  perbedannya  dengan  jenis perkara  atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan lainnya, misalnya
:  Pengadilan  agama  berkuasa  atas  perkara  perkawinan  bagi  mereka  yang beragama  Islam  sedangkan  bagi  yang  selain  Islam  menjadi  kewenangan
peradilan  umum.  Pengadilan  agamalah  yang  berkuasa  memeriksa  dan mengadili perkara dalam tingkat pertama, tidak boleh langsung berperkara
di  pengadilan  tinggi  agama  atau  mahkamah  agung.  Banding  dari pengadilan  agama  diajukan  ke  pengadilan  tinggi  agama,  tidak  boleh
diajukan ke pengadilan tinggi.
2
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1
Chatib Rasyid dkk, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik Pada Peradilan Agama, Yogyakarta : UII Press 2009 h. 26
2
Ibid, h. 27-28
1. Fungsi  mengadili  judicial  power,  yakni  menerima,  memeriksa,
mengadili  dan  menyelesaikan  perkara-perkara  yang  menjadi  kewenangan Pengadilan  Agama  dalam  tingkat  pertama  vide  :  Pasal  49   Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2006.
2. Fungsi  pembinaan,  yakni  memberikan   pengarahan,  bimbingan,  dan
petunjuk  kepada  pejabat  struktural  dan  fungsional  di  bawah  jajarannya, baik  menyangkut  teknis  yudicial,  administrasi  peradilan,  maupun
administrasi umumperlengkapan,
keuangan, kepegawaian,
dan pembangunan.  vide  :  Pasal  53  ayat  3  Undang-undang  Nomor  No.  3
Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA080VIII2006.
3. Fungsi  pengawasan,  yakni  mengadakan  pengawasan  melekat  atas
pelaksanaan  tugas  dan  tingkah  laku  Hakim,  Panitera,  Sekretaris,  Panitera Pengganti,  dan  Jurusita  Jurusita  Pengganti   di  bawah  jajarannya  agar
peradilan  diselenggarakan  dengan  seksama   dan  sewajarnya  vide  :  Pasal 53  ayat  1  dan  2  Undang-undang  Nomor  No.  3  Tahun  2006  dan
terhadap pelaksanaan
administrasi umum
kesekretariatan serta
pembangunan. vide: KMA Nomor KMA080VIII2006.
4. Fungsi  nasehat,  yakni  memberikan  pertimbangan  dan  nasehat  tentang
hukum  Islam  kepada  instansi  pemerintah  di  daerah  hukumnya,  apabila diminta.  vide  :  Pasal  52  ayat  1  Undang-undang  Nomor  No.  3  Tahun
2006.