Syirkah menurut bahasa adalah percampuran harta dengan harta lain sehingga tidak dapat debedakan lagi satu dari yang lain. Menurut istilah hukum Islam
adalah adanya hak dua orang atau lebih terhadap sesuatu.
8
Di berbagai daerah di Tanah Air sebenarnya juga dikenal istilah-istilah lain yang sepadan dengan pengertian harta gono-gini di Jawa . Misalnya di Aceh,
harta gono-gini diistilahkan dengan hareuta sihareukat, di Minangkabau dinamakan harta suarang, di Sunda digunakan istilah guna kaya, di Bali disebut
dengan druwe gabro, dan di Kalimantan digunakan istilah barang perpantangan. Dengan berjalannya waktu, rupanya istilah “gono-gini” lebih populer dan dikenal
masyarakat, baik digunakan secara akademis, yuridis, maupun dalam perbendaharaan dan kosa kata masyarakat pada umumnya agar mudah dipahami
oleh masyarakat umum.
9
2. Perolehan Harta Bersama
Manusia dan segala alam lainnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta. Semua makhluk tersebut terdiri dari dua jenis yang berpasang-pasangan.
Ajaran yang penting dalam Islam adalah pernikahan perkawinan. Begitu pentingnya ajaran tentang pernikahan tersebut sehingga dalam Al-qur’an terdapat
sejumlah ayat baik secara langsung maupun tidak langsung berbicara mengenai masalah pernikahan. Adapun dalil yang dijadikan dasar hukum dalam perkawinan
dapat di lihat dalam Qs.Ar-rum Ayat 21 yang berbunyi:
8
Ibid. h. 283
9
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-gini Saat Terjadi Perceraian, Jakarta: visimedia 2008, Cet.Pertama, h. 3
Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Keluarga yang baik, bahagia lahir bathin adalah dambaan setiap insan, namun demikian tidaklah mudah untuk menciptakan sebuah keluarga yang harmonis,
langgeng, aman dan tentram sepanjang hayatnya. Perkawinan yang sedemikian itu tidaklah mungkin tercipta apabila diantara para pihak yang mendukung
terlaksananya perkawinan tidak saling menjaga dan berrusaha bersama-sama dalam pembinaan rumah tangga yang kekal dan abadi. Apabila terjadi perceraian,
sudah dapat dipastikan akan menimbulkan akibat-akibat terhadap orang-orang yang berkaitan dalam suatu rumah tangga, di mana dalam hal ini akibat
hukumyalah yang akan dititik beratkan. Akibat hukum dari perceraian ini tentunya menyangkut pula terhadap anak dan harta kekayaan selama dalam
perkawinan. Adapun dalil-dalil yang dijadikan dasar hukum perceraian diantaranya yaitu :
a. Khulu’
, ,
Artinya : “Apabila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. QS. An-nisa: 19
b. Thalaq
,,
Artinya: “Thalaq yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” QS. Al-baqarah: 229
c. Istri nusyuz
,,
,,
Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan, kemudian jika mereka
mentaatimu, Maka
janganlah kamu
mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya.” QS. An-nisa: 34
d. Suami nusyuz
,,
Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka.” QS. An-nisa:
128
e. Syiqaq