f. Fungsi keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara
dan ibadah agama bagi para angotanya, disamping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama
pada si anak, sayangnya sekarang fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat pengaruh sekularasi.
g. Fungsi perlindungan: yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan
melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya, fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badan-
badan social seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi.
Ketujuh fungsi keluarga tersebut sangat besar peranannya bagi kehidupan dan perkembangan kepribadian si anak. Oleh karena itu harus
diupayakan oleh para orang tua sebagai realisasi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik primerkodrat.
17
Keluarga sebagai pusat pendidikan dan pusat kebudayaan serta pusat agama. Hubungan antar anggota keluarga harus selalu harmonis dan terpadu
serta gotong-royong. Setiap anggota keluarga harus merasakan ketenangan, kegembiraan, kenyamanan, dan keamanan dalam keluarga itu. Sebaliknya
yang pecah broken home adalah sumber dari kenakalan anak.
18
b. Sekolahanpendidikan formal
Sekolah bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
terhadap pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
17
H.M.Alisuf Sabri, ilmu pendidikan…, hal.15-16
18
Ary H Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan Di Indonesia…, hal.101-102
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan dirumah. 3.
Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar, serta ilmu-ilmu lain yang
sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan. 4.
Disekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar atau salah, dan sebagainya.
5. Dan lain-lain.
Berkenaan dengan sumbangan sekolah terhadap pendidikan itulah, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai sifat-sifat sebagai beriku:
1. Tumbuh sesudah keluarga
2. Lembaga pendidikan formal
3. Lembaga pendidikan yang tidak bersifat kodrati
Disamping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai cirri-ciri khusus sebagai berikut:
1. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki
hubungan hierarkis 2.
Usia siswaanak didik disuatu jenjang relative homogeny 3.
Waktu pendidikan relative lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan
4. Isi pendidikanmateri lebih banyak yang bersifat akademis dan
umum 5.
Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan datang.
Lingkungan Sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama dan kedua. Siswa-siswi, guru, administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan
pendidikan secara teratur dan terencana dengan baik. Menurut penelitian ternyata bahwa anak-anak nakal dan anak-anak
tidak nakal, pada umumnya anak nakal terbelakang didikan sekolahnya, baik
secara kuantitatiftak bersekolah sekitar 18, terlambat sekolah sekitar 54 maupun secara kualitatifsering bolos, kesungguhan belajar, keberanian
menyontek, dan sebagainya. Terdapat kecenderungan yang khas bahwa anak nakal kurang ingin melanjutkan sekolah sesudah mereka menamatkan studi
mereka disesuatu jenjang pendidikan dibandingkan dengan anak yang tak nakal. Kebanyakan anak nakal ingin cepat bekerja dan mendapat nafkah.
19
Beberapa sebab yang dapat dikumpulkan sebagai penyebab rendahnya minat belajar anak-anak nakal antara lain:
a. Suka menyelewengkan waktu belajar untuk kegiatan-kegiatan yang
kurang berguna, seperti begadang, omong kosong sambil merokok, dan bahkan minum-minuman keras sampai menyalahgunaan
narkotika. Akibatnya kosentrasi pikirannya menjadi lemah karena kurang tidur, suka melamunkan impian kosong, kecanduan, dan
sebagainya. b.
Suka menunda-nunda waktu untuk belajar serta menyiapkan keperluan-keperluan belajar.
c. Suka membolos atau meninggalkan pelajaran, akibatnya ia ketinggalan
pelajaran atau kehilangan bagian penting dari pelajaran. Lebih-lebih bila pelajaran itu bersifat prerekuisit, maka kerugian-kerugian itu
makin menjadi momok studi. d.
Suka melamun dan kurang konsentrasi dalam pelajaran. Atau sering mengganggu temannya selama pelajaran, atau suka membadut dalam
kelas, menarik perhatian. Kebijakan pendidikan dalam menangkal dan menanggulangi
kenakalan anak disekolah ini termasuk administrasi murid baik didalam maupun diluar kelas seperti pemberian hukuman dan ganjaran, penataan siswa dalam
kelas, pemberian kesibukan atau bahan penggayaan bagi yang cepat belajar dan
19
Ary H Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan Di Indonesia …, hal . 102-103
pemberian program remedial bagi yang lambat belajar, pemberian perhatian lebih khusus bagi anak-anak yang suka menarik perhatian atau kurang
diperhatikan oleh orang tuanya, pemberian kegiatan-kegiatan OSIS dan esktra kurikuler lainnya seperti berkemah, koperasi,penelitian, diskusi, seminar, dan
sebagainya.
c. Lingkungan organisasi pemudamasyarakatpendidikan non formal