ﻖ ﺧ امرﺎﻜ م ﺗ تﺛ ﺑﺎ اﻮ
Artinya: “Hanya sanya saya diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak
manusia.“
25
Tugas orang tua ini akan lebih jelas lagi bila dihubungkan dengan sabda nabi yang artinya adalah:“Allah memberi rahmat kepada orang tua yang
menolong anaknya agar berbuat baik kepadannyaorang tua”. Begitu pentingnya ethiekakhlak dalam kehidupan keluarga, sekolah,
dan di masyarakat sehingga Langeveld meletakan dasar-dasar kemampuan manusia untuk dapat dididik dalam 3 faktor. Ketiga-tiganya ini harus
terdapat dalam diri anak, agar mampu dididik oleh orang dewasa yaitu: a.
Harus mempunyai kemampuan sosialitasdapat hidup dalam masyarakat b.Harus mempunyai kemampuan individualitasmemiliki pribadi
c. Harus mempunyai kemampuan moralitaskemampuan berakhlak mulia.
1.2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi
Kata prestasi berasal dari belanda yaitu“prestaite” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berari hasil usaha.
26
Dalam kamus popular dijelaskan bahwa prestasi memiliki makna apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan dan hasil gemilang yang
diperoleh dengan kerja keras.
27
25
Flemming, The Social Psychology Of Education, oleh: H.M. ArifinJakarta: Bulan Bintang, h. 94-96
26
Zaenal Arifin, evaluasi hasil instruksional, prinsip, teknik, dan prosedur, Bandung: Remaja Rosda Karya,199, h.2
27
S.P Hayeh, kamus popular, Jakarta:1987, cet.2, h.296.
Menurut Gagne prestasi adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan
dalam bentuk skor.
28
Kesimpulan: suatu keadaan hasil yang dicapai baik berupa kemampuan, ketrampilan maupun sikap serta nilai-nilai, setelah adanya
usaha belajar dan mengajar.
b. Pengertian Belajar
Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didevinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam
arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
29
Ada beberapa aktivitas belajar: mendengarkan, memandang, meraba, mencium, dan mencicipimencecap, menulismencatat, membaca, membuat
ikhtisarringkasan dan menggaris bawahi, mengamati table-tabel, diagram- diagram, bagan-bagan,menyusun paper atau lembar kertas, mengingat,
berpikir, latihan dan praktek. Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara sengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya factor-faktor berikut:
a. Kesiapanreadiness; yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk
melakukan sesuatu b.
Motivasi; yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu c.
Tujuan yang ingin dicapai.
30
28
Abdul Gafur, desain intruksional, Jakarta: BPT. IKIP, 1983, h.9.
29
Wasty Ssoemanto, psikologi pendidikan…, hal . 104
30
Ade Rkmana dan Asep Suryana, pengelolaan kelas, Bandung :Upi Press 2006, cet. Ke 1, hal.3
Belajar atau yang disebut juga learning, adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia
menyesuaiakan diriadaptasi dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidupsurvived.
31
Ada factor-faktor yang mempengaruhi hal belajar: a.
Factor-faktor stimuli belajar Stimuli belajar adalah segala hal diluar individu yang merangsang individu
itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli ini mencangkup materi, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima
atau dipelajari oleh si pelajar. Hal-hal yang berkaitan dengan stimuli belajar: Panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan
pelajaran, berat-ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. b.
Factor-faktor metode belajar Metode mengajar yang dipakai guru oleh guru sangat mempengaruhi metode
belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
Factor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut: kegiatan berlatih atau praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan
tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian- bagian, penggunaan modalitas indra, penggunaan dalam belajar, bimbingan
dalam belajar, kondisi-kondisi insentif. c.
Factor-faktor individual Factor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang,
adapun factor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:
31
Zikri Neni Iska, psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, Jakarta : Kizi Brother’s, 2006 h.76 bedakabedakan
Kematangan, factor usia kronologis, factor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani,
kondisi kesehatan rohani, motivasi.
32
Dibawah ini adalah factor-faktor penyebab kesulitan belajar, dengan menggetahui sebab-sebabnya, sehingga dapat mengatasi dan menanggulangi
sedini mungkin:
1. Factor internfactor dari dalam diri manusia itu sendiri yang
meliputi: a.
Factor fisiologisebab yang bersifat fisik:
1. Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga syaraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui
indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, syarafnya akan bertambah lemah, sehingga tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa
hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya. 2.
Kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang karena kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan
respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginerprestasi dan mengorganisasi bahan
pelajaran melalui indranya. Perintah dari otak yang langsung kepada saraf motorik yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran lukisan menjadi
lemah juga. Karena itu, maka seorang guru atau petugas diagnostic harus meneliti kadar gizi makanan dari anak.
3. Cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas:
32
Wasty Ssoemanto, psikologi pendidikan…, hal .107-120
a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang
penglihatan, gangguan psikomotor. b.
Cacat tubuh yang tetapserius seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus seperti SLB, bisu, tuli, TPAC-SROC. Bagi golongan yang ringan,
masih banyak mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan dan menempuh placement yang cepat.
b. Factor psikologisebab kesulitan belajar karena rohani
Factor rohani meliputi: Inteligensi, Bakat, Minat, Motivasi, Factor kesehatan mental.
2. Factor orang tua
a. Factor keluarga
1. Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-
anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang
tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tenteram, tidak senang dirumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar.
Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil, tetapi malah menjadi takut, hingga rasa harga diri kurang. Orang tua yang
lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan
kemauan, bahkan sangat tergantung pada orang tua, hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hingga prestasinya menurun.
Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang
tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.
2. Hubungan orang tua dan anak
Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Factor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan adalah
kasih sayang penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. kasih sayang dari orang tua, perhatian atau
penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian
juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabkan hal yang serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa:
a. Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong
bergurau dengan anak-anaknya. b.
Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak- anaknya.
Seorang anak akan mengalami kesulitankesukaran belajar karena factor- faktor tersebut.
3. Contohbimbingan dari orang tua
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya
sikap orang tua yang bermalas-malasan tidak baik, hendaknya dibuang jauh- jauh. Demikian juga belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap
dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak. Orang tua yang sibuk bekerja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti
anak tidak mendapatkan pengawasanbimbingan dari orang tua, hingga kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan belajar.
4. Suasana rumahkeluarga
Suasana keluarga yang sangat ramaigaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk
belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantara anggota keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan
ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya. Anak akan tidak tahan
dirumah, akhirnya keluyuran diluar menghabiskan waktunya untuk hilir mudik ke sana ke mari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar
menurun. Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan, tenteram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di
rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.
5. Keadaan ekonomi keluarga
a. Ekonomi yang kurangmiskin menimbulkan:
1. Kurangnya alat-alat belajar
2. Kurangnya biaya yang di sediakan oleh orang tua.
3. Tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
b. Ekonomi yang berlebihankaya
6.
Factor sekolah: guru, hubungan guru dengan murid kurang baik, guru-
guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak, guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar, metode
mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. a.
Factor alat b.
Kondisi gedung c.
Kurikulum d.
Waktu sekolah dan disiplin kurang
3. Factor eksternfactor dari luar manusia meliputi:
a. Factor-faktor non-sosial
Factor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada disekeliling kita, hal-hal itu akan menghambat belajar
apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugasnya belajar.
b. Factor-faktor social
1. Teman bergaul, pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk
dalam jiwa anak. 2.
Lingkungan tetangga, corak kehidupan etangga misalnya main judi, minum arak, menganggur, pedagang, suka tidak belajar, akan mempengaruhi anak-
anak sekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. 3.
Aktifitas dalam masyarakat, terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah: Suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar. Cara mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar:
1. Menunjukan prestasi yang rendahdibawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok kelas. 2.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam menngerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4. Menunjukan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura,
dusta, dan lain-lain. 5.
Menunjukan tingkah laku yang berlainan. Misalnya: mudah tersinggung, murung, pemarah,bingung, cemberut, kurang
gembira, selalu sedih. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru bisa mengadakan
penyelidikan di antaranya: 1.
Observasi, cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Data-data yang dapat diperoleh dengan observasi misalnya:
a. Bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, adalah tanda-tanda
cepat lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada pelajaran.
b. Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan, dalam pelajaran. Murid yang
mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar konsentrasi, catatannya idak lengkap, dan sebagainya.
2. Interviu adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap
orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat membrikan informasi tentang orang yang diselidikiguru, orang tua, teman intim.
3. Tes diagnosis adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan tes.
Menurut cronbach, tes adalah suatu prosedur yang sistimatis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang atau lebih.
4. dokumentasi, adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-
catatan, arsip, dokumen, yang berhubungan dengan yang diselidiki. Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat: riwayat
hidupnya, kehadiran murid didalam mengikuti pelajaran, memiliki daftar pribadinya, catatan hariannya, catatan kesehatannya, ulangannya, raport dll.
33
Pendapat Syah, muhibbin: factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga: factor internal, factor eksternal, factor
pendekatan belajar.
34
Adapun pendapat M.ngalim Purwanto, factor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu: factor yang ada pada diriorganisme
yang disebut factor individual, seperti: kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi. dan factor yang ada di luar individu yang disebut factor social,
seperti: keluarga, rumah, guru, metode, alat-alat, waktu.
35
33
Abu Ahmadi Widodo Supriyono, psikologi belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, cet.ke-2, h.77-96.
34
Muhibbin Syah, psikologi pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya: 2003, cet.8, h.132
35
M.ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya: 2007, cet.1, h.102
c. Pengertian Prestasi Belajar