Pengertian pragraf narasi Pengertian Paragraf

2. Pengertian pragraf narasi

Narasi berasal dari narratian yang artinya bercerita. Pengertian narasi atau naratif itu sendiri adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan kejadian kronologis, dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu 11 . Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaan, yang direka-reka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja. Yang berisi fakta adalah biografi riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri, kisah-kisah sejati seperti “pengalaman yang tidak terlupakan”, “kisah sejati’ dan lainnya yang banyak ditemukan di dalam media massa. Namun agaknya yang paling banyak peminatnya adalah yang fiksi atau rekaan. Inilah yang kita namakan novel, cerita pendek, serta cerita bersambung dan cerita bergambar yang juga sangat banyak kita temukan di media massa. 12 Dari segi sifatnya karangan narasi dapat dibedakan atas dua macam: a. Narasi Ekspositoris Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Sebuah narasi mengenai berlangsungnya suatu pemogokan buruh di suatu perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji, suatu narasi yang ditampilkan oleh seorang penuntut umum di depan pengadilan mengenai bagaimana berlangsungnya suatu pembunuhan semuanya berusaha menyampaikan informasi kepada para pembaca atau pendengar mengenai kejadian itu, supaya mereka pun tahu menganai peristiwa itu secara tepat. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap- tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk 11 Alfin Jauharoti, dkk., Bahasa Indonesia I, Learning Assistance program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2008, h. 11 —19. 12 Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer,Jakarta: Pustaka Jaya, 2001, h. 96. menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan. Narasi ekpositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berluang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Misalnya suatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti, bagaimana membangun sebuah kapal dengan menggunakan bahan fero-semen, dan sebagainya. Semua narasi seperti disebutkan itu adalah narasi yang bersifat generalisasi. b. Narasi Sugestif Seperti halnya dengan narasi ekspositoris, narasi sugestif juga pertama- tama bertalian dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau peristiwa. Seluruh rangkaian kejadian itu berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan atau sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal imajinasi. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu seusai dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu. Dengan demikian narasi tidak berceritra atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka kepada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang dikatakan tadi, makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu. 13

3. Tujuan dan prinsip-prinsip menulis narasi