Devi Sofiani Tarigan : Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga,Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
C. Suku Bunga
Teori keuangan modern yang dikembangkan oleh Keynes yakni suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Bank sentral dan sistem perbankan
adalah institusi yang akan menentukan besarnya penawaran uang pada suatu waktu tertentu. Sedangkan permintaan uang ditentukan oleh keinginan masyarakat untuk
memegang uang. Bank sentral akan menyediakan uang sesuai yang dibutuhkan masyarakat dan oleh sebab itu besar tidaknya tergantung pada suku bunga.
Sebaliknya suku bunga sangat mempengaruhi permintaan uang. Kalau suku bunga dan tingkat pengembalian modal rendah, masyarakat lebih suka memegang uang dari
pada menginvestasikannya. Oleh sebab itu semakin rendah suku bunga, semakin besar jumlah uang yang diminta dipegang atau disimpan oleh masyarakat.
Manurung dan Nugroho dalam Elisabeth 2007 berpendapat bahwa tingkat suku bunga merupakan sebuah tingkat pengembalian aset yang mempunyai resiko
mendekati nol. Umumnya tingkat bunga ini mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan tingkat bunga akan naik, maka investor
akan menjual sahamnya dan menggantinya dengan instrumen berpendapatan tetap fixed income securities yang memberikan tingkat bunga yang tinggi. Menurut
Tandelilin 2001:213, tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang present value aliran kas perusahaan. Sehingga kesempatan-
kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan.
Devi Sofiani Tarigan : Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga,Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Disamping itu, tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.
D. Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya Madura dalam Utami dan Rahayu 2003. Mata uang tiap
negara dinilai dalam kaitannya dengan mata uang lain melalui kurs mata uang, sehingga mata uang dapat ditukar untuk memfasilitasi transaksi internasional. Nilai
dari sebagian besar mata uang dapat berfluktuasi sepanjang waktu karena kekurangan pasar dan pemerintah. Perusahaan cenderung lebih suka melakukan investasi di
negara yang mata uangnya diperkirakan akan menguat dibandingkan mata uang investor. Pada kondisi ini perusahaan akan menginvestasikan dana untuk beroperasi
di negara di mana mata uang negara tersebut relatif lebih murah lemah. Kemudian laba dari usaha baru ini secara berkala akan dikonversi kembali menjadi mata uang
perusahaan investor pada saat kurs mata uang membaik. Jika mata uang suatu negara meningkat nilainya dibandingkan dengan mata uang lain, maka saldo neraca berjalan
akan turun jika hal lain tidak berubah. Saat mata uang menguat, barang yang diekspor oleh negara tersebut akan menjadi lebih mahal bagi bagi negara pengimpor.
Akibatnya, permintaan barang tersebut akan berkurang.
Devi Sofiani Tarigan : Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga,Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing yaitu Simorangkir dan Suseno, 2004:6 :
1. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin
besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka permintaan valuta asing
menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar. 2.
Faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai
tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia baik swasta dan pemerintah kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk
Indonesia ke luar negeri. 3.
Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing
sehingga memperlemah nilai tukar mata uang local terhadap mata uang asing. Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
1. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor
barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung
menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung
mengalami depresiasi.
Devi Sofiani Tarigan : Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga,Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia, 2009.