Stadar emas URAIAN TEORITIS

Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 perekonomian mereka sendiri atau menimbulkan tekanan-tekanan inflasioner terhadap negara-negara lain secara keseluruhan. Sedangkan kriteria kepercayaan merujuk pada sejauh mana masyarakat internasional memiliki pengetahuan dan memasukkan kepercayaan atas mekanisme penyesuaian dan ketersediaan cadangan internasional dalam mengatasi berbagai masalah pembayaran internasional yang ada pada sebuah sistem. Atas dasar kriteria ini, sebuah sistem moneter internasional dikatakan baik apabila masyarakat dunia memberikan kepercayaan yang memadai terhadapnya. Secara umum, standar internasional yang pernah ada dalam sejarah perekonomian dunia hingga saat ini terdiri atas :

a. Stadar emas

Dalam standar emas, setiap negara diwajibkan untuk membakukan kandungan emas dalam koin mata uangnya dan secara pasif bersiaga untuk membeli atau menjual mata uangnya masing-masing. Karena kandungan emas dalam setiap unit mata uang senantiasa baku, maka dengan sendirinya kursnya pun selalu baku. Inilah yang disebut sebagai paritas logam muliamint parity. Kurs hanya dapat berfluktuasi di atas atau dibawah paritas logam mulia itu diseputar titi emas sebesar biaya pengapalan sejumlah emas yang setara nilainya dengan satu dengan satu unit valas dari suatu pusat moneter ke pusat moneter lainnya. Kecenderungan dari sebuah mata uang untuk mengalami depresiasi malampaui titik ekspor emas secara efektif dicegah oleh berlangsungnya arus keluar emas dari negara yang bersangkutan. Arus keluar Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 emas ini langsung mencerminkan keberadaan dan jumlah defisit pada neraca pembayaran di negara yang bersangkutan. Sebaliknya,kecenderungan dari sebuah mata uang untuk mengalami apresiasi melampaui titik impor emas, dicegah oleh surplus pada neraca pembayaran yang bersangkutan. Selanjutnya, pada sistem moneter ini, tanggung jawab pokok bank sentral adalah menjaga paritas resmi peredaran uang dan emas. Agar nilai harga uangnya stabil, bank sentral harus memiliki cadangan emas dan jumah yang cukup. Mekanisme penyesuaian yang ada dalam standar emas, sebagaimana telah dijelaskan oleh Hume, adalah mekanisme arus harga logam mulia otomatis. Karena penawaran uang disetiap negara terdiri dari emas dan uang kertas yang didukung oleh emas, maka begitu negara tersebut mengalami defisit neraca pembayaran, maka tingkat penawaran uangnya pun langsung mengalami penurunan dan demikian sebaliknya, yakni tingkat penawaran di negara yang mengalami surplus akan meningkat. Hal ini menyebabkan harga-harga domestik di negara yang mengalami defisit akan turun, sedangkan harga-harga di negara yang mengalami surplus akan mengalami kenaikan. Lebih lanjut, ekspor di negara yang mengalami defisit akan terpacu sedangkan impornya akan berkurang sampai defisit pada neraca pembayarannya itu hilang. Hal sebaliknya akan terjadi di negara yang mengalami surplus, ekspornya akan menyusut sedangkan impornya akan terpacu sehingga lambat laun surplus neraca pembayarannya itupun akan hilang dengan sendirinya. Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Agar proses penyesuaian otomatis ini dapat senantiasa berlangsung atau berfungsi maka negara-negara pada standar emas tidak dibenarkan melakukan sterilisasi atau langkah-langkah yang dapat meredam dampak-dampak defisit atau surplus neraca pembayaran. Sebaliknya, aturan main standar emas mengharuskan sebuah negara yang mengalami defisit memperkuat proses penyesuaian itu dengan cara membatasi kredit, sedangkan negara yang mengalami surplus sangat diharapkan melakukan ekspansi kredit. Namun dari hasil penelitiannya, Nurkse dan Bloomfield menyatakan bahwa otoritas moneter di berbagai negara pada masa itu tidak mengikuti aturan tersebut secara penuh. Sampai batas-batas tertentu, ternyata mereka juga berusaha melakukan sterilisasi terhadap dampak-dampak ketidakseimbangan neraca pembayarannya, khususnya dampak yang akan menimpa tingkat penawaran uang. Disamping itu, Michlay, menegaskan bahwa tindakan sterilisasi terbatas itu tidak terhindarkan bahkan memang diperlukan demi mengendalikan proses penyesuaian dan mencegah terjadinya penurunan penawaran uang yang terlalu tajam di negara yang mengalami defisit atau lonjakan penawaran uang yang berlaku tinggi di negara yang mengalami surplus.

b. Sistem Bretton Woods