Latar Belakang Masalah. PENDAHULUAN

Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Diera globalisasi yang sedang berkembang dewasa ini, telah menyebabkan saling ketergantungan ekonomi yang saling meningkat diantara negara-negara di dunia. Artinya bahwa setiap negara tidak dapat lagi menutup diri terhadap negara- negara lain menjalankan perekonomian tertutup. Oleh karena itu, keterbukaan perekonomian terhadap dunia internasional menjadi pilihan utama bagi setiap negara. Keterbukaan ini tidak hanya berhubungan dengan arus perdagangan, investasi dan keuangan saja, tetapi juga arus jasa, teknologi, informasi, pemikiran dan manusia antar negara. Namun tidak dapat disangsikan lagi bahwa perdagangan, investasi dan arus keuangan merupakan cutting-edge proses globalisasi itu. Hal ini dicirikan oleh beberapa perkembangan pokok antara lain : 1. Pertumbuhan transaksi keuangan internasional yang cepat. 2. Pertumbuhan perdagangan yang cepat, terutama diantara perusahaan- perusahaan trans-nasional. Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 3. Gelombang investasi asing langsung yang mendapat dukungan luas dari perusahaan trans-nasional. 4. Timbulnya pasar global. 5. Penyebaran teknologi dan pemikiran sebagai akibat dari ekspansi sistem transportasi dan komunikasi yang cepat dan meliputi seluruh dunia. Sebagai dampak yang terlihat jelas dari adanya saling ketergantungan ini, adalah negara bukan lagi sebagai pemain kunci dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena perekonomian lebih disebabkan oleh pengaruh ekonomi global atau keadaan ekonomi negara-negara lain sehingga peran pemerintah atau negara lebih pada aspek politisnya, yakni bagaimana mengambil berbagai kebijakan yang tepat untuk mengendalikan pengaruh global sehingga perekonomian negara tetap dalam keadaan stabil dan mampu menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat. Oleh sebab itu, setiap negara tidak langsung dituntut untuk memperbaiki kinerja perekonomiannya terutama pada sektor perdagangan luar negeri agar dapat bersaing dipasar global dan tidak mudah terseret oleh gejolak ekonomi yang terjadi negara lain. Seperti halnya Indonesia yang sudah lama terlibat dalam perdagangan internasional terus melakukan pembanahan dan perbaikan diberbagai sektor guna mengantisipasi persaingan terutama dari negara-negara maju yang telah memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan lebih efisien dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi. Bagi Indonesia sebagai negara yang masih berkembang, perdagangan luar Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 negeri mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang berbagai pembangunan yang sedang dilaksanakan. Betapa tidak, sampai saat ini, Indonesia masih mengandalkan penerimaan dari hasil ekspor disamping pajak sebagai sumber pendapatan yang terbesar. Umumnya barang-barang ekspor yang diandalkan oleh Indonesia terutama barang-barang hasil pertanian dan barang tambang. Hal ini didukung oleh potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah. Sebelum krisis moneter melanda Indonesia tepatnya pada pertengahan tahun 1997, transaksi Indonesia selalu mengalami surplus dan setiap tahunnya menunjukkan peningkatan ekspor yang cukup tinggi. Keadaan ini didukung oleh kondisi variabel-variabel makroekonomi seperti nilai tukar kurs, suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar dan beberapa indikator lainnya yang relatif stabil. Akan tetapi, sejak terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 keadaan ekspor Indonesia baik secara nasional maupun per propinsi mengalami penurunan yang sangat drastis. Seperti halnya penurunan nilai ekspor Sumatera Utara yang cukup tajam, Tahun 1997, nilai ekspor Sumatera Utara sebesar US 3,44 Milliar, tahun 1998 turun menjadi US 2,71 Milliar. Kemudian tahun 1999 turun lagi menjadi US 2,61 Milliar. Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2000 dan tahun 2001. Tahun berikutnya nilai ekspor Sumatera Utara bergerak secara Fluktuasi dan terus meningkat dari tahun 2004 sampai dengan 2007, nilai ekspor mencapai sebesar US 6,78 Milliar. Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Nilai tukar kurs merupakan harga suatu mata uang terhadap mata uang asing lainnya yang memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional. Dengan mengetahui kurs, memungkinkan kita untuk membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Bila nilai uang suatu negara melemah terhadap nilai uang lainnya mengalami depresiasi, ekspornya bagi luar negeri akan menjadi murah, sedangkan impor bagi penduduk negara tersebut menjadi semakin mahal. Sebaliknya, bila nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya mengalami apresiasi maka harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah. Tinggi rendahnya dari pada nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lainnya, ditentukan oleh interaksi penjual dan pembeli valas di pasar valuta asing dari berbagai rumah tangga, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan guna keperluan pembayaran internasional. Kurs yang terlalu terdepresiasi atau terapresiasi akan memperburuk kondisi perekonomian khususnya dari sektor perdagangan internasional. Pengaruhnya adalah nilai tukar yang terlalu melemah akan menimbulkan harga ekspor yang terlalu murah sedangkan harga impor tinggi yang akan mempengaruhi ketidakseimbangan neraca perdagangan. Sebaliknya, bila terlalu menguat harga ekspor diluar negeri menjadi mahal sehingga barang-barang ekspor kurang bersaing khususnya dari segi harga dipasar internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter harus dapat mengendalikan Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 nilai kurs melalui berbagai kebijakan moneter yang ada. Adapun tujuan kebijakan tersebut adalah : 1. Untuk mencapai keseimbangan internal yakni terkerahkannya segenap sumber daya secara optimal dan stabilitas tingkat harga. 2. Untuk mencapai keseimbangan eksternal yakni terciptanya neraca transaksi berjalan masing-masing negara tidak dalam defisit yang parah sehingga negara yang bersangkutan tidak dapat membayar hutang luar negerinya terhadap orang lain. Besar tidaknya intervensi pemerintah ataupun bank sentral dalam mengendalikan nilai tukar kurs sangat ditentukan oleh ketersediaan cadangan devisa. Semakin besar cadangan devisa internasional yang dimiliki oleh suatu negara, intervensi bank sentral semakin besar, begitu pula sebaliknya. Bentuk intervensi bank sentral adalah membeli valas bila terjadi kelebihan penawaran valuta asing dan menjual valas bila terjadi kelebihan permintaan valas. Umumnya negara-negara yang mempunyai cadangan devisa yang besar sebagai akibat dari neraca perdagangan yang surplus dan jarang mengalami tekanan inflasioner akan menerapkan sistem kurs tetap fixed exchange rate system. Dalam sistem kurs tetap ini bank sentral asing siap sedia untuk menjual dan membeli mata uang mereka dengan harga tetap dilihat dari segi dollar. Bagi negara yang persediaan devisa internasionalnya sedikit sebagai akibat dari neraca pembayaran yang selalu defisit dan sering mengalami tekanan inflasioner, Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 umumnya akan memilih sistem kurs mengembang terkendali managed floating exchange rate, yaitu bank sentral akan membiarkan nilai kurs ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran dipasar valuta asing. Bila fluktuasi nilai tukar melewati ambang batas tertentu, dalam pengertian telah membahayakan perekonomian negara, maka bank sentral menjalankan intervensinya lewat berbagai instrument moneter yang ada. Mengingat neraca pembayaran indonesia yang selalu defisit dalam beberapa tahun terakhir ini sehingga persediaan devisa internasional relatif sedikit, maka sistem kurs yang diterapkan adalah sistem kurs mengambang terkendali managed floating exchange rate, seperti halnya disaat krisis moneter terjadi pertengahan tahun 1997, Bank Indonesia tidak dapat berbuat banyak dan cenderung membiarkan nilai tukar rupiah tersesuaikan dengan sendirinya dipasar. Rupiah yang melemah sejak Agustus 1997, terutama pada awal tahun 1998, ditandai dengan collapsnya banyak perusahaan, yang sampai sekarangpun belum mampu memenuhi kewajiban pembayarannya kepada bank, yang sebagian juga sudah tidak bertahan lagi. Keadaan mulai membaik sejak oktober 1998, sehingga nilai tukar rupiah yang sempat begitu rendah diatas ambang Rp 15.000 per US Dollar, kembali menguat menjadi Rp 8.025 pada akhir tahun 1998. Nilai tukar Rupiah terus menguat sampai mencapai Rp 7.100 per US Dollar pada akhir tahun 1999, terutama setelah pemilihan umum berlangsung dangan baik dan harapan besar pada pemerintahan baru, tetapi ternyata kemudian Rupiah merosot lagi menjadi Rp 9.595 pada akhir tahun 2000 dan bahkan merosot di Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 atas Rp 11.000 per US Dollar pada awal tahun 2001. Menguatnya kembali rupiah hingga pada tahun pertengahan 2003, sedikit memberi secercah harapan mulai membaiknya perekonomian Indonesia. Kemudian nilai tukar rupiah bergerak secara fluktuasi dari tahun 2004 sampai tahun 2007. Walaupun beberapa pengamat ekonomi memprediksikan bahwa penguatan rupiah hanya bersifat sementara karena belum membaiknya fundamental ekonomi secara keseluruhan khususnya pada sektor riil. Sebagai akibatnya, pengaruh aspek non ekonomi seperti keamanan dan politik akan mudah mempengaruhi stabilitas nilai tukar. PDRB perkapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari seluruh proses produksi sektor- sektor ekonomi disuatu wilayah. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB atas dasar harga konstan dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Berdasarkan angka PDRB perkapita atas dasar harga konstan, kinerja perekonomian Sumatera Utara telah menunjukkan peningkatan yang relatif menggembirakan. Bila pada tahun 2006 PDRB perkapita konstan Sumatera Utara baru mencapai 50.705.973 rupiah maka pada tahun 2007 angka itu sudah menjadi 59.228.075 rupiah. Berdasarkan uraian-uraian dan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Kurs dan Tingkat PDRB Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara ”. Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009

1.2. Perumusan Masalah