Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
keseimbangan kurs justru akan mendorong kurs tersebut kian menyimpang dan semakin jauh dari tingkat equilibriumnya.
Selanjutnya, analisis mengenai stabil atau tidak stabilnya pasar valas dapat
dipahami dalam prinsip-prinsip dasar yang terkandung pada kondisi Marshal Lerner. Kondisi Marshal Lerner menunjukkan bahwa suatu pasar valas bersifat
stabil apabila penjumlahan elastisitas harga dari permintaan impor D
M
dan permintaan ekspor D
X
dalam angka-angka absolut lebih besar dari 1 satu. Jika jumlah kurang dari 1, maka pasa valas yang bersangkutan dinyatakan tidak stabil.
Sedangkan jika penjumlahan elastisitas harga dari D
M
dan D
X
itu persis sama dengan 1, maka setiap perubahan kurs tidak akan mengubah neraca pembayaran dari negara-
negara yang terkait.
2.1.3 Teori-teori Kurs Dominic,1997:43
a. Pendekatan perdagangan atau pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs yakni, nilai tukar dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya
perdagangan barang dab jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini, kurs equilibrium adalah kurs yang akan
menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar daripada nilai ekspornya artinya negara tersebut
mengalami defisit perdagangan, maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan artinya mata uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai
Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
tukar dan hal itu akan berlangsung cepat dalam sistem kurs mengambang. Peningkatan kurs angka nominlanya atau penurunan nilai tukar mata uang
tersebut akan membuat harga dari berbagai komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi importir atau menjadi lebih mahal bagi prosuk domestik. Akibatnya,
lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami kenaikan sedangkan impornya akan terus menurun ssampai pada akhirnya nilai perdagangan
internasionalnya benar-benar seimbang ekspor=impor. Karena kecepatan proses penyesuaian tersebut ditentukan oleh seberapa responsif atau elastis impor dan
ekspor terhadap perubahan-perubahan harga kurs, maka pendekatan ini lebih populer dengan sebutan pendekatan elastisitas.
Pendekatan ini juga tidak luput dari berbagai kelemahan diantaranya tidak dapat menjelaskan gejolak besar fluktuasi kurs yang berlangsung selama dasawarsa
1970-an maupun lonjakan tajam apresiasi Dollar AS dai tahun 1980 hingga tahun 1985. padahal masa itu AS mengalami defisit perdagangan yang besar.
b. Teori paritas daya beli purcashing power parity theoryPPP Merumuskan bahwa kurs antara 2 mata uang adalah identik dengan rasio dari
tingkat harga umum dari kedua negara yang bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya
secara proporsional dalam pasar valas. Menurut teori ini, pasar valas berada dalam kondisi keseimbangan apabila
semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat
Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
imabaln yang sama Krugan,1992:66. Kondisi dimana tingkat imbalan yang
ditawarkan semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga interest parity. Dengan kata lain, segenap simpanan valas
menawarkan tingkat imbalan resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs yang secara keseluruhan serta hingga prospek keuntungan ataupun daya tarik
atas aset-aset tersebut besar. Kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing,
dengan asumsi kondisi lainnya tetap perkiraan kurs diamsa mendatang tidak berubah.
Namun demikian, asumsi yang digunakan tersebut dalam kenyataannya sangat tidak realistis sebab perubahan suku bunga senantiasa disertai perubahan kurs
dimasa mendatang. Oleh sebab itu, perkiraan kurs dimasa mendatang tersebut juga ditentukan oleh berbagai faktor ekonomi yang juga mengakibatkan
perubahan suku bunga tadi. Secara umum kelemahanyang mencolok dari logika yang terkandung
dalam teori PPP mengenai kurs adalah : -
Asumsi yang dianut oleh hukum satu harga, yakni bahwa biaya-biaya transportasi dan pembatasan perdagangan bisa diabaikan, Asumsi yang
dianut oleh hukum satu harga, yakni bahwa biaya biaya transportasi dan pembatasan perdagangan bisa diabaikan, ternyata dalam prakteknya tidak
dapat dipertahankan.
Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
- Praktek monopolistik dan oligopolistik di berbagai pasar barang bersama
dngan besarnya aneka biaya transportasi serta pembatasan perdagangan, semakin memperlemah keterkaitan harga atas barang yang sama di
berbagai negara. -
Oleh karena data-data inflasi di berbagai negara didasarkan pada jenus komoditi acuan yang berlainan, maka perubahan kurs tidak bisa
diharapkan mampu mengimbangi selisih inflasi resmi meskipun tidak ada pembatasan perdagangan dan semua produk bisa diperdagangkan.
c. Pendekatan Moneter Monetary approach Merumuskan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau
penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional di masing-masing negara. Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat
ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat
ditentukan oleh tingkat pedapatan riil negara tersebut atau harga-harga umum yang berlaku serta suku bunga, dimana permintaan uang berbanding lurus
dengan harga-harga umum dan berbanding terbalik terhadap suku bunga. Pada tingkat pendapatan riil atau harga-harga tertentu, suku bunga equilibrium
terbentuk pada titik perpotongan antara kurva dan kurva penawaran uang yang ada di suatu negara.
Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Jadi pendekatan moneter dapat dikatakan terlalu mengutamakan peranan uang sektor moneter dan cederung mengabaikan peranan penting
yang dimainkan oleh perdagangan barang dan jasa sektor riil sebagai suatu faktor pokok yang mempengaruhi besar kecilnya kurs, khususnya dalam
jangka panjang. Selain itu, pendekatan moneter mengasumsikan bahwa aset-aset
finansial domestik dan luar negeri seperti obligasi yang diterbitkan oleh berbagai negara satyu sama lain merupakan pengganti atau subtituusi yang
sempurna. Namun dalam prakteknya, obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara sangat berbeda, baik jenis maupun bobotnya dibandingkan dengan
obligasi yang diterbitkan oleh negara-negara lain. Hal inilah sebagai sumber kelemahan dari pendekatan moneter yang dianggap bertumpu pada sejumlah
asumsi yang kurang realistis. d. Pendekatan keseimbangan portofolio portofolio balabce approach
Merumuskan bahwa kkurs sesungguhnya terbentuk dalam proses dan penyeimbang stok atau total permintaan dan penawaran asset-asset finansial
dalam hal ini, uang dipandang hanya merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak jenis asset finansial dalam setiap negara.
Asumsi yang dipergunakan dalam pendeatan ini adalah, -
Obligasi domestik dan luar negeri sebagai substansi yang tidak sepurna. -
Memperhitungkan arti penting perdagangan sektor riil
Abdul Rahman Pasaribu : Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah KURS Dan Tingkat Pdrb Perkapita Terhadap Ekspor Sumatera Utara, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut pendekatan ini kenaikan penawaran uang di negara domestik akan mendorong terjadinya kemerosostan di negara yang bersangkutan
sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negeri. Pembelian secara besar-
besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik.
Selanjunya, depresiasi itu merangsang peningkatan ekspor negara domestik dan sekaligus menyurutkan impornya. Pada gilirannya hal ini menciptakan
surplus perdagangan bagi domestik yang segera disusul oleh apresias mata uangnya. Apresiasi ini meredam sebagian depresiasi yang telah terjdi
sebelumnya. Dengan demikian,pendekatan keseimbangan portofolio ini juga menjelaskan terjadinya lonjakan kurs, namun tidak seperti pendekatan
moneter, ia mampu menjelaskannya secara eksplisit dan mengaitkan peran perdagangan dalam proses penyesuaian kurs dalam jangka panjang.
2.1.4 Sistem Moneter Internasional