Hasil Analisis Sendi Plastis Distribusi Sendi Plastis

sendi plastis. Pemodelan sendi dilakukan untuk mendefinisikan perilaku non-linier force- displacement danatau momen-rotasi yang dapat ditempatkan pada beberapa tempat di sepanjang bentang balok atau kolom. Pemodelan sendi adalah rigid dan tidak memiliki efek pada perilaku linier pada member. Pada pemodelan di dalam studi ini, properti sendi yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Elemen balok. Elemen balok menggunakan Default-M3 sesuai dengan program SAP2000 karena balok efektif menahan momen dalam arah sumbu kuat sumbu-3. Jarak relative yang bisa digunakan antara 0 dan 1, dimana angka 0 dan 1 menunjukkan letak sendi plastis diujung balok i dan j. Bila ingin memodelkan sendi plastis di tengah balok, digunakan jarak relative 0,5. Sendi plastis dimodelkan berdasarkan kriteria FEMA-356. b. Elemen kolom. Elemen kolom menggunakan hinge properties yang tertera pada Tabel 3.6 dengan pertimbangan bahwa pada elemen kolom tersebut menggunakan sambungan lewatan dan tanpa menggunakan sambungan lewatan. Nilai jarak relative yang digunakan adalah 0 dan 1. Pada kolom, sendi plastis tidak boleh dimodelkan di tengah bentang. Kolom harus didesain lebih kuat dari balok, sehingga sendi plastis akan terjadi terlebih dahulu di balok. Sendi plastis dimodelkan berdasarkan kriteria FEMA-356.

3.6.1. Hasil Analisis Sendi Plastis

Dengan menggunakan analisis nonlinier, dapat diperoleh hasil analisis sendi plastis. Pemodelan dan hasil analisis sendi plastis dapat diklasifikasikan dengan mengacu pada kurva hubungan momen-rotasi force-displacement seperti terlihat pada Gambar 3.12. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.12 Kurva hubunagn momen-rotasi, setipe dengan kurva hubungan gaya- perpindahan FEMA-356 Kurva pada Gambar 3.12 memiliki lima titik utama, yaitu titik A, B, C, D dan E serta kondisi taraf kinerja yang bisa dicapai pada posisi tertentu seperti Immediate Occupancy IO, Life Safety LS dan Collapse Prevention CP. Keterangan dari Gambar 3.12 yaitu: a. Titik A merupakan titik awal sebelum struktur dikenai beban gempa. b. Titik B memperlihatkan kelelehan, namun deformasi belum terjadi sampai dengan titik B. c. Garis AB menunjukkan respons linier. d. Titik C merepresentasikan kapasitas ultimit. e. Garis BC menunjukkan strain hardening. f. Titik D merepresentasikan kekuatan sisa residual strength. g. Garis CD menunjukkan degradasi kekuatan. h. Titik E memperlihatkan kondisi keruntuhan total. i. Garis DE menunjukkan pengurangan kekuatran lagi. j. a adalah bagian deformasi yang terjadi setelah leleh sampai kapasitas ultimitnya. k. b adalah bagian deformasi yang terjadi setelah leleh sampai kondisi keruntuhan total. l. c adalah kekuatan sisa setelah terjadi penurunan kekuatan yang mendadak dari C ke D. Hasil dari analisis sendi plastis, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Gaya danatau momen pada sendi. b. Peralihan danatau rotasi plastis. c. Kondisi paling ekstrim yang terjadi pada sendi. Kondisi ini tidak menunjukkan apakah terjadi deformasi positif atau negatif: - A ke B - B ke C - C ke D - D ke E - E d. Taraf kinerja paling ekstrim yang terjadi pada sendi. Taraf ini tidak menunjukkan apakah terjadi deformasi positif atau negatif: - A ke B - B ke IO - IO ke LS - LS ke CP - CP

3.6.2. Distribusi Sendi Plastis

Sendi plastis hanya boleh terjadi pada balok, dasar kolom yang dekat dengan pondasi, balok perangkai pada dinding geser, dan dasar dari dinding geser. Dalam perencanaan, desain kapasitas harus terpenuhi, dimana kolom harus didesain lebih kuat dari balok, sehingga sendi plastis diharapkan terjadi pada balok terlebih dahulu beam sway mechanism. Hal ini karena kerusakan yang terjadi pada balok termasuk dalam kerusakan local dan dapat diperbaiki. Dengan terjadinya sendi plastis pada balok, maka energy akan tersebar dibanyak tempat. Berbeda dengan story mechanism, dimana sendi plastis terjadi pada kolom dan Universitas Sumatera Utara energy terpusat di satu tempat.Tentunya hal ini sangat berbahaya. Sendi plastis yang terjadi pertama kali harus memiliki kapasitas rotasi yang cukup untuk pembentukan sendi plastis berikutnya, tanpa mengalami penurunan kekuatan dan kekakuan yang signifikan. Dengan demikian mekanisme kelelehan yang daktail dapat tercapai.

3.6.3. Mekanisme Pembentukan Sendi Plastis