lokasi penggunaan sambungan lewatan akan dianalisis, dimana 1 sambungan lewatan dilakukan pada daerah sendi plastis kolom dalam hal ini yaitu pada ujung kolom yang berada
dekat dengan pelat lantai, dan 2 sambungan lewatan dilakukan pada daerah titik balik momen pada kolom dalam hal ini yaitu pada bagian tengah kolom. Perbedaan dari kedua
jenis model struktur ini yaitu terletak pada kapasitas rotasi plastis yang dapat dicapai oleh kolom pada masing-masing jenis model struktur. Nilai kapasitas rotasi plastis pada kolom
untuk kedua model struktur yang akan dianalisis dapat dilihat di dalam Tabel 3.6. Beberapa kota di Indonesia dan parameter percepatan terpetakan S
s
dan S
1
, dikutip dari RSNI3 03-1726-201x, yang akan digunakan untuk menghitung spektrum respons desain yang
mewakili beberapa tingkat kekuatan gempa disajikan di dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Parameter percepatan S
s
dan S
1
untuk beberapa kota di Indonesia
Kota S
s
g S
1
g Balikpapan
0,25 0,1
Medan 0,5
0,3 Denpasar
1,0 0,4
Banda Aceh 1,5
0,6
4.2 Data Material
Material yang digunakan untuk gedung yang akan dianalisis adalah material beton bertulang dengan kekuatan beton f’
c
sebesar 30 MPa dan mutu baja tulangan longitudinal dan tulangan sengkang menggunakan material ASTM A615 Gr.60 dengan tegangan leleh
minimum f
y
sebesar 420 MPa.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pembebanan Struktur
Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan ini dikategorikan ke dalam beberapa jenis kondisi pembebanan yaitu:
1. Berat sendiri DL
Berat sendiri adalah beban mati yang berasal dari berat sendiri komponen struktur yang dihitung dengan menggunakan berat jenis material beton bertulang yang diambil sebesar
21.56 kNm
3
sesuai dengan rekomendasi pada RSNI 03-1727-201x dicantumkan pada Tabel 2.8.
2. Beban mati tambahan superimposed dead load DL
+
Beban mati tambahan dapat berupa beban akibat berat adukan semen, acian, keramik plesteran, plafon dan mechanical electrical. Besarnya berat komponen-komponen ini
diberikan di dalam Tabel 2.8. Total beban mati tambahan untuk lantai dan atap yang digunakan adalah 1.4 kNm
2
. 3.
Beban hidup LLFLOOR dan LLROOF Beban hidup untuk perkantoran yang digunakan berdasarkan pada rekomendasi pada
RSNI 03-1727-201x seperti terlihat di dalam Tabel 2.9. Untuk beban hidup pada lantai perkantoran direncanakan memikul beban hidup LLFLOOR sebesar 2.4 kNm
2
sedangkan pada atap perkantoran yang direncanakan untuk bisa digunakan sebagai tempat berjalan direncanakan memikul beban hidup LLROOF sebesar 0.96 kNm
2
. 4.
Beban gempa EQX dan EQY Beban gempa yang digunakan adalah berupa beban gempa statik ekivalen mengingat
bangunan yang akan dianalisis merupakan bangunan yang memenuhi syarat bangunan beraturan sesuai dengan yang ditetapkan di dalam RSNI3 03-1726-201x. Besar gaya
gempa rencana untuk lokasi yang terletak pada kota Medan akan digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
merencanakan dimensi komponen struktur bangunan serta jumlah penulangan yang dibutuhkan di dalamnya. Detail perhitungan untuk beban gempa statik ekivalen untuk
keperluan ini dilampirkan pada LAMPIRAN A. Selain untuk keperluan rencana dimensi bangunan, pola pembebanan pada analisis beban
gempa statik ekivalen juga akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan analisis beban dorong pada analisis statik nonlinier.
4.4 Pra-Dimensi Komponen Struktur