Perumusan Masalah Hipotesis Manfaat Penelitian

NAG hanya sedikit terjadi pada sindrom nefrotik resisten steroid dibandingkan sensitif steroid. 9-11 Kadar NAG urin dijumpai lebih tinggi pada pasien sindrom nefrotik yang resisten terhadap steroid dibandingkan dengan yang sensitif terhadap steroid maupun yang tergantung steroid. Berdasarkan temuan histologis kadar NAG urin meningkat pada lesi FSGS. 5,12 Peningkatan kadar NAG urin menggambarkan telah terjadinya kerusakan tubulus. NAG urin dapat dijadikan penanda yang dapat membantu memonitor respon terapi dan memprediksi luaran dari pasien sindrom nefrotik. Data mengenai kadar NAG urin dan hubungan NAG dengan proteinurin kualitatif pada pasien SN di Medan belum ada sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penanda yang memiliki nilai prediktif. 9,12,13

1.2. Perumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin dengan kadar protein urin kualitatif pada anak dengan sindrom nefrotik?

1.3. Hipotesis

Universitas Sumatera Utara Ada hubungan kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin dengan kadar proteinuria kualitatif pada anak dengan sindrom nefrotik. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin dengan kadar protein urin kualitatif pada anak dengan sindrom nefrotik.

1.4.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin pada sindrom nefrotik dibandingkan kontrol - Mengetahui kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin pada grup sindrom nefrotik sensitif dan resisten steroid

1.5 Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang nefrologi, khususnya dalam membantu mengetahui hubungan kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin dengan protein urin kualitatif pada sindrom nefrotik. 2. Di bidang pelayanan masyarakat : dengan menilai hasil pemeriksaan kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin dapat membantu Universitas Sumatera Utara menentukan prediksi luaran dan respon terhadap terapi steroid sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. 3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan data kepada divisi nefrologi mengenai pemeriksaan kadar N-Acetyl- β-D-Glucosaminidase urin pada pasien sindrom nefrotik.. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sindrom nefrotik

Insiden sindrom nefrotik pada masa kanak-kanak dilaporkan dua sampai tujuh kasus dari setiap 100 000 anak dan prevalensinya mendekati 16 kasus dari setiap 100 000. 14 Di Jakarta Wila Wirya melaporkan per tahun 6 orang anak menderita sindrom nefrotik di antara 100 000 anak berusia dibawah 14 tahun, dengan perbandingan anak laki-laki dibanding anak perempuan 3:2. Proteinuria dianggap sebagai kelainan utama pada sindrom nefrotik, sedangkan gejala klinis lainnya dianggap sebgai manifestasi sekunder. Proteinuria terjadi karena perubahan integritas sawar filtrasi. Sawar ini terdiri dari tiga lapisan : endotel, membrane basalis glomerulus dan epitel glomerulus visceral terdiri dari podosit. Sel endothelial memiliki variasi diameter pembukaan antara 70 sampai 100 nm yang disebut fenestra yang menahan makromolekul dari plasma ke tubulus renal. 2 6 Terjadi kehilangan muatan negatif sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membrana basalis. Hilangnya muatan negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar menembus sawar kapiler glomerulus. Banyak anggapan bahwa proses ini melibatkan masalah imunologis. Proteinuria yang hebat mengakibatkan hipoalbuminemia. Edema muncul akibat rendahnya Universitas Sumatera Utara