kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan
dan masa pasca persalinan post partum period , memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Dengan
memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia IBI menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan Soepardan, 2008.
Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Profesi kebidanan
secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan
secara internasional diakui oleh International Confederation of Midwives ICM, FIGO dan WHO Soepardan, 2008.
2.7 Dukun Bayi
Menurut Depkes RI 2005 jenis tenaga yang melakukan pertolongan persalinan pada masyarakat ada dua yaitu :
1. Tenaga professional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan
perawat.
Universitas Sumatera Utara
2. Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu, anak sesuai kebutuhan masyarakat Depkes RI, 2005. Dukun bayi terdiri dari :
a. Dukun terlatih adalah dukun yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. b. Dukun tidak terlatih adalah dukun bayi yang
belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih
mendapat kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun beranak masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta
memberikan pertolongan persalinan Manuaba, 2001. Batas kewenangan dukun dalam melakukan pertolongan persalinan menurut
Depkes RI 2005 adalah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan pertolongan persalinan meliputi mempersiapkan tempat, kebutuhan ibu dan kebutuhan bayi,
mempersiapkan alat-alat persalinan sederhana secara bersih, mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna 10 menit 2. Memimpin persalinan normal dengan teknik-
teknik sederhana yang meliputi membimbing ibu mengejan, menahan perineum, merawat tali pusat, memeriksa kelengkapan placenta. 1. Dukun tidak melakukan
tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta mendorong rahim, menarik plasenta, memasukkan tangan ke dalam liang senggama. 2. Melakukan perawatan
pada bayi baru lahir yang meliputi perawatan mata, mulut dan hidung bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan memandikan bayi.
Universitas Sumatera Utara
Peran dukun dalam pertolongan persalinan dalam Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun 2009 adalah sebagai berikut : a Mengantar calon ibu bersalin ke
Bidan b Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau memanggil bidan c Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti :
1. Air bersih 2. Kain bersih d Mendampingi ibu pada saat persalinan e Membantu Bidan pada saat proses persalinan f Melakukan ritual keagamaan atau
tradisional yang sehat yang sesuai tradisi setempat g Membantu bidan dalam perawatan bayi baru lahir h Membantu ibu dalam inisiasi menyusui dini kurang dari
1 jam i Memotivasi rujukan jika diperlukan, Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan.
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan
secara tradisional, dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan : secara turun temurun, belajar secara praktis, atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan
ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan Depkes RI, 2005. Di Indonesia persalinan dukun sebesar 75 sampai 80 terutama di daerah pedesaan. Pertolongan
persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal. Dapat dipahami bahwa dukun tidak
dapat mengetahui tanda-tanda bahaya perjalanan persalinan Manuaba,2001. Depkes RI memperkirakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun masih dominan di
Indonesia sekitar 80. Hasil penelitian Suprapto 1993 menyebutkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
dilakukan selama 40 hari, biaya rumah dan jasanya dapat dipakai untuk melakukan bantuan tugas – tugas rumah bila diperlukan.
Menurut Depkes RI 2005 ada beberapa hambatan dalam penempatan bidan di desa antara lain : 1. Usia bidan relatif muda dan berasal dari luar desa 2.
Kesulitan penyesuain dengan faktor budaya masyarakat 3. Bidan bukan Pegawai Negeri, tidak mempunyai penghasilan tetap 4. Kemampuan desa untuk membangun
polindes masih terbatas 5. Perkawinan bidan desa ke luar desa membuat bidan desa pindah dan meninggalkan desa asal. 6. Karena usia relatif muda bidan kurang
mendapat kepercayaan untuk melakukan pertolongan persalinan. Keuntungan yang diperoleh oleh bidan desa yaitu :
1. Adanya tenaga kesehatan dan diharapkan memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat 2. Adanya pengawas terhadap antenatal
kehamilan berisiko sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian perinatal 3. Adanya pengawasan terhadap antenatal kehamilan berisiko sehingga mengurangi
angka kesakitan dan kematian perinatal 4. Adanya sumber informasi kesehatan yang diperlukan masyarakat 5. Adanya pemataan kesehatan oleh bidan dalam
memudahkan pemantauan kesehatan di desa 6 Merupakan mata rantai Sistem Kesehatan Nasional di pedesaan.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Ibu Bersalin dalam Memilih Penolong Persalinan