Analisis Faktor Determinan yang Memengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Kota Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013

(1)

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO

KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013

TESIS

Oleh NURHAPIPA 117032199/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


(2)

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO

KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh NURHAPIPA 117032199/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KSEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO KAMPAR I KABUPATEN

KAMPAR TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Nurhapipa

Nomor Induk Mahasiswa : 117032199

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes)

Ketua Anggota

(Asfriyati, S.K.M, M.Kes)

Dekan


(4)

Telah Diuji

pada Tanggal : 25 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M, M.Kes

2. dr. Yusniwarti Yusad. M.Si 3. dr. Heldy B.Z, M.P.H


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO

KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Nurhapipa 117032199/IKM


(6)

ABSTRAK

Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan merupakan faktor yang menentukan terlaksananya proses persalinan yang aman. Determinan pemilihan penolong persalinan meliputi faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, status ekonomi, keterjangkauan, dan dukungan keluarga oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar tahun 2013. Jenis penelitian menggunakan survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir dari bulan Oktober-Desember 2012 sampai bulan Januari-Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu dan seluruh populasi dijadikan sampel. Semua variabel menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p=0,011), keterjangkauan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,042) berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan adalah keterjangkauan dengan nilai koefisien regresi 2,702.

Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar melalui Puskesmas XIII Koto Kampar I memberikan kemitraan kepada dukun bayi tentang pertolongan persalinan. Menambah tenaga kesehatan terutama bidan di seluruh wilayah Kecamatan Kampar khususnya desa terpencil. Diharapkan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh ibu bersalin guna memudahkan akses informasi khususnya informasi kesehatan, yang terisolir dapat menerima tenaga medis dan memanfaatkannya dalam segala tindakan medis termasuk penolong persalinan. Serta meningkatkan dukungan keluarga terutama suami menjadi suami yang siap siaga dalam proses persalinan.

Kata Kunci : Sikap, Keterjangkauan, Dukungan Keluarga, Penolong Persalinan


(7)

ABSTRACT

The utilization of birth assistance by a professional health worker (midwife) in the community is very low compared to the target expected. Choosing birth attendant is the factor determining the implementation of safe delivery process. The determinants of choosing birth attendant include the factors of education, knowledge, attitude, economic status, affordability, and support from family, health worker and traditional birth attendant.

The purpose of this survey study with cross-sectional approach was to analyze the factor of determinant influencing the mothers in choosing birth attendant at Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar I, Kampar Subdistrict, Riau in 2013. The population of this study was all of the 71 mothers who gave birth (born alive or stillborn) in the past 6 (six) months from October 2012 to March 2013 in the working area of Puskesmas XIII Koto Kampar I and all of the mothers were selected to be the samples for this study. All of the variables were analyzed through Multiple Logistic Regression tests.

The result of this study showed that the factors of attitude (p = 0.011), affordability (p = 0.001), and family support (p = 0.042) had influence on choosing birth attendant. Affordability was the most dominant variable influencing the process of choosing birth attendant with regression coefficient of 2.702.

To the District Health Office through the Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar Kampar I gave birth attendants about the partnership to help labor. Add to health workers, especially midwives throughout the District of Kampar particularly remote villages. It is expected that health care be affordable by women giving birth in order to facilitate access to information, especially medical information, which can receive medical personnel isolated and used in all medical procedures including birth attendants. As well as increasing support for the husband's family, especially her husband who stand ready in the delivery process.


(8)

KATA PENGANTAR

Puju dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Analisis Faktor Determinan yang Memengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013.”

Penulis menyadari ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada Pembimbing yaitu: Dr. Ir. Zulhaida Lubus,M. Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Asfriyati , SKM. Kes, selaku Pembimbing kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya Tesis ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT&H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M. Kes, selaku Pembantu Dekan I Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. dr. Yusniwarti Yusad. M.Si dan dr. Heldy B.Z, M.P.H, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan, do’a pada penulis dalam penyusunan tesis ini.

8. Seluruh teman-teman satu angkatan yang telah menyumbangkan masukan, saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Juni 2013 Penulis

Nurhapipa 117032199/IKM


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nurhapipa berumur 26 tahun dilahirkan di Batu - Bersurat Kecamatan XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Propinsi Riau pada tanggal 09 April 1987 beragama Islam, penulis anak pertama dari empat bersaudara dengan status belum menikah dan anak dari pasangan Almunar dan Nuraida.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 003 Batu - Bersurat tahun 1999, tahun 2006 penulis menamatkan Pon Pes MTI Candung Bukitinggi Sumbar Selama 7 Tahun Pendidikan Tingkatan SLTP dan SLTA, pada tahun 2009 penulis menamatkan kuliah di Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru. Pada tahun 2010 penulis menamatkan Program D-IV Bidan Pendidik di Stikes Helvetia Medan. Dan pada bulan September Tahun 2011 - Februari 2013 Penulis bekerja di Akademi Kebidanan Helvetia Medan. Pada tahun 2011-2013 penulis menempuh pendidikan di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Persalinan (Partus) ... 11

2.2 Fisiologi Persalinan ... 11

2.3 Pertolongan Persalinan ... 13

2.4 Tenaga Penolong Persalinan ... 14

2.5 Bukan Tenaga Kesehatan (Dukun) ... 15

2.6 Pengertian Bidan ... 16

2.7 Dukun Bayi ... 17

2.8 Faktor yang Memengaruhi Ibu Bersalin dalam Memilih Penolong Persalinan ... 21

2.9 Landasan Teori ... 26

2.10 Kerangka Konsep ... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 32


(12)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.5.1 Variabel Dependen ... 36

3.5.2 Variabel Independen ... 36

3.6 Metode Pengukuran ... 37

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 37

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 37

3.7 Metode Analisis Data ... 39

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1 Keadaan Geografis ... 41

4.1.2 Kependudukan ... 41

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 42

4.2 Analisis Univariat ... 42

4.2.1 Karakteristik Responden ... 42

4.2.2 Keterjangkauan dalam Memilih Penolong Persalinanan ... 44

4.2.3 Pengetahuan Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan.. ... 45

4.2.4 Sikap Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan ... 47

4.2.5 Dukungan Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan ... 49

4.2.6 Penolong Persalinan ... 50

4.3 Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen ... 50

4.4 Hubungan Sikap Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan . 55 4.5 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 52

4.6 Hubungan Status Ekonomi Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 53

4.7 Hubungan Keterjangkauan dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 53

4.8 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan ... 54

4.9 Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Status Ekonomi, Keterjangkauan dan Dukungan Keluarga terhadap Pemilihan Penolong Persalinan ... 55

BAB 5. PEMBAHASAN ... 57

5.1 Pemilihan Penolong Persalinan ... 57

5.2 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar ... 59

5.3 Pengaruh Keterjangkauan Ibu terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar ... 61


(13)

5.4 Pengaruh Dukungan Keluarga Ibu terhadap Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I

Kecamatan Kampar ... 65

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 67

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 34

3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.5 Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan Terikat... 39

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 43

4.2 Distribusi Kategori Keterjangkauan dalam di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 44

4.3 Distribusi Kategori Keterjangkauan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 45

4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Jawaban dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 45

4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 47

4.6 Distribusi Frekuensi Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 47

4.7 Distribusi Kategori Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 49

4.8 Distribusi Frekuensi Sikap dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 49

4.9 Distribusi Kategori Dukungan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 50

4.10 Distribusi Kategori Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 50


(15)

4.11 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 51 4.12 Hubungan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas XIII

Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 ... 52 4.13 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan di

Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 52 4.14 Hubungan Status Ekonomi dengan Pemilihan Penolong Persalinan di

Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 53 4.15 Hubungan Keterjangkauan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di

Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 54 4.16 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan di

Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013 .... 54 4.17 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Variabel


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Landasan Teori Lawrence Green (1980) ... 29 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 30


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner ... 73

2 Data Penelitian ... 74

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76

4 Hasil Uji Statistik ... 77

5 Surat Izin Survei Pendahuluan ... 81

6 Surat Izin Penelitian ... 82


(18)

ABSTRAK

Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan merupakan faktor yang menentukan terlaksananya proses persalinan yang aman. Determinan pemilihan penolong persalinan meliputi faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, status ekonomi, keterjangkauan, dan dukungan keluarga oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar tahun 2013. Jenis penelitian menggunakan survei dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir dari bulan Oktober-Desember 2012 sampai bulan Januari-Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu dan seluruh populasi dijadikan sampel. Semua variabel menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sikap (p=0,011), keterjangkauan (p=0,001) dan dukungan keluarga (p=0,042) berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan adalah keterjangkauan dengan nilai koefisien regresi 2,702.

Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar melalui Puskesmas XIII Koto Kampar I memberikan kemitraan kepada dukun bayi tentang pertolongan persalinan. Menambah tenaga kesehatan terutama bidan di seluruh wilayah Kecamatan Kampar khususnya desa terpencil. Diharapkan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh ibu bersalin guna memudahkan akses informasi khususnya informasi kesehatan, yang terisolir dapat menerima tenaga medis dan memanfaatkannya dalam segala tindakan medis termasuk penolong persalinan. Serta meningkatkan dukungan keluarga terutama suami menjadi suami yang siap siaga dalam proses persalinan.

Kata Kunci : Sikap, Keterjangkauan, Dukungan Keluarga, Penolong Persalinan


(19)

ABSTRACT

The utilization of birth assistance by a professional health worker (midwife) in the community is very low compared to the target expected. Choosing birth attendant is the factor determining the implementation of safe delivery process. The determinants of choosing birth attendant include the factors of education, knowledge, attitude, economic status, affordability, and support from family, health worker and traditional birth attendant.

The purpose of this survey study with cross-sectional approach was to analyze the factor of determinant influencing the mothers in choosing birth attendant at Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar I, Kampar Subdistrict, Riau in 2013. The population of this study was all of the 71 mothers who gave birth (born alive or stillborn) in the past 6 (six) months from October 2012 to March 2013 in the working area of Puskesmas XIII Koto Kampar I and all of the mothers were selected to be the samples for this study. All of the variables were analyzed through Multiple Logistic Regression tests.

The result of this study showed that the factors of attitude (p = 0.011), affordability (p = 0.001), and family support (p = 0.042) had influence on choosing birth attendant. Affordability was the most dominant variable influencing the process of choosing birth attendant with regression coefficient of 2.702.

To the District Health Office through the Puskesmas (Community Health Center) XIII Koto Kampar Kampar I gave birth attendants about the partnership to help labor. Add to health workers, especially midwives throughout the District of Kampar particularly remote villages. It is expected that health care be affordable by women giving birth in order to facilitate access to information, especially medical information, which can receive medical personnel isolated and used in all medical procedures including birth attendants. As well as increasing support for the husband's family, especially her husband who stand ready in the delivery process.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia antara lain meningkatkan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik serta menjangkau semua kelompok sasaran, meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional secara berangsur, meningkatkan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dan melaksanankan sistem rujukan serta meningkatkan pelayanan neonatal dengan mutu yang baik. Tujuan akhir dari program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007).

Tingginya AKI di Indonesia merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat penanganan serius. AKI merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu dan merupakan barometer pelayanan kesehatan di suatu Negara. Bila angkanya masih tinggi berarti pelayanan kesehatan di suatu negara dikatakan belum baik. Salah satu upaya yang perlu mendapatkan perhatian dalam menurunkan AKI adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan persalinan. Hal ini di sebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan penyebab langsung kematian ibu yang tidak dapat ditangani dengan baik dan tepat waktu (Depkes RI, 2009).


(21)

Salah satu faktor yang memengaruhi AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) adalah tenaga penolong Persalinan, setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (WHO, 2005). Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan semakin rendah risiko terjadinya kematian. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dari tahun 2000-2005, penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun mencapai 26,28% (BPS, 2006). Penolong persalinan di Indonesia sebagian besar dilakukan oleh Bidan (58%) dan dukun bersalin (25,31%), sedangkan menurut tipe daerah di perkotaan maupun di pedesaan penolong persalinan yang terbanyak dilakukan oleh bidan, masing-masing 65,81% dan 52,22% (BPS, 2008).

Di Indonesia, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2010) dan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2010) dari rentang tahun 1990 sampai dengan 2010 angka kematian tertinggi terjadi pada tahun (1990), sebesar 390/100.000 KH, tahun (1995) 334/100.000 KH, (2000) 330/100.000 KH, (2005) 307/100.000 KH, (2010) 214/100.000 KH. Fakta angka kejadian tersebut di atas AKI di Indonesia telah menurun menjadi 214/100.000 KH hal ini perlu ditafsirkan secara berhati–hati mengingat keterbatasan metode perhitungan yang digunakan. Dari 5 juta kelahiran di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian


(22)

dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya (BAPPENAS, 2008).

Berdasarkan laporan kegiatan Audit Maternal Perinatal Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2012 terdapat 45 kasus kematian ibu dari 11055 kelahiran hidup. Penyebab kematian didominasi oleh perdarahan (25%) dan pre/eklampsi (25%). Jumlah ini relatif lebih kecil dibandingkan angka nasional (228/100000 kelahiran hidup). Peningkatan cakupan K1 dan K4 (98,22% dan 95,33%) untuk menjamin pelayanan asuhan kehamilan termasuk pemberian imunisasi TT dan tablet Fe.

Berdasarkan laporan dari tiga Puskesmas di Kecamatan XIII Koto Kampar pada tahun 2012 ditemukan pelayanan antenatal masih rendah, yaitu kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan hanya mencapai 77,9% dan kunjungan ke-4 (K4) hanya 65,8%. Seharusnya pencapaian K1 90% dan K4 80%, untuk Kabupaten Kampar, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar (50,10%). Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Pada tahun 2012 jumlah persalinan diwilayah kerja puskesmas XIII Koto Kampar I adalah 128 orang (15,42%), dari jumlah tersebut 31 (20%) ditolong oleh dukun dan 97 (80%) ditolong oleh tenaga kesehatan.

Dilihat dari proporsi tenaga bidan di Indonesia sebesar 34,8 per 10.000 penduduk, dengan jumlah bidan 30.236 orang yang ditempatkan di desa-desa seluruh Indonesia, dan masih ada 43,22% desa lagi yang belum tersedia bidan. Hal ini berarti


(23)

bahwa di Indonesia masih membutuhkan tenaga profesional dalam memberikan pertolongan persalinan bagi ibu bersalin (Depkes RI, 2005).

Salah satu penyebab adalah karena masih banyaknya ibu tidak mampu yang persalinannya tidak dilayani oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang baik karena terkendala biaya.Untuk mempercepat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, tahun 2010 Kementerian Kesehatan meluncurkan Program Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) (Kemkes, 2010).

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (2008), penolong kelahiran terakhir di pedesaan antara lain, ditolong bidan 46,34%, ditolong dukun bayi 42,75%, ditolong oleh dokter 6,11%, ditolong oleh famili 3,86%, ditolong Nakes 0,61% dan lainnya sebesar 0,33%. Di pedesaan, bidan dan dukun sama-sama diminati oleh ibu bersalin sebagai penolong persalinannya.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka penurunan AKI, seperti program Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat serta setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI, 2005). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu cara paling efektif dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, oleh karena itu sasaran dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah meningkatnya secara


(24)

bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (BAPPENAS, 2007).

Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil juga didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu upayanya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan berdasarkan konsep asuhan persalinan normal. Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya komplikasi, terutama perdarahan pascapersalinan. Program ini, diharapkan tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan keterampilannya sehingga dapat meningkatkan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Yunarti, 2003).

Salah satu tenaga kesehatan yang terlibat langsung terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah bidan. Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan medik (Depkes RI, 2005).

Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena hamil, bersalin dan nifas. Sebagian besar dari komplikasi – komplikasi tersebut sebenarnya dapat ditangani melalui penerapan teknologi kesehatan yang ada. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi kesehatan kurang dapat diterapkan mulus ditingkat masyarakat diantaranya ketidaktahuan, kemiskinan, rendahnya status sosial


(25)

ekonomi perempuan, terbatasnya kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai dan kelangkaan pelayanan kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga berperan terhadap situasi ini. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan masih banyak masyarakat Indonesia berorientasi pada pertolongan persalinan oleh dukun dengan segala keterbatasannya (Sarwono 2004).

Jampersal (jaminan persalinan) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB setelah persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Pelayanan Jampersal ini meliputi pemeriksaan kehamilan ante natal care (ANC), pertolongan persalinan, pemeriksaan post natal care (PNC) oleh : (1) tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan jaringannya), (2) fasilitas kesehatan swasta yang tersedia, (3) fasilitas persalinan (Klinik atau Rumah Bersalin, Dokter Praktik, Bidan Praktik) yaitu mereka yang telah menanda-tangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten atau Kota. Pada saat yang bersamaan, pelayanan pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit dan komplikasi dilakukan secara berjenjang di Puskesmas dan RS rujukan. Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak dan mempercepat pencapaian MDGs telah ditetapkan kebijakan bahwa setiap ibu yang melahirkan, biaya persalinannya ditanggung oleh Pemerintah melalui Program Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) (Permenkes, 2011).


(26)

Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap pemilihan penolong persalinan, untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan, serta jangkauan ke pelayanan kesehatan, sedangkan menurut Kamil (2006), perubahan pola pencarian pelayanan kesehatan lebih didominasi oleh tingkat keparahan penyakit yang dideritanya, persepsi minimnya fasilitas kesehatan yang modern di Indonesia, tenaga kesehatan yang tidak berkualitas, dan perilaku tenaga kesehatan yang tidak ramah, dan cenderung memilih-milih (Juliwanto, 2009).

Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap Ibu yang membutuhkan. Untuk itu sejak tahun 1990 telah ditempatkan bidan di desa dengan polindesnya. Dengan penempatan bidan di desa ini diharapkan peranan dukun makin berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan dan pengetahuan masyarakat dan tersedianya fasilitas kesehatan, namun pada kenyataannya masih banyak persalinan yang tidak ditolong oleh bidan melainkan oleh dukun. Departemen kesehatan RI memperkirakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun masih mendominasi terutama didaerah pedesaan yaitu mencapai 75% sampai 80% (Julianto, 2009).

Menurut Sarwono (2004) yang mengutip pendapat Andersen dengan teorinya

“Andersen’s Behavioral model of Health Service Utilization”, mengemukakan bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen, yaitu (1)


(27)

komponen predisposisi terdiri dari demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan, (2) komponen enabling (pendukung) terdiri dari sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), dan sumber daya masyarakat (jumlah sarana pelayanankesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dan tenaga kesehatan, lokasi sarana kesehatan).

Masih banyaknya pengguna jasa dukun disebabkan beberapa faktor yaitu lebih mudahnya pelayanan dukun bayi, terjangkau oleh masyarakat baik dalam jangkauan jarak, ekonomi atau lebih dekat secara psikologi, bersedia membantu keluarga dalam berbagai pekerjaan rumah tangga serta berperan sebagai penasehat dalam melaksanakan berbagai upacara selamatan (Manuaba, 2001).

Menurut Permata (2002) bahwa mereka yang mempunyai pendidikan yang tinggi yaitu setingkat SLTA ke atas dan pengetahuan kategori baik cenderung memanfaatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional, karena faktor pendidikan dan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan terhadap pemilihan pertolongan persalinan.

Berdasarkan hasil survei awal pada bulan November 2012, melalui wawancara kepada beberapa ibu bersalin yang berobat ke puskesmas, diketahui bahwa ada sebagian ibu hamil di tempat dia tinggal melakukan pertolongan persalinan pada dukun, dengan pertimbangan faktor status ekonomi, di mana mereka mempunyai persepsi bahwa jika melakukan pertolongan persalinan oleh bidan atau


(28)

dokter membutuhkan biaya yang besar dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh dukun bayi.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor determinan yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh faktor determinan (pendidikan ibu, status ekonomi, keterjangkauan, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan dukungan keluarga) dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan kepada pihak puskesmas sehingga dapat melakukan konseling atau berupa penyuluhan kepada ibu-ibu untuk memilih bidan


(29)

sebagai penolong persalinan yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi ibu bersalin dalm memilih penolong persalinan dan dapat mengaplikasikan ilmu riset yang telah dipelajari.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan perbandingan serta data awal bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sama.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan (Partus)

Persalinan adalah proses membukaan dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan adalah serangkaian kejadian pada ibu hamil yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh si ibu (Prawirohardjo, 2009). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Mochtar, 2007).

2.2 Fisiologi Persalinan

Persalinan normal berlangsung dalam 4 kala yaitu pada kala I servik membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm yang dinamakan kala pembukaan, kala 2 disebut kala pengeluaran, karena berkat kekuatan his dan tenaga mengedan ibu serta dorongan janin didorong keluar sampai lahir. Kala 3 disebut kala uri dimana plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala 4 mulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum (Prawirohardjo, 2009).

Pada kehamilan yang sehat, plasenta memberikan nutrisi dan melindungi janin yang sedang tumbuh. Persalinan dari segi fisik dapat digambarkan sebagai proses


(31)

ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir tetapi tentu saja persalinan bukan sekadar peristiwa fisik murni. Apa yang terjadi selama persalinan dapat mepengaruhi hubungan antara ibu dan bayi, serta persalinan di masa yang akan datang (Prawirohardjo, 2007).

Persalinan normal terjadi antara usia gestasi 37 dan 42 minggu, tetapi tidak seperti mamalia lain, manusia tidak mempunyai periode gestasi yang sangat tepat. Gestasi manusia dikatakan sekitar 280 hari, ditambah atau berkurang 10 hari. WHO (1997) mendefinisikan persalinan normal sebagai persalinan berisiko rendah, dengan awitan spontan dan presenttasi fetus verteks, dan dengan hasil akhir ibu dan bayinya berada dalam kondisi yang baik setelah melahirkan. Semua definisi persalinan tampaknya murni fisiologis dan tidak mencakup kesejahteraan psikologis orang tua (Suhari, 2003).

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. Persalinan dapat terjadi karena adanya kekuatan yang mendorong janin.

Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :

1. Kala satu adalah saat ketika serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat. Saat ini dimulai ketika serviks berdilatasi 3-4 cm dan, jika terdapat kontraksi


(32)

ritmik, kala satu aktif ini akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh (10 cm).

2. Kala dua adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan untuk mengeluarkan bayinya. Kala ini berakhir saat bayi lahir.

3. Kala tiga adalah pemisahan dan keluarnya plasenta dan membran, pada kala tiga ini, juga dilakukan pengendalian perdarahan. Kala ini berlangsung dari lahirnya bayi samppai plasenta dan membran dikeluarkan.

4. Kala IV, dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama setelah persalinan.

2.3 Pertolongan Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atu tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2004). Pertolongan persalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care. Persalinan bersih dan aman dan meningkatan pelayanan obstetric esensial dan darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong Persalinan mempunyai ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009).

Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan pertolongan persalinan oleh ibu hamil, antara lain:


(33)

2.4 Tenaga Penolong Persalinan

Yang dimaksud dengan tenaga penolong persalinan adalah orang-orang yang biasamemeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan nifas. Tenagayang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitutenaga kesehatan (mereka yang mendapatkan pendidikan formal seperti dokter spesialis,dokter umum, bidan dan perawat bidan) dan bukan tenaga kesehatan, yaitu dukun bayi yangterlatih dan tidak terlatih (Prawirihardjo, 2009). 2.4.1 Tenaga Kesehatan

Komplikasi dan kematian ibu serta neonatal sering terjadi pada masa sekitar masa persalinan. Oleh sebab itu intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan persalinan yang aman yaitu oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2001). Persalinan oleh tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan sterilitas, selain itu bila mendadak terjadi resiko tinggi atau mengalami keadaan gawat darurat maka penanganan atau pertolongan pertama serta rujukan dapat segera dilakukan. Dalam menolong persalinan, teknik pertolongan persalinan dan prinsip sterilisasi alat kesehatan diterapkan oleh tenaga kesehatan sehingga diharapkan persalinan aman dapat diperoleh. Keterbatasan dari penolong persalinan ini adalah pelayanan hanya terbatas pada pelayanan medis, tanpa terjangkau oleh faktor budaya sehingga rasa aman secara psikologis kurang terpenuhi. Kadang-kadang pelayanan tidak terjangkau dari segi keberadaan dan jarak. Umumnya imbalan jasa berupa uang sehingga menyulitkan masyarakat miskin (Manuaba, 2006).


(34)

Menurut Supartini (2004) diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat dalam pertolongan persalinan. Dengan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan prinsip bebas kuman dan prosedur standar pelayanan. Jika ditemui adanya komplikasi dalam persalinan, ibu akan mendapatkan pertolongan yang tepat (Supartini, 2004).

2.5 Bukan Tenaga Kesehatan (Dukun Beranak)

Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin). Dalam lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya (Hemiati, 2007). Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang dapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan (Wikjhosastro, 2007). Anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun beranak berkaitan pula dengan sistim nilai budaya masyarakat sehingga dukun bayi pada umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakat potensi sumber daya manusia. Pengetahuan tentang fisiologi dan patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas sangat terbatas, sehingga bila timbul komplikasi ia tidak mampu mengatasinya, bahkan tidak mampu untuk menyadari arti dan akibatnya (Prawirohardjo,2009).


(35)

Hasil studi yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa kemampuantenaga non profesional atau dukun bayi masih kurang, khususnya yang berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, resiko kehamilan dan persalinan serta rujukannya. Menurut Suprapto, dkk (2003), kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam mengenal komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan komplikasi yang tidak tepat akan meningkatkan resiko kematian pada ibu bersalin. Sedangkan dari hasil penelitian Zalbawi (2006) dikatakan bahwa alasan ibu memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk barang (Zalbawi, 2006).

2.6 Pengertian Bidan

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir (Soepardan, 2008).


(36)

kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan (Soepardan, 2008).

Penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan WHO (Soepardan, 2008).

2.7 Dukun Bayi

Menurut Depkes RI (2005) jenis tenaga yang melakukan pertolongan persalinan pada masyarakat ada dua yaitu :

1. Tenaga professional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat.


(37)

2. Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu, anak sesuai kebutuhan masyarakat (Depkes RI, 2005). Dukun bayi terdiri dari :

(a). Dukun terlatih adalah dukun yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. (b). Dukun tidak terlatih adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum mencukupi. Dukun beranak masih dapat dimanfaatkan untuk ikut serta memberikan pertolongan persalinan (Manuaba, 2001).

Batas kewenangan dukun dalam melakukan pertolongan persalinan menurut Depkes RI (2005) adalah sebagai berikut : (1). Mempersiapkan pertolongan persalinan meliputi mempersiapkan tempat, kebutuhan ibu dan kebutuhan bayi, mempersiapkan alat-alat persalinan sederhana secara bersih, mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna (10 menit) (2). Memimpin persalinan normal dengan teknik-teknik sederhana yang meliputi membimbing ibu mengejan, menahan perineum, merawat tali pusat, memeriksa kelengkapan placenta. (1). Dukun tidak melakukan tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta mendorong rahim, menarik plasenta, memasukkan tangan ke dalam liang senggama. (2). Melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang meliputi perawatan mata, mulut dan hidung bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan memandikan bayi.


(38)

Peran dukun dalam pertolongan persalinan dalam Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun (2009) adalah sebagai berikut : (a) Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan (b) Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau memanggil bidan (c) Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti : (1). Air bersih (2). Kain bersih (d) Mendampingi ibu pada saat persalinan (e) Membantu Bidan pada saat proses persalinan (f) Melakukan ritual keagamaan atau tradisional yang sehat yang sesuai tradisi setempat (g) Membantu bidan dalam perawatan bayi baru lahir (h) Membantu ibu dalam inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam (i) Memotivasi rujukan jika diperlukan, Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan.

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan : secara turun temurun, belajar secara praktis, atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan (Depkes RI, 2005). Di Indonesia persalinan dukun sebesar 75% sampai 80% terutama di daerah pedesaan. Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal. Dapat dipahami bahwa dukun tidak dapat mengetahui tanda-tanda bahaya perjalanan persalinan (Manuaba,2001). Depkes RI memperkirakan bahwa pertolongan persalinan oleh dukun masih dominan di Indonesia sekitar 80%. Hasil penelitian Suprapto (1993) menyebutkan bahwa


(39)

dilakukan selama 40 hari, biaya rumah dan jasanya dapat dipakai untuk melakukan bantuan tugas – tugas rumah bila diperlukan.

Menurut Depkes RI (2005) ada beberapa hambatan dalam penempatan bidan di desa antara lain : 1). Usia bidan relatif muda dan berasal dari luar desa (2). Kesulitan penyesuain dengan faktor budaya masyarakat (3). Bidan bukan Pegawai Negeri, tidak mempunyai penghasilan tetap (4). Kemampuan desa untuk membangun polindes masih terbatas (5). Perkawinan bidan desa ke luar desa membuat bidan desa pindah dan meninggalkan desa asal. (6). Karena usia relatif muda bidan kurang mendapat kepercayaan untuk melakukan pertolongan persalinan. Keuntungan yang diperoleh oleh bidan desa yaitu :

(1). Adanya tenaga kesehatan dan diharapkan memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat (2). Adanya pengawas terhadap antenatal kehamilan berisiko sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian perinatal (3). Adanya pengawasan terhadap antenatal kehamilan berisiko sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian perinatal (4). Adanya sumber informasi kesehatan yang diperlukan masyarakat (5). Adanya pemataan kesehatan oleh bidan dalam memudahkan pemantauan kesehatan di desa (6) Merupakan mata rantai Sistem Kesehatan Nasional di pedesaan.


(40)

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Ibu Bersalin dalam Memilih Penolong Persalinan

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial (bertingkat) dengan tingkat kesehatan, semakin tinggi pendidikan maka individu lebih mudah menerima konsep tentang kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Permata (2002) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi yaitu SLTA ke atas cenderung mmamfaatkan tenaga profesional seperti bidan sebagai penolong persalinan. Karena dalam pengambilan keputusan faktor pendidikan dan pengetahuan sangat mempengaruhi ibu hamil terhadap peilihan penolong persalinan.

2. Status Ekonomi

Aspek sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kondisi sosial dan perekonomian keluarga. Beberapa indikator sosial ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan dalam keluarga, dukungan keluarga, dan masyarakat. Faktor sosial ekonomi cenderung berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini keputusan memilih pertolongan persalinan, faktor tersebut antara lain rendahnya pendapatan keluarga, di mana masyarakat yang tidak mempunyai uang yang cukup untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas.

Menurut Symonds A (2006) kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan menyebabkan perempuan tidak tahu hak-hak reproduksinya serta tidak mempunyai posisi tawar dalam pengambilan keputusan.


(41)

Meskipun hal itu menyangkut keselamatan dan kesejahteraan dirinya sendiri. 3. Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah merupakan segala upaya yang diketahui manusia tentang objek tertentu. Pengetahuan merupakan hasil belajar dan mengetahui sesuatu. Hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pengetahuan, penglihatan dan tindakan manusia yang didasari pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng diterima dari pada tanpa ilmu pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman orang lain atau melihat lansung melalui sarana komunikasi lain seperti televisi, radio, majalah dan surat kabar.

4. Sikap (Attitude)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Menurut Natoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Allport (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.


(42)

Hal yang sama Suryabrata (2005), mengatakan sikap (attitude) berhubungan dengan sesuatu objek. Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek yang dihadapi.

Sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap beberapa objek, pribadi dan peristiwa. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan (Gagne, 1974).

5. Aksesibilitas/ Keterjangkauan

Depkes RI dan UNFP (2002) menyatakan akses yang rendah ke fasilitas kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau, tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses budaya).

Angka kematian ibu dan juga bayi berkait dengan indikator, yaitu : terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, terutama bagi penduduk miskin di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK). Penyediaan fasilitas pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK), pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED), posyandu dan unit transfusi darah belum merata dan belum seluruhnya terjangkau oleh seluruh penduduk. Sistem rujukan dari rumah ke puskesmas dan ke rumah sakit juga belum berjalan dengan optimal. Ditambah lagi, dengan kendala geografis, hambatan transportasi, dan faktor budaya. Terbatasnya ketersediaan tenaga kesehatan


(43)

baik dari segi jumlah, kualitas dan persebarannya, terutama bida petugas kesehatan di DTPK sering kali tidak memperoleh pelatihan yang memadai.

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan AKI ini dengan memperkuat fungsi bidan desa, termasuk kemitraan dengan tenaga kesehatan swasta dan dukun bayi serta memperkuat layanan kesehatan berbasis masyarakat antara lain melalui posyandu dan poskesdes, memperkuat sistem rujukan, untuk mengatasi masalah tiga terlambat dan menyelamatkan nyawa ibu ketika terjadi komplikasi melalui perawatan yang memadai tepat pada waktunya. Meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan, baik jumlah, kualitas dan persebarannya (dokter umum, spesialis, bidan, tenaga paramedis) (Bappenas, 2010).

Ada tiga fase terlambat yang berkaitan erat dengan angka kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu: (1) terlambat untuk mengambil keputusan mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan terdekat atau merujuk dari pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan lainnya; (2) terlambat untuk sampai atau tiba di pelayanan kesehatan; (3) terlambat menerima asuhan atau sampai di pelayanan kesehatan.

Jarak dapat menjadi faktor yang mempengaruhi seorang perempuan dalam memilih penolong selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Perempuan yang memilih dukun beralasan pertama karena dukun tinggal dekat dengan rumah mereka. Jadi walaupun di kampung yang sama ada bidan, mereka tetap memilih dukun sebagai penolong. Sebaliknya, perempuan yang memilih bidan juga beralasan karena mereka sudah familiar dengan bidan tersebut karena sejak hamil mereka sudah


(44)

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan.

Menurut McKinley dalam Graeff (1996) individu sangat kuat dipengaruhi oleh reaksi-reaksi negatif dan positif dari orang-orang dalam kerangka kerja sosial, keluarga dekat, tetangga, dan tokoh masyarakat.

Menurut Friedman dan Sarwono dalam Purba (2008), ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan iterpersonal keduanya baik. Di dalam masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan, suamilah yang berperan sebagai penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, sedangkan istri hanya memberikan sumbang saran.

Dalam kondisi demikian besarnya peran orangtua mengikuti besarnya peran isteri/ibu bersalin. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi keluarga, di mana suami isteri di perdesaan umumnya tinggal bersama orangtua isteri sehingga pihak isteri lebih banyak yang mengambil keputusan, sebaliknya keluarga


(45)

suami isteri di perkotaan umumnya merupakan keluarga inti yang mandiri sehingga suami cukup menonjol dalam mengambil keputusan, termasuk dalam menentukan penolong persalinan (Musadad, dkk., 1999).

Suami dam keluarga memiliki peranan penting dalam memilih penolong selama kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang relatife muda usianya sehingga kemampuan mengambil keputusan secara mandiri masih rendah. Mereka berpendapat bahwa pilihan orang yang lebih tua adalah yang terbaik karena orang tua lebih berpengalaman daripada mereka. Selain itu, kalau mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya. Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya.

2.9 Landasan Teori

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan


(46)

Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu :

a. Faktor perilaku (behavioral causes)

b. Faktor diluar perilaku (non behavioral causes)

Selanjutnya faktor perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yaitu :

a. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, misalnya : pemeriksaan kesehatan pertumbuhan dan perkembangan bayi diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu.

Selain itu kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa pertumbuhan dan perkembangan bayi. Misalnya pada waktu imunisasi, tidak semua orang tua memperkenankan anaknya diimunisasi karena takut anaknya akan menjadi demam atau menjadi sakit. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.


(47)

b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan bahan pangan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil. Fasilitas ini biasanya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin. c. Faktor-faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga undang -undang, peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat biasanya bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan membutuhkan peranan perilaku.


(48)

Gambar 2.1 Landasan Teori Lawrence Green (1980) Faktor Predisposing :

- Pengetahuan - Sikap

- Nilai

- Kepercayaan V i b l D fi

Faktor Reinforcing : - Dukungan Keluarga - Dukungan Tenaga

Kesehatan - Dukungan Tokoh

Masyarakat

Perilaku Kesehatan Faktor Enabling :

- Sumber-sumber yang Tersedia


(49)

2.10 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep tersebut di atas, maka dapat diketahui variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan, status ekonomi, keterjangkauan, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan dukungan keluarga. Sedangkan variabel dependen yaitu pemilihan penolong persalinan.

Pemilihan Penolong Persalinan Faktor Predisposing :

- Pengetahuan - Sikap

- Pendidikan

S Ek i

Faktor Enabling : Keterjangkauan Faktor Reinforcing : - Dukungan Keluarga


(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan potong lintang (cross sectional), yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ibu bersalin dalam memilih penolong persalinan, dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Juli 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir tercatat pada laporan puskesmas dari bulan Oktober 2012 dan tercatat pada pada laporan bidan pada bulan Maret 2013 di wilayah kerja puskesmas XIII koto Kampar I sebanyak 71 ibu.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang sudah melahirkan bayi hidup atau mati dalam 6 bulan terakhir dari bulan Oktober 2012 sampai Maret 2013


(51)

di wilayah kerja puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar sebanyak 71 ibu. Seluruh populasi dijadikan sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada responden dengan berpedoman kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu, yaitu observasi untuk memperoleh data tentang kondisi obyektif dari subyek penelitian. Wawancara untuk mendapatkan data tentang profil dari ibu, diambil langsung dari responden melalui kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang tercatat di puskesmas XIII Koto kampar I Kabupaten Kampar.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah untuk data primer melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan. Kuesioner yang telah dibuat kemudian dilakukan pengujian terhadap 30 responden di wilayah kerja Puskesmas XIII Koto Kampar II untuk melihat reabilitas dan validitas alat ukur.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara


(52)

total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel (0,361) deangan alpha 5% dan df 28, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

Sedangkan reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dapat dipercaya dan tepat dengan menggunakan metode

Cronbach's Alpha, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > 0,60, maka dinyatakan relialibel (Hidayat, 2010).

Uji validitas dan realibilitas dilakukan pada 30 responden di wilayah kerja Puskesmas XIII Koto Kampar II. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel : Pengetahuan

Pertanyaan N Corrected item-Total correlation Hasil Uji

1 30 0,485 Valid

2 30 0,667 Valid

3 30 0,510 Valid

4 30 0,441 Valid

5 30 0,665 Valid

6 30 0,665 Valid

7 30 0,485 Valid

8 30 0,712 Valid

9 30 0,665 Valid

10 30 0,665 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,870

Tabel 3.1 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,870 dan lebih besar dari nilai 0,60. Hal ini


(53)

menunjukkan bahwa semua pertanyaan pengetahuan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel : Sikap

Pertanyaan N Corrected item-Total correlation

Hasil Uji

1 30 0,444 Valid

2 30 0,734 Valid

3 30 0,761 Valid

4 30 0,603 Valid

5 30 0,663 Valid

6 30 0,663 Valid

7 30 0,557 Valid

8 30 0,545 Valid

9 30 0,796 Valid

10 30 0,468 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,886

Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel sikap semuanya valid.. Memerhatikan nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,886 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan sikap ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel : Keterjangkauan

Pertanyaan n Corrected item-Total correlation

Hasil Uji

1 30 0,624 Valid

2 30 0,625 Valid

3 30 0,494 Valid


(54)

Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya tiga pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel keterjangkauan semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,750 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan keterjangkauan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel : Dukungan

Pertanyaan n Corrected item-Total correlation Hasil Uji

1 30 0,623 Valid

2 30 0,552 Valid

3 30 0,412 Valid

4 30 0,773 Valid

5 30 0,499 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,786

Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation

lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya lima pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan semuanya valid.. Memerhatikan nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,786 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan dukungan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen

Pemilihan penolong persalinan adalah suatu bentuk pilihan yang diputuskan oleh ibu bersalin dalam menentukan penolong persalinan.


(55)

3.5.2 Variabel Independen

1. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai berdasarkan ijazah.

2. Status ekonomi adalah besarnya pengeluaran biaya hidup keluarga dihitung per hari atau perbulan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan dan kelangsungan hidup keluarga. Hal ini tergantung dari jumlah pendapatan yang diterima keluarga yang yang diukur berdasarkan upah minimum perkapita.

3. Keterjangkauan adalah kemudahan pelayanan kesehatan yang dijangkau oleh responden.

4. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang penolong persalinan untuk pelayanan persalinan yang sehat.

5. Sikap ibu adalah pendapat atau pandangan ibu terhadap penolong persalinan yang sehat.

6. Dukungan keluarga adalah adanya dukungan dan anjuran kepada suami istri agar melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel pemilihan penolong persalinan menggunakan skala ukur ordinal dengan kategori:


(56)

b. Dukun bayi, jika responden memilih persalinannya dengan dukun bayi. 3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen

1. Pendidikan, berdasarkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

a. Tinggi, jika ijazah terakhir SMA, D3 dan S1/S2 b. Rendah, jika ijazah terakhir SD dan SMP Skala : Ordinal

2. Status ekonomi, pengukuran variabel pendapatan berdasarkan upah minimum Provinsi RIAU tahun 2012, ada 2 kategori yaitu:

a. Tinggi, jika responden mempunyai pendapatan ≥Rp. 1.400.000,- b. Rendah, jika responden mempunyai pendapatan <Rp. 1.400.000,- Skala : Ordinal

3. Keterjangkauan, Keterjangkauan pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan Terjangkau dan tidak Terjangkau dari 3 pertanyaan yang diajukan menggunakan skala Guttman dengan skor sebagai berikut:

Kategori : 0 = Terjangkau, jika responden memperoleh skor ≥ 50%

1 = Tidak Terjangkau , jika responden memperoleh skor < 50% Skala : Ordinal

4. Pengetahuan,

Variabel pengetahuan berdasarkan skala Guttman ada 10 item pernyataan yang diajukan. Pernyataan disusun oleh peneliti berupa pernyataan dengan alternatif


(57)

jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan total skor jawaban, pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :

a. Baik, jika total skor jawaban responden ≥50% (skor 5-10) b. Kurang, jika total skor jawaban responden <50% (skor 0-4) Skala : Ordinal

5. Sikap

Variabel sikap terdiri dari 10 pertanyaan, dengan pilihan jawaban Tidak Setuju (TS) di beri nilai 0, dan Setuju (S) di beri nilai 1, maka diperoleh skor terendah 0 dan skor tertinggi 10. Pengkategorian untuk pengukuran variabel sikap yaitu :

a. Baik, jika total skor jawaban responden ≥50% (skor 5-10) b. Kurang, jika total skor jawaban responden <50% (skor 0-4) Skala : Ordinal

6. Dukungan Keluarga, variabel dukungan keluarga berdasarkan skala Guttman ada 5 item pernyataan yang diajukan. Pernyataan disusun oleh peneliti berupa pernyataan dengan alternatif jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan total skor jawabandukungan keluarga dikategorikan sebagai berikut :

0= Mendukung : bila memperoleh skor jawaban ≥ 50% 1= Tidak Mendukung : bila memperoleh skor jawaban <50% Skala : Ordinal


(58)

Tabel 3.5 Aspek Pengukuran Variabel Bebas dan Terikat

No Variabel Kategori Skala

Ukur 1. Pemilihan Penolong

persalinan

0 = Tenaga kesehatan 1 = Dukun bayi

Ordinal 2. Pendidikan Ibu 0 = Tinggi (SMA, D3, S1/S2)

1 = Rendah (SD, SMP)

Ordinal 3. Status ekonomi 0 = Tinggi (≥Rp. 1.400.000)

1 = Rendah (<Rp. 1.400.000)

Ordinal 4. Keterjangkauan 0 = Terjangkau (skor ≥ 50%)

1 = Tidak Terjangkau (skor < 50%)

Ordinal 5. Pengetahuan ibu 0 = Baik (skor 5-10)

1 = Kurang (skor 0-4)

Ordinal 6. Sikap ibu 0 = Baik (skor 5-10)

1 = Kurang (skor 0-4)

Ordinal 7. Dukungan keluarga 0 = Mendukung (skor ≥ 50%)

1 = Tidak Mendukung (skor < 50%)

Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Data dikumpulkan melalui tahapan editing, coding dan tabulating, dan data dianalisis secara bertahap menggunakan :

1. Analisis univariat yaitu analisis untuk mendeskripsikan masing – masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat yaitu untuk melihat hubungan masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Statistik uji yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=5%). Kesimpulan bila hasil analisis bivariat mempunyai nilai signifikan p<0,05 maka variabel dikatakan ada hubungan dan sebaliknya.


(59)

3. Analisis multivariat yaitu untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pengetahuan dan sikap) terhadap variabel terikat (pemilihan penolong persalinsan). Statistik uji yang dipakai adalah regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95% dengan persamaan ;

Logit P(x) = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 Keterangan ;

P = Probabilitas

b1 = Koefisien regresi pendidikan ibu b2 = Koefisien regresi status ekonomi b3 = Koefisien regresi keterjangkauan b4 = Koefisien regresi pengetahuan b5 = Koefisien regresi sikap

b6 = Koefisien regresi Dukungan keluarga X1 = Variabel Pendidikan Ibu

X2 = Variabel Status Ekonomi X3 = Variabel Keterjangkauan X4 = Variabel Pengetahuan

X5 = Variabel Sikap


(60)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas XIII Koto Kampar I berada di Kecamatan XIII Koto Kampar dimana pada Kecamatan XIII Koto Kampar terdiri dari 3 Puskesmas induk Puskesmas XIII Koto Kampar I terletak di Kelurahan Batu Bersurat dan merupakan salah satu Puskesmas dengan kriteria terpencil yang ada di Kabupaten Kampar. Wilayah kerja Puskesmas terdiri dari 1 kelurahan dan 3 Desa diantaranya :

a. Kelurahan Batu Bersurat dengan luas wilayah 32.20 Km2 b. Desa Tanjung Alai dengan luas wilayah 12.48 Km2 c. Desa Balung dengan luas wilayah 60.0 Km2

d. Desa Binamang dengan luas wilayah 10.30 Km2

Desa Balung merupakan desa dengan kriteria sangat terpencil dan daerah perbatasan dengan Propinsi Sumatra Barat.

4.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas sebesar 6530 jiwa yang terdiri dari 1402 KK, 2965 laki-laki dan 3565 perempuan yang tersebar pada 4 desa yaitu Desa Batu Bersurat 1271 jiwa, Tanjung Alai 1788 jiwa, Balung 2477 jiwa, dan Binamang 977 jiwa.


(61)

4.1.3 Sarana Kesehatan

Sarana pelayanan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas :

a. Puskesmas Induk : Pelayanan rawat jalan dan Perkantoran Pelayanan rawat inap

b. Puskesmas Pembantu : 2 unit c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) : 3 unit d. Puskesmas Keliling : 1 unit

e. Ambulan : 0

f. Praktek dokter swasta : 0 g. Praktek bidan swasta : 3 4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi umur, jumlah anak, riwayat persalinan, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan berjumlah 71 ibu dalam dalam memilih penolong persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013. Berdasarkan umur ibu paling banyak pada umur ≥35 tahun sebanyak 48 orang (67,6%) dan yang paling sedikit umur <35 tahun sebanyak 23 orang (32,4%). Jumlah anak yang dimiliki ibu paling banyak >2 orang anak yaitu sebanyak 40 orang (56,3%) dan paling seidkit ≤2 orang anak sebanyak 31 orang (43,7%). Riwayat persalinan paling banyak ibu tidak mengalaminya sebanyak 57


(62)

ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 24 orang (33,8%) dan paling sedikit sebagai PNS yaitu 9 orang (12,7%). Tingkat pendidikan ibu paling banyak berpendidikan tinggi (SMA, DIII, S1) yaitu sebanyak 42 orang (59,2%) dan yang paling sedikit berpendidikan rendah (SD, SMP) yaitu sebanyak 29 orang (40,8%). Sedangkan ibu yang status ekonomi tinggi lebih banyak (54,9%) dari pada yang status ekonomi rendah (45,1%).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas XIII Kota Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013

No Variabel Individu n %

1 Umur

<35 tahun 23 32,4

≥35 tahun 48 67,6

2 Jumlah Anak

≤2 anak 31 43,7

>2 anak 40 56,3

3 Riwayat persalinan

Tidak ada 57 80,3

Ada 14 19,7

4 Pekerjaan

PNS 9 12,7

Wiraswasta/Pegawai swasta 22 31,0

Buruh/Petani 16 22,5

Ibu rumah tangga 24 33,8

5 Pendidikan

Tinggi (SMA, DIII, S1) 42 59,2

Rendah (SD, SMP) 29 40,8

6 Status ekonomi

Tinggi 39 54,9

Rendah 32 45,1

Jumlah 71 100,0


(63)

Berdasarkan 3 pernyataan yang dibuat untuk mengukur keterjangkauan ditemukan lebih dari separuh tidak baik. Secara lebih jelas keterjangkauan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keterjangkauan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013

No Keterjangkauan Ya Tidak

n % n %

1. Ada petugas kesehatan di lingkungan tempat tinggal ibu

33 46,5 38 53,5 2. Ibu memiliki transportasi sediri menuju

pelayanan kesehatan (Puskesmas)

38 53,5 33 46,5 3. Jarak tempat tinggal ibu jauh dari lokasi

pelayanan kesehatan (Puskesmas)

39 54,9 32 45,1

Keterjangkauan ibu dalam memilih penolong persalinan yang paling banyak menjawab ya adalah pernyataan nomor 3 yaitu tempat tinggal anda jauh dari lokasi pelayanan kesehatan sebanyak 39 orang (54,9%). Dan yang paling banyak menjawab tidak adalah pernyataan nomor 1 yaitu terdapat petugas kesehatan disekitar anda sebanyak 38 orang (53,5%).

Distribusi responden berdasarkan keterjangkauan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau sebahagian besar (52,1%) tidak baik dan sebesar (47,9%) baik seperti terlihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Kategori Keterjangkauan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar


(64)

No Keterjangkauan Jumlah

n %

1 Terjangkau 34 47,9

2 Tidak terjangkau 37 52,1

Jumlah 71 100,0

4.2.3 Pengetahuan Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan

Pengetahuan ibu dalam memilih penolong persalinan terdapat 10 pernyataan. Dari seluruh pernyataan yang berisi pengetahuan tentang penolong persalinan separuh ibu tahu mengenai persalinan, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Koto Kampar I Kecamatan Kampar Riau Tahun 2013

No Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1. Persalinan adalah dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu

47 66,2 24 33,8 2. Pemeriksaan kehamilan 4 kali selama

masa kehamilan

41 57,7 30 42,3 3. Persalinan yang sehat dan normal

adalah persalinan yang tidak terjadi komplikasi saat dan sesudah melahirkan

40 56,3 31 43,7 4. Persalinan yang dilakukan oleh ibu di

tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit

41 57,7 30 42,3 5. Persalinan aman adalah persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan yang trampil seperti bidan dan dokter

42 59,2 29 40,8

Tabel 4.4 (Lanjutan)


(1)

mereka mengikuti saran orang tua, jika terjadi sesuatu yang buruk, maka seluruh keluarga dan terutama orang tua akan ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu ketika orang tua menyarankan memilih dukun, mereka akan memilih dukun ataupun sebaliknya. Hal ini agak berbeda dengan perempuan yang lebih dewasa usianya.

5.5 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya satu kali secara bersamaan. Oleh sebab itu penelitian ini tidak bermaksud melihat hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen hanya memberikan informasi tentang pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen tanpa melakukan perlakuan.

2. Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat pada variabel dependen yaitu pemilihan penolong persalinan seharusnya digunakan dengan wawancara dan observasi. Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data pada variabel independen dan dependen dengan menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden.

3. Kuesioner yang digunakan untuk mengungkapkan variabel bebas dibuat oleh peneliti sendiri dengan berdasarkan literatur yang ada karena belum ada kuesioner yang baku atau standar untuk penelitian tersebut, sehingga kemungkinan belum dapat mengungkapkan data tentang variabel yang diteliti secara lengkap. Upaya


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Ada pengaruh sikap dalam pemilihan penolong persalinan di Puskesmas kampar XIII Koto Kampar I. Jika ibu yang mempunyai sikap kurang baik yaitu masih kurang pentingnya mempersiapkan proses persalinan sejak dini, maka semakin besar ibu untuk memilih dukun bayi.

2. Ada pengaruh keterjangkauan dalam pemilihan penolong persalinan di Puskesmas kampar XIII Koto Kampar I. Jika pelayanan kesehatan tidak terjangkau yaitu jarak tempat tinggal jauh dari lokasi puskesmas, maka semakin besar keputusan ibu memilih dukun bayi.

3. Ada pengaruh dukungan keluarga dalam pemilihan penolong persalinan di Puskesmas kampar XIII Koto Kampar I. Jika ibu yang tidak mendapat dukungan yaitu keluarga yang tidak mau menyediakan waktu untuk mendampingi ibu dalam persalinan, maka semakin besar keputusan ibu memilih dukun bayi.

4. Variabel yang paling dominan memengaruhi pemilihan penolong persalinan adalah keterjangkauan pelayanan kesehatan artinya jika keterjangkauan ibu tidak baik maka peluang untuk memilih penolong persalinan dukun bayi lebih besar 15 kali dibanding dengan ibu yang memiliki keterjangkauan baik.


(3)

6.2Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan Kampar melalui Puskesmas XIII Koto Kampar I agar memberikan pembinaan dan pelatihan kepada seluruh dukun bayi yang ada di wilayah kerjanya tentang pertolongan persalinan yang sehat dan dibekali dengan peralatan medis yang steril.

2. Kepada petugas kesehatan Puskesmas XIII Koto Kampar agar mengintensifkan pelaksanaan penyuluhan-penyuluhan kesehatan khususnya penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan dan pertolongan persalinan oleh tenaga medis seperti bidan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amilda, NL, 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang

Bappenas. 2008. Infrastruktur Indonesia: Sebelum, Selama dan Pasca Krisis. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencana Pembangunan Nasional. Jakarta

________, 2010 Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010, Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional , Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2008 (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Indikator Ekonomi, Berbagai Tahun Penerbitan.

Bangsu, T. 2001. Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong Persalinan. Jurnal Penelitian UNIB Volume VII No.2

Depkes RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2000, Jakarta.

______, RI. 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005‐2009. Jakarta.

______, RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2006, Jakarta.

______, 2009, Pedoman Orientasi Buku KIA pada Kader & Pemerhati KIA, Depkes. RI, Jakarta

Elvistron Juliwanto, 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong Persalinan Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara . Tahun 2008, 2009. FKM Universitas Sumatra Utara.

Gagne, 1974. Sikap. Penerbit Bumi Aksara.

Girma F, Jira C, dan Girma B. 2011. Health Services Utilization and Associated Factors in Jimma Zone, South West Ethiopia. (Online), http://www.ajol.info/index.php/ejhs/article/viewFile/74273/64920, diakses pada tanggal 29 Mei 2013


(5)

Green, Lawrence. 1980. Health Education Planning, A Diagnostic Approuch. TheJohn Hopkins University:

Hunt S dan Symonds A, 2006. Konsep Sosial Ekonomi, EGC. Jakarta

Hidayat, A, 2009, Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta

Juariah. 2009. Antara Bidan dan Dukun. Majalah Bidan Volume XIII. Jakarta.

Juliwanto, E. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong Persalinan Pada Ibu Hamil di Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Kementerian Kesehatan, RI., 2010. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta

Kristiani, M. 2006. Hubungan Pemanfaatan Bidan dengan Cakupan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas di Kabupaten Lombok Barat, Lombok tengah, dan Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Working Paper Mahasiswa UGM Gadjah Mada. Yogyakarta

Manuaba I.B. G. 2001, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Musadad, A; Trihono; Gotama, IBG; Rahajeng, E ; Anwar, E dan Kasnodihardjo, 1999, Peningkatan Peran Suami dan Orangtua dalam Upaya Kesehatan Ibu di Propinsi Nusa Tenggara Timur', Laporan Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan bekerjasama dengan Direktorat Peranserta Masyarakat Ditjen Binkesmas. Jakarta

Notoatmodjo Soekijo, 2003, Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineke Cipta, Jakarta

Notoatmodjo Soekijo, 2005, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


(6)

Meningkatkan Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan. Jurnal Penelitian UNIB Volume VIII No. 2.

Profil Puskesmas, 2012, Profil Puskesmas XIII Koto Kampar I Tahun 2010, Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar.

Poppy, Kumala, dkk. 1998.Kamus Kedokteran Dorland, Copy Editor Edisi Bahasa : Dyah Nuswantari, (edisi 25), Jakarta : EGC.

Prawirohardjo,S. 2007, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

___________, 2009, Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Bina Pustaka, Jakarta

Rustam, Mochtar, 2007, Sinopsis Obstetri, USU, Medan

Rohani dkk, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan, Salemba Medika, Jakarta

Suhari, 2003, Antenatal Care di Desa Sikapat Kecamatan Banyumas Jawa Tengah, Tesis UI,Jakarta

Saifudin, Abdul. 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka- Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan. Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soepardan Suryani, 2008, Konsep Kebidanan, Edisi I, EGC, Jakarta

Suprapto A, dkk, 1993. Pola Pertolongan Persalinan dan Kaitannya dengan Karakteristik Ibu, Domisili dan Keadaan Ekonomi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta

Supartini, 2004, Pelayanan Kesehatan Bagi Ibu hamil, EGC, Jakarta

Suryabrata, 2005. Psikologi Kepribadian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suyanto, dkk 2008, Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi, Mitra cendikia offset, Jakarta

Wikjhosastro, 2007, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka, Jakarta

Yunarti, 2003, Program Pondok Bersalin Desa, Tesis UGM, Yokyakarta

Zalbawi, 2006, Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan, diakses dari http:/www.google.co.id tanggal 4 April 2013


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Anemia dalam Memilih Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2013

1 56 149

Faktor yang Memengaruhi Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 17

Faktor yang Memengaruhi Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 2

Faktor yang Memengaruhi Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 9

Faktor yang Memengaruhi Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 22

Faktor yang Memengaruhi Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 2 5

Faktor yang Memengaruhi Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas XIII Koto Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2014

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persalinan (Partus) - Analisis Faktor Determinan yang Memengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Kota Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013

0 0 20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor Determinan yang Memengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Kota Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013

0 0 10

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI IBU DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS XIII KOTO KAMPAR I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2

0 0 17