Ketahanan Pangan Rumah Tangga

ditingkatkan dan diberagamkan, sehingga tingkat konsumsi dapat mencukupi AKE dan AKP yang dianjurkan.

5.3 Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Ketahanan pangan merupakan salah satu indikator untuk melihat apakah suatu rumah tangga dapat dikatakan sejahtera atau tidak. Semakin tinggi kesejahteraan rumah tangga, maka konsumsi pangannya akan semakin terpenuhi. Dalam hal ini, rumah tangga penerima raskin merupakan rumah tangga dengan golongan hampir miskin sampai miskin. Untuk itu dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraannya masih rendah, sehingga dalam pemilihan pangan masih sebatas yang mampu dijangkau sesuai dengan penghasilan rumah tangga tersebut. Ketahanan pangan berhubungan dengan 4 aspek, yaitu ketersediaan pangan yang cukup, konsumsi pangan yang mampu memenuhi kecukupan gizi yang seimbang, ketersediaan makanan dalam jangka waktu yang panjang dan distribusi pangan yang lancar dan merata. Dalam penelitian ini, ketahanan pangan dilihat dari konsumsinya, terutama konsumsi energi dan protein. Konsumsi pangan merupakan gambaran dari ketersediaan pangan suatu rumah tangga dan kemampuan rumah tangga untuk membeli dan memperoleh pangan tersebut, sehingga konsumsi merupakan variabel yang mudah digunakan sebagai indikator ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan energi dan protein dapat dilihat dari TKE dan TKP-nya. TKE dan TKP dibandingkan dengan angka kecukupan gizi masing-masing dan kemudian akan didapatkan tiga tingkatan ketahanan pangan, yaitu sangat tahan pangan apabila konsumsi energi 100 kecukupan energi, Universitas Sumatera Utara tahan pangan apabila konsumsi energi 75-100 kecukupan energi, dan tidak tahan pangan apabila konsumsi energi 75. Sebaran tingkat ketahanan pangan energi rumah tangga miskin di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 18. Sebaran Tingkat Ketahanan Pangan Energi Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Terjun No Indikator Jumlah Kategori 1 100 AKE 12 12,8 Sangat Tahan Pangan 2 75-100 AKE 20 21,3 Tahan Pangan 3 75 AKE 62 65,9 Tidak Tahan Pangan Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer diolah, 2016 Tingkat konsumsi gizi, baik tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan energi dan protein suatu rumah tangga. Dari Tabel 18 dapat dilihat tingkat ketahanan pangan energi rumah tangga miskin di Kelurahan Terjun. Sebanyak 62 rumah tangga atau sekitar 65,9 dari keseluruhan sampel merupakan rumah tangga yang tidak tahan pangan. Hal ini berkaitan dengan TKE rumah tangga yang berstatus defisit yaitu sebanyak 55 rumah tangga atau sekitar 57,6 dari keseluruhan sampel. Sebaran tingkat ketahanan pangan protein rumah tangga miskin di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19. Sebaran Tingkat Ketahanan Pangan Protein Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Terjun No Indikator Jumlah Kategori 1 100 AKP 11 11,7 Sangat Tahan Pangan 2 75-100 AKP 19 20,2 Tahan Pangan 3 75 AKP 64 68,1 Tidak Tahan Pangan Jumlah 94 100 Sumber: Data Primer diolah, 2016 Universitas Sumatera Utara Pada Tabel 19 di atas dapat dilihat tingkat ketahanan pangan protein pada rumah tangga miskin di Kelurahan Terjun. Sebanyak 64 rumah tangga atau 68,1 dari seluruh sampel merupakan rumah tangga tidak tahan pangan protein. Hal ini berkaitan juga dengan banyaknya proporsi rumah tangga dengan kategori TKP defisit, yaitu sebanyak 58 rumah tangga atau 61,7 dari seluruh sampel. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa baik tingkat ketahanan pangan energi maupun protein pada rumah tangga miskin di Kelurahan Terjun masih tidak tahan pangan. Untuk itu tingkat konsumsi energi dan protein perlu ditingkatkan, baik dari segi keberagaman dan kuantitas pangan itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan