Tabel 4. Penduduk Kelurahan Terjun Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur Tahun
Jumlah Jiwa Persentase
0-9 4.248
15,58 10-16
3.468 12,72
17-30 6.498
23,83 31-45
8.339 30,59
46 4.705
17,26
Total 27.258
100
Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Terjun Tahun 2014 Tabel 4 di atas menunjukkan penduduk Kelurahan Terjun dengan usia 31-45
tahun merupakan yang paling banyak, yaitu sebanyak 8.339 jiwa atau sekitar 30,59 dari seluruh penduduk dan penduduk dengan usia 10-16 tahun merupakan
yang paling sedikit yaitu sebesar 3.468 jiwa atau sekitar 12,72 dari seluruh penduduk.
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk Kelurahan Terjun memiliki mata pencaharian yang beragam. Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kelurahan Terjun dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5. Penduduk Kelurahan Terjun Menurut Mata Pencaharian No
Mata Pencaharian Jumlah
Jiwa Persentase
1 PNS
462 2,95
2 TNI, AD, AU, AL
88 0,56
3
Tenaga Medis 62
0,39
4 Polri
47 0,30
5 Guru
262 1,67
6 Tani
748 4,78
7 Nelayan
606 3,87
8
Pegawai BUMN 75
0,48
9 Wiraswasta
3.278 20,95
10 Pedagang
8.307 53,11
11 Dan lain-lain
1.705 10,90
Total 15.640
100
Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Terjun Tahun 2014
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Terjun memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, yaitu sebanyak 8.307 jiwa
atau sekitar 53,11 dari seluruh penduduk dan yang paling sedikit adalah penduduk yang bekerja sebagai polri yaitu sebanyak 47 jiwa atau sekitar 0,30
dari seluruh penduduk.
c. Penduduk Menurut Kelompok Agama
Berdasarkan kelompok agamanya, penduduk di Kelurahan terjun dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Penduduk Kelurahan Terjun Menurut Kelompok Agama No
Agama Jumlah
Jiwa Persentase
1
Islam 21.306
85,20
2 Katholik
933 3,73
3 Protestan
2.326 9,30
4 Hindu
55 0,21
5 Budha
387 1,54
6 Konghuchu
- -
Total 25.007
100
Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Terjun Tahun 2014 Tabel 6 di atas menunjukkan penduduk Kelurahan Terjun menurut kelompok
agamanya. Penduduk Kelurahan Terjun mayoritas beragama Islam, yaitu sebanyak 21.306 jiwa atau sekitar 85,20 dari seluruh penduduk Kelurahan
Terjun dan penduduk yang menganut agama Hindu merupakan yang paling sedikit yaitu sebanyak 55 jiwa atau sekitar 0,21 dari seluruh penduduk
Kelurahan Terjun.
Universitas Sumatera Utara
d. Penduduk Menurut Etnis
Berdasarkan etnisnya, penduduk di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Penduduk di Kelurahan Terjun Menurut Etnis No
Etnis Jumlah
Jiwa Persentase
1
Melayu 4.599
22,17
2 Jawa
11.219 54,09
3
Tapanuli Utara 1.705
8,22
4 Karo
778 3,75
5 Tapanuli Selatan
1.087 5,24
6 Sunda
225 1,08
7 Aceh
373 1,80
8
Kalimantan 96
0,46
9 Ambon
71 0,34
10 Madura
60 0,29
11 CinaKeturunan
410 1,98
12 Dll
117 5,64
Total 20.740
100
Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Terjun Tahun 2014 Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa etnis paling banyak di daerah penelitian ialah
etnis Jawa sebanyak 11.219 jiwa, lebih dari setengah penduduk kelurahan Terjun. Etnis yang paling sedikit ialah Madura, hanya 60 jiwa atau sekitar 0,29 dari
keseluruhan penduduk.
4.1.2 Sarana dan Prasarana
Pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan pada suatu daerah, dibutuhkan adanya fasilitas pendukung atau sarana dan prasarana yang dapat memudahkan
aktifitas warga dalam melakukan kegiatan ekonomi maupun sosial. Adapun sarana dan prasarana di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Sarana dan Prasarana Kelurahan Terjun No
Sarana dan Prasarana Jumlah unit
1 Sarana Pendidikan
45
2 Sarana Kesehatan
66
3 Sarana Ibadah
50
4 Sarana Perekonomian
350 Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Terjun Tahun 2014
Tabel 8 di atas menunjukkan banyaknya sarana dan prasarana di Kelurahan Terjun. Kelurahan Terjun memiliki sarana pendidikan sebanyak 45 unit,
diantaranya ialah 17 unit SD, 5 unit SMP, 2 unit SLTA dan 21 unit PAUD. Sarana Kesehatan yang dimiliki oleh Kelurahan Terjun sebanyak 66 unit, diantaranya
ialah 1 puskesmas, 1 BPS, 13 klinik, 5 dokter, 33 bidanperawat dan 13 BKIAposyandu. Sarana ibadah di Kelurahan Terjun sebanyak 50 unit,
diantaranya ialah 14 mesjid, 27 musholla, 7 gereja, 1 klenteng dan 1 wihara. Sementara sarana perekonomian yang dimiliki Kelurahan Terjun sebanyak 350
unit, diantaranya ialah 96 pertokoan, 183 kedai sampah, 37 doorsmeer, dan 34 unit sarana perekonomian lainnya.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Kelurahan Terjun cukup memadai. Hal ini terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana sebagai
pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, informasi, dan sebagainya.
4.2 Karakteristik Sampel Penelitian
Sampelresponden dalam penelitian ini merupakan ibu rumah tangga penerima raskin di Kelurahan Terjun. Karakteristik sampel penelitian yang dimaksud
meliputi umur responden, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan rumah tangga, dan tingkat pendidikan ibu rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1 Umur
Umur merupakan salah satu faktor penentu dalam mengkonsumsi pangan, dikarenakan perbedaan umur mengakibatkan terdapatnya perbedaan selera dan
kesukaan terhadap jenis pangan yang akan dibeli dan dikonsumsi. Sebaran umur ibu rumah tangga di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Sebaran Umur Ibu Rumah Tangga No
Umur Jumlah
Jiwa Persentase
1
21-35 46
48,93
2
36-50 38
40,42
3 50
10 10,63
Total 94
100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur ibu rumah tangga Kelurahan
Terjun yang paling banyak yaitu berumur 21-35 tahun atau sekitar 48,93 dari keseluruhan sampel dan yang paling sedikit yaitu berumur 50 tahun atau sekitar
10,63 dari keseluruhan sampel.
4.2.2 Jumlah Anggota Rumah Tangga
Jumlah anggota dalam suatu rumah tangga akan sangat mempengaruhi dalam pembelian dan mengkonsumsi pangan suatu rumah tangga tersebut. Adapun
sebaran jumlah anggota rumah tangga di Kelurahan Terjun dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Sebaran Jumlah Anggota Rumah Tangga No
Jumlah Anggota Rumah Tangga
Jumlah Jiwa
Persentase 1
1-3 24
25,53
2
4-6 65
69,14
3 6
5 5,31
Total 94
100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat sebaran jumlah anggota rumah tangga di
Kelurahan Terjun. Jumlah anggota rumah tangga paling banyak yaitu antara 4-6 orang atau sekitar 69,14 dari keseluruhan sampel dan yang paling sedikit yaitu
lebih dari 6 orang atau sekitar 5,31 dari keseluruhan sampel.
4.2.3 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga akan sangat mempengaruhi suatu rumah tangga dalam pembelian dan konsumsi pangan sehari-hari. Semakin rendah pendapatan suatu
rumah tangga maka rumah tangga tersebut akan lebih memperhatikan kuantitas dibandingkan kualitasnya.
Pendapatan rumah tangga miskin tidak terlalu bervariasi. Sebaran pendapatan rumah tangga di Kelurahan Terjun dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 11. Sebaran Pendapatan Rumah Tangga No
Pendapatan Rumah Tangga Rpbln
Jumlah Rumah Tangga
Persentase 1
1.000.000 23
24,46
2
1.000.000-2.000.000 70
74,46
3 2.000.000
1 1,06
Total 94
100 Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa sebaran pendapatan rumah tangga
terbanyak di Kelurahan Terjun yaitu antara Rp 1.000.000bln sampai
Universitas Sumatera Utara
Rp 2.000.0000bln atau sekitar 74,46 dari keseluruhan sampel dan hanya 1 rumah tangga yang memiliki pendapatan di atas Rp 2.000.000bln.
4.2.4 Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Dalam membeli dan mengkonsumsi pangan suatu rumah tangga, pendidikan ibu rumah tangga seharusnya mempengaruhi. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu
diharapkan dapat memilih dan membeli pangan rumah tangga yang lebih berkualitas. Sebaran tingkat pendidikan ibu rumah tangga di Kelurahan Terjun
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12. Sebaran Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga No
Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Jumlah Jiwa
Persentase 1
SDsederajat 29
30,85
2
SMPsederajat 30
31,91
3 SMAsederajat
32 34,04
4 D1D2D3D4S1
3 3,20
Total 94
100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016 Tabel 11 diatas menunjukkan sebaran tingkat pendidikan ibu rumah tangga di
Kelurahan Terjun. Tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA, yaitu 32 orang atau sekitar 34,04 dari keseluruhan sampel. Tidak jauh berbeda dari ibu rumah
tangga dengan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 30 orang atau sekitar 31,91 dari sampel dan SD sebanyak 29 orang atau sekitar 30,85 dari sampel.
Hanya 3 orang dengan tingkat pendidikan D1D2D3D4S1.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsidimakan
penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pola konsumsi pangan setiap rumah tangga berbeda-beda, terlebih lagi rumah tangga miskin. Konsumsi pangan
menjadi gambaran dari kemampuan suatu rumah tangga untuk membeli dan memperoleh pangan. Berikut akan dijelaskan pola konsumsi pangan atau susunan
pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian berdasarkan kelompok pangannya.
Dari hasil penelitian diperoleh pola konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian sebagai berikut:
Tabel 13. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin di Kelurahan Terjun
No Kelompok Pangan
Konsumsi Aktual
grkaphr Berat Ideal
grkaphr
Selisih 1
Padi-padian 188,52
275 -86,48
2 Umbi-umbian
15,24 90
-74,76
3 Pangan Hewani
107,12 140
-32,88
4 Minyak dan Lemak
49,22 25
24,22
5
BuahBiji Berminyak 8,61
10 -1,39
6 Kacang-kacangan
57,87 35
22,87
7 Gula
34,24 30
4.24
8 Sayur dan Buah
112,44 230
-117,56
9 Lain-lain
1,72 15
-13,28
Total 574,98
850
Sumber: Data primer diolah dan Badan Ketahanan Pangan Dari tabel di atas dapat dilihat konsumsi pangan aktual rumah tangga miskin di
Kelurahan Terjun. Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pangan
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga miskin di Kelurahan Terjun sebesar 574,98 grkaphr. Hal ini berarti berat konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian masih berada
jauh di bawah berat ideal yang dianjurkan yakni sebesar 850 grkaphr. Tabel selisih menunjukkan besar perbedaan berat konsumsi aktual dan berat ideal antar
kelompok pangan. Tanda minus - menunjukkan kelompok pangan di bawah berat ideal dan tanda positif + menunjukkan kelompok pangan di atas berat
ideal. Dari Tabel 13 dapat dilihat bagaimana susunan pangan rumah tangga miskin di
daerah penelitian. Terdapat kelompok pangan yang berat konsumsi aktualnya di atas dan berada di bawah berat ideal. Konsumsi aktual yang berada di atas berat
ideal adalah kacang-kacangan, minyak dan lemak serta gula. Konsumsi aktual yang berada di bawah berat ideal adalah padi-padian, umbi-umbian, pangan
hewani, sayur dan buah serta pangan lain-lain. Berat konsumsi minyak dan lemak serta gula berada di atas berat ideal. Hal ini
disebabkan karena masyarakat cenderung membeli minyak goreng dan gula dalam jumlah yang banyak atau berlebih. Minyak goreng dibeli dengan jumlah yang
banyak yang kemudian digunakan untuk menggoreng pangan lain seperti ikan, tahu, tempe sebagai lauk sampingan nasi. Sama halnya dengan gula. Masyarakat
cenderung membeli gula dalam jumlah yang banyak dikarenakan hampir seluruh rumah tangga sampel mengkonsumsi teh manis setiap harinya. Dan teh manis
dikonsumsi 1-3 kali dalam sehari. Hal ini memicu tingginya konsumsi pangan minyak dan lemak serta gula.
Universitas Sumatera Utara
Dapat kita lihat bahwa pangan kacang-kacangan juga berada di atas berat ideal. Kacang-kacangan merupakan pangan sumber protein nabati, baik dari kacang
hijau, kacang tanah, kacang kedelai dan olahannya. Dari lampiran 1 dapat dilihat bahwa rumah tangga miskin di daerah penelitian banyak mengkonsumsi olahan
kacang kedelai yakni tahu dan tempe. Hal ini memicu tingginya berat konsumsi aktual kacang-kacangan. Tingginya konsumsi kacang-kacangan dibandingkan
pangan hewani merupakan pengaruh perekonomian rumah tangga itu sendiri. Harga tahu dan tempe yang lebih murah dibandingkan dengan daging dan ikan
yang merupakan pangan sumber protein hewani membuat ibu rumah tangga memilih untuk menghidangkan tahu dan tempe sebagai lauk pendamping nasi.
Kelompok pangan hewani masih dibawah berat ideal walaupun sudah hampir mendekati. Pangan hewani yang dikonsumsi rumah tangga di daerah penelitian
cukup beragam namun tidak sesuai untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota rumah tangga, mengingat rata-rata jumlah anggota rumah tangga antara 4
sampai 6 orang per rumah tangga. Kelompok pangan sayur dan buah berada di bawah berat pangan ideal
menandakan bahwa masyarakat khususnya masyarakat miskin masih enggan untuk membeli buah-buahan untuk dikonsumsi sehari-hari karena masyarakat
belum merasa ‘cukup’ untuk rutin membeli buah dengan jenis yang berbeda-beda. Buah yang paling banyak dikonsumsi adalah pisang dan jeruk. Hal ini didorong
karena harga pisang dan jeruk tidak terlalu mahal dan terjangkau. Sayur yang paling banyak dikonsumsi adalah bayam dan kangkung. Hal ini juga didorong
harga yang relatif murah. Beberapa rumah tangga mengkonsumsi beragam jenis
Universitas Sumatera Utara
sayur, namun tidak membantu menaikkan berat konsumsi aktual pangan sayur dan buah. Hal ini dikarenakan sayur yang dikonsumsi tidak cukup banyak sehingga
berat konsumsi masih dibawah berat ideal. Kelompok pangan biji berminyak memiliki berat dibawah berat ideal, namun
sudah hampir mendekati. Hal ini dikarenakan kebanyakan rumah tangga membeli kelapa secara rutin setiap minggunya untuk dikonsumsi dan diperas menjadi
santan. Namun konsumsi kelapa yang rutin tidak membuat berat konsumsi menjadi tinggi.
Hal menarik yang dapat dilihat dari Tabel 13 adalah rendahnya berat konsumsi padi-padian. Berat kelompok pangan padi-padian yang rendah tidak sejalan
dengan program raskin yang diterima responden, dimana responden merupakan ibu rumah tangga penerima raskin. Seperti yang telah diketahui bahwa program
raskin itu sendiri merupakan program bantuan pemerintah bagi rumah tangga miskin dan rentan miskin untuk mendapat cukup pangan dan memenuhi nutrisi
karbohidrat. Penerima raskin seharusnya mendapat cukup karbohidrat, namun pada kenyataannya konsumsi padi-padian khususnya beras masih di bawah berat
ideal. Namun meskipun pangan padi-padian masih dibawah berat ideal, masih dapat
disimpulkan bahwa pangan pokok masyarakat terpaku hanya pada beras. Hal ini dapat dilihat dari sangat rendahnya berat pangan umbi-umbian. Pangan umbi-
umbian yang sangat jauh di bawah berat ideal ini menunjukkan sudah mulai ditinggalkannya konsumsi pangan lokal seperti singkong dan ubi.
Universitas Sumatera Utara
Lebih jelas lagi bagaimana konsumsi beras dan non beras sumber karbohidrat rumah tangga miskin di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14. Konsumsi Pangan Beras dan Non Beras di Kelurahan Terjun
No. KELOMPOK PANGAN
Konsumsi Pangan TOTAL PANGAN
Konsumsi Aktual GrKapHr
Berat Ideal GrKapHr
A. Beras
Padi-padian Beras Total Beras
183,37 183,37
239 239
B. Non Beras
Padi-padian Non Beras Umbi-umbian
Total Non Beras
5,15 15,24
20,39 36
90
126 Total Beras dan Non Beras
203,76 365
Sumber: Data primer diolah dan Badan Ketahanan Pangan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi rumah tangga miskin di daerah
penelitian untuk beras adalah sebanyak 183,37 grkaphr. Angka ini masih dibawah berat ideal beras yakni 239 grkaphr. Untuk pangan non beras dari
kelompok padi-padian seperti tepung terigu dan tepung beras sebanyak 5,15 grkaphr dan sangat jauh dibawah berat ideal. Untuk kelompok pangan umbi-
umbian seperti singkong hanya 15,24 grkaphr dan juga masih sangat jauh di bawah berat ideal.
Dari segi potensi ketersediaan, seharusnya Indonesia patut berbangga karena negara ini memiliki banyak sumber daya pangan. Namun sayangnya, saat ini, dari
begitu banyaknya sumber daya pangan yang dimiliki oleh Indonesia, masyarakat masih sangat tergantung pada beras sebagai pangan utama. Tabel diatas
menunjukkan akan semakin sulit mengurangi ketergantungan masyarakat akan beras, melihat sangat rendahnya konsumsi masyarakat terhadap pangan umbi-
umbian.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Kuantitas Pangan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pola konsumsi pangan merupakan