sebagai tujuan transaksi, berjaga-jaga, namun juga untuk tujuan spekulatif. Ketiga motif permintaan uang ini disebut juga liquidity preference yang
mengandung makna bahwa adanya keinginan seseorang untuk tetap berada pada kondisi yang liquid, merupakan faktor seseorang bersedia untuk
membayar harga tertentu atas penggunaan uang. Ketika masyarakat cenderung memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan obligasi,
dimaksudkan untuk memperoleh laba dari kondisi di mana terjadi peningkatan suku bunga yang berakibat turunnya harga obligasi. Dengan
demikian, permintaan dan penawaran uang maupun obligasi berkaitan dengan ekspetasi tingkat suku bunga di masa depan.
2.1.3.2 Penentuan Tingkat Suku Bunga Non Moneter
Penentuan tingkat suku bunga non moneter ditandai oleh kenyataan bahwa masyarakat mengelola pendapatannya baik yang sekarang maupun yang akan
datang dengan memberi pinjaman atau meminjam serta menginvestasikannnya dalam bentuk barang modal maupun tabungan. Teori ini terutama dikemukakan
oleh kaum klasik yakni F.H Knight, Irving Fisher, dan Boehm Bowerk. Oleh karena itu, keseimbangan akan dicapai ketika suku bunga menyamakan jumlah
pinjaman yang diberikan desired lending dengan jumlah pinjaman yang diinginkan atau diterima desired borrowing. Artinya, tabungan yang
direncanakan akan sama dengan investasinya. Kaum klasik menekankan bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan tabungan dan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah tabungan dan tingkat suku bunga memiliki hubungan positif, berarti peningkatan return melalui tingkat suku bunga akan mendorong masyarakat untuk
menabung. Namun sebaliknya, tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif dengan investasi. Artinya ketika biaya pinjaman meningkat sebagai akibat
peningkatan suku bunga maka tingkat pengembalian dana yang diinvestasikan menurun. Akibatnya permintaan sumber dana untuk diinvestasikan pun
mengalami penurunan. Bank konvensional mendapatkan keuntungan profit-nya melalui tingkat
suku bunga yang dikenakan pada nasabah. Hal ini bertentangan dengan prinsip yang dipakai oleh perbankan syariah. Penetapan bunga dianggap sebagai riba oleh
perbankan syariah. Dalam hal ini, pengertian riba adalah setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan
oleh syariah sesuai prinsip muamalah. Menurut Wirdyaningsih 2005: 44, riba adalah tambahan ziyadah tanpa imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam
pembayaran yang diperjanjikan sebelumnya, yang juga disebut riba nasi’ah.
Transaksi pengganti yang dimaksudkan adalah transaksi bisnis yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil, seperti: tranksaksi jual beli, gadai, sewa,
ataupun bagi hasil profit sharing.
2.1.4 Bagi Hasil Profit Sharing