Jenis Data Metode Pengumpulan Data Gambaran Umum Perbankan Syariah

Tabel 3.3 Data Sampel Penelitian No Nama Bank Syariah Periode laporan keuangan yang digunakan Jumlah Tahun 1 Bank Muamalat Indonesia Tahun 2000-2011 12 tahun 2 Bank Syariah Mandiri Tahun 2000-2011 12 tahun 3 Bank Mega Indonesia Syariah Tahun 2005-2011 7 tahun 4 Bank Syariah Bukopin Tahun 2009-2011 3 tahun 5 Bank Rakyat Indonesia Syariah Tahun 2009-2011 3 tahun 6 Bank Panin Syariah Tahun 2010-2011 2 tahun 7 Bank Victoria Syariah Tahun 2010-2011 2 tahun 8 Bank Negara Indonesia Syariah Tahun 2010 1 tahun Total Data Sampel 42 Sumber: www.bi.go.id 23 Maret 2012, diolah www.muamalatbank.com 23 Maret 2012, diolah www.syariahmandiri.co.id 23 Maret 2012, diolah www.bsmi.co.id 23 Maret 2012, diolah www.syariahbukopin.co.id 23 Maret 2012, diolah www.paninbanksyariah.co.id 23 Maret 2012, diolah www.brisyariah.co.id 23 Maret 2012, diolah www.bnisyariah.co.id 23 Maret 2012, diolah www.bankvictoriasyariah.co.id 23 Maret 2012, diolah

3.6 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu time series yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen Sugiyono, 2006. Data yang digunakan merupakan data dengan runtun waktu tahunan, yang diambil melalui laporan tahunan dari setiap bank syariah, statistik ekonomi keuangan Indonesia, www.bi.go.id, dan sumber-sumber pendukung lainnya.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui jurnal, buku, dan dokumen mengenai perusahaan Universitas Sumatera Utara atau instansi yang dijadikan sampel, seperti laporan keuangan. Selain itu, data juga diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh keterangan dan data dengan membaca dan mempelajari bahan-bahan teoritis dari buku-buku literatur, catatan kuliah, dan sumber lainnya agar diperoleh suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses pembahasan mengenai masalah yang diidentifikasi. Pada penelitian ini, data diambil melalui situs www.bi.go.id, www.idx.co.id, dan situs terkait lainnya. 3.8 Teknik Analisis 3.8.1 Analisis Deskriptif Statisitik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data dengan mengelompokkan atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga menjadi salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola Kuncoro, 2009: 192. Semua bentuk analisis tersebut mencoba menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara singkat dan penuh makna.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui dengan sebenarnya mengenai ada atau tidaknya hubungan yang signifikan pada model regresi. Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji Universitas Sumatera Utara multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Keempat asumsi klasik yang dianalisis dengan menggunakan program SPSS17.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi. Dalam pandangan statisitik, sifat dan karakterisitik populasi adalah terdistribusi secara normal Situmorang, 2010: 91. Alat analisis lain yang digunakan adalah dengan alat uji Kolmogrov Smornov. Alat uji ini digunakan untuk memastikan bahwa data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas adalah: a. Jika hasil One Sample Kolmogorov Smornov di atas nilai signifikan 0,05 menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika hasil One Sample Kolmogorov Smornov di bawah nilai signifikan 0,05 tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolineraritas bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Multikolinearitas sebagai fenomena sampel terutama muncul karena data yang dikumpulkan bukan percobaan, khususnya pada ilmu ekonomi. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value dan nilai Variance Inflation Factor VIF, yaitu dengan rumus: Keterangan: R 2 k = Koefisien determinasi R 2 berganda ketika X k diregresikan dengan variabel-variabel X lainnya. Dimana: Tolerance value 0,1 atau VIF 5 = terjadi multikolinearitas Tolerance value 0,1 atau VIF 5 = tidak terjadi multikolinieritas Situmorang, et.al., 2010: 136.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji ada atau tidaknya varians yang sama diantara anggota grup pada sebuah grup. Jika varians sama, dan ini seharusnya yang terjadi maka dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas Ghozali, 2005: 105. Uji statisitik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode grafik Scatterplot untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas. Dari grafik Scatterplot Universitas Sumatera Utara yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan berdasarkan masukan variabel independennya Situmorang, 2010: 98-100. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dapat diketahui dengan melakukan uji Glesjer. Jika variabel bebas signifikan secara statistik α 0.005 mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas Ghozali, 2005: 69.

4. Uji Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefenisiskan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data deret waktu atau ruang seperti dalam data cross-section. Uji autokorelasi bertujuan menguji ada atau tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya dalam model regresi linier yang digunakan Ghozali, 2005: 95. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin –Watson untuk menguji ada tidaknya problem autokorelasi. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut Situmorang, 2010: 118: Universitas Sumatera Utara Tabel 3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada korelasi negative No decision 4- du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negative Tidak ditolak du d 4 – du Sumber: Situmorang 2010: 120

3.8.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan dari pengaruh antara satu variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas serta mengetahui arah dari hubungan tersebut. Model regresi digunakan jika ingin mengetahui bagaimana variabel dependenkriteria dapat diprediksikan melalui variabel independenprediktor, secara individual Situmorang, 2010: 141. Dalam hal ini analisis regresi berganda dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh antara variabel bebas X yang terdiri dari tingkat suku bunga konvensional X 1 dan bagi hasil X 2 dengan variabel terikat Y yaitu jumlah tabungan mudharabah bank syariah serta mengetahui arah dari hubungan tersebut. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Keterangan: Y : Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Universitas Sumatera Utara X 1 : Tingkat Suku Bunga Konvensional X 2 : Tingkat Bagi Hasil a : Konstanta b 1 ,b 2 : Koefisien dari regresi e : error item variabel lain tidak dijelaskan Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya goodness of fit dapat diukur dari nilai determinasi R 2 , nilai statistik F dan nilai uji statistic t. Rasio yang semakin tinggi maka akan semakin baik model regresi karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar. Tabel 3.5 Hubungan antar Variabel Nilai Interpretasi 0,0 - 0,19 Sangat tidak erat 0,2 - 0,39 Tidak Erat 0,4 - 0,59 Cukup Erat 0,6 - 0,79 Erat 0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber: Situmorang 2010: 145

3.8.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan. Ada dua jenis koefisien regresi yang dapat dilakukan yaitu uji F dan uji t. a. Uji F Uji F digunakan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan. Jika F hitung F tabel , maka H diterima atau H a ditolak, sedangkan jika Universitas Sumatera Utara F hitung F tabel, H ditolak atau H a diterima. Jika tingkat signifikansi di bawah 0,05 maka H ditolak dan H a diterima Situmorang, 2010: 146.  H :  1 =  2 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan nyata dari tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil X 1 dan X 2 terhadap jumlah tabungan mudharabah Y.  H a :  1 ≠  2 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan nyata dari tingkat suku bunga konvensional dan bagi hasil X 1 dan X 2 terhadap jumlah tabungan mudharabah Y. b. Uji t Uji t dilakukan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan. Jika t hitung t tabel , maka H diterima atau H a ditolak, sedangkan jika t hitung t tabel , maka H ditolak atau H a diterima. Dan jika tingkat signifikansi di bawah 0.05 maka H ditolak atau H a diterima Situmorang, 2010: 147. H =  1 , artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel tingkat suku bunga konvensional terhadap variabel jumlah tabungan mudharabah. H a ≠  1 , artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel tingkat suku bunga konvensional terhadap variabel jumlah tabungan mudharabah. H =  2 , artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel bagi hasil terhadap variabel jumlah tabungan mudharabah. H a ≠  2 , artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel bagi hasil terhadap variabel jumlah tabungan mudharabah. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perbankan Syariah

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya bank syariah yang pertama yaitu Bank Muamalat pada tanggal 1 Nopember 1991, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan Pemerintah Indonesia. Kegiatan operasional mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 1992, yang dilandasi oleh peraturan perbankan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu UU No. 7 Tahun 1992. Melalui peraturan tersebut, pemerintah memperbolehkan perbankan melaksanakan operasionalnya dengan sistem bagi hasil Anifah, 2009. Setelah terbukti mampu bertahan pada krisis yang terjadi di tahun 1998, pemerintah akhirnya mengeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 yang mengatur tentang dual banking-system yakni Bank Indonesia mengakui keberadaan bank syariah dan bank konvensional serta bank konvensional diperkenankan untuk membuka kantor cabang syariah serta mengizinkan konversi bank konvensional menjadi bank syariah. Sejak saat itulah bank-bank syariah banyak bermunculan di Indonesia. Selain undang-undang tersebut, ketentuan pelaksanaan bank berdasarkan prinsip syariah juga ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1999. Oleh karena itu, terlihat jelas perbedaan antara banklembaga keuangan syariah dengan bank konvensional, baik dari segi operasional, pendanaan, penyaluran maupun jasa keuangan yang diberikan. Pertumbuhan perbankan mengalami kenaikan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 terdapat 3 Bank Umum Syariah BUS, 19 Unit Usaha Universitas Sumatera Utara Syariah UUS, dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS. Pada akhir tahun 2009, terjadi peningkatan pada jumlah BUS yakni 10 dan 23 UUS Statistik Perbankan Syariah, Oktober 2011. Sedangkan hingga September 2011 sudah terdapat 11 BUS, 23 UUS, dan 154 BPRS. Penambahan ini berasal dari spin-off bank syariah yang berbentuk Unit Usaha Syariah UUS atau pendirian bank baru dari para investor yang masuk ke Industri perbankan syariah nasional. Daya tarik industri yang menjadi faktor penentu dari kecenderungan positif ini adalah kebijakan dalam UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 yang mendorong perbankan syariah beroperasi dalam bentuk BUS, khususnya mulai tahun 2023 atau 15 tahun setelah UU Perbankan Syariah dikeluarkan. Faktor lain yang menyebabkan industri perbankan syariah nasional terakselerasi pertumbuhannya sepanjang tahun 2010 diantaranya adalah pengaturan perpajakan yang lebih kondusif UU No. 42 Tahun 2009 tentang PPN, peningkatan credit rating Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi di tingkat global, pendirian bank-bank syariah baru, serta semakin gencarnya program edukasi dan diseminasi perbankan syariah oleh Bank Indonesia, perbankan syariah, maupun pihak-pihak terkait lainnya. Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu: 1 produk penyaluran dana financing atau pembiayaan, terdiri dari: murabahah, bai’ as salam,bai’ as istishna, ijarah, musyarakah, dan mudharabah; 2 produk penghimpunan dana funding, terdiri dari: giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah; 3 produk Universitas Sumatera Utara jasa, terdiri dari: sharf jual beli valuta asing dan ijarah sewa, Karim, 2006: 97-112. Penelitian ini hanya menggunakan Bank Umum Syariah BUS sebagai sampel penelitiannya. Pada tahun 2011 sudah terdapat 11 BUS. Dikarenakan bank-bank syariah tidak seluruhnya mempublikasikan laporan keuangan tahunannya, maka peneliti hanya menggunakan sampel penelitian sebanyak 8 BUS, antara lain: Tabel 4.1 Profil Perusahaan 8 Bank Umum Syariah BUS Bank Umum Syariah Profil Perusahaan Bank Muamalat Indonesia Berdiri pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Bank Muamalat menyandang predikat sebagai Bank Devisa pada tanggal 27 Oktober 1994. Dalam upaya memperkuat permodalannya, BanK muamalat mencari pemodal yang potensial. Akhirnya, pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 Islamic Development Bank IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia, lebih dari 4000 Kantor Pos OnlineSOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang di luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur dan Malaysia. Bank Syariah Mandiri Bank Syariah Mandiri BSM merupakan hasil konversi PT Bank Susila Bakti BSB dari bank konvensional menjadi bank syariah. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 124 KEP.BI1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 11KEP.DGS 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. Universitas Sumatera Utara Bank Umum Syariah Profil Perusahaan Bank Mega Indonesia Syariah Bank Mega Syariah merupakan hasil konversi PT Bank Umum Tugu dari bank konvensional menjadi bank syariah. Pada tanggal 25 Agustus 2004, PT Bank Syariah Mega Indonesia resmi beroperasi. Pada tanggal 23 September 2010 nama badan hukum bank ini secara resmi telah berubah menjadi PT. Bank Mega Syariah. Bank Mega Indonesia Syariah menyandang predikat sebagai Bank Devisa pada tanggal 16 Oktober 2008. Saat ini, Bank Mega Indonesia Syariah memiliki 394 jaringan kerja dengan komposisi: 8 kantor cabang, 13 kantor cabang pembantu, 49 Gallery Mega Syariah, dan 324 kantor Mega Mitra Syariah M2S yang tersebar di Jabotabek, Pulau Jawa, Bali, Sumatera Kalimantan, dan Sulawesi. Bank Syariah Bukopin PT Bank Syariah Bukopin Tbk., merupakan hasil akuisisi dari PT Bank Persyarikatan Indonesia untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Usaha Syariah-nya ke dalam PT Bank Syariah Bukopin. Bank Rakyat Indonesia Syariah Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.1067KEP.GBIDpG2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah pun melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah Islam. Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada tanggal 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah proses spin off- yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah. Bank Panin Syariah PT. Bank Panin Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.1152KEP.GBIDpG2009 tanggal 6 Oktober 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada tanggal 2 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara Bank Umum Syariah Profil Perusahaan Bank Victoria Syariah PT. Bank Victoria Syariah telah mendapatkan Izin Operasional sebagai Bank Syariah berdasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No. 128KEP.GBIDpG2010 tanggal 10 Februari 2010. Pada tanggal 1 April 2010, PT. Bank Victoria Syariah remi beroperasi secara penuh dengan sistem syariah. pada tanggal 2 April 2012 terdapat pembukaan 3 Kantor Cabang Pembantu baru, yaitu: Capem Pasar Induk Kramat Jati, Capem Depok, dan Capem Tangerang. Saat ini bank memiliki satu 1 Kantor Pusat, lima 5 kantor cabang, lima 5 kantor cabang Pembantu. Bank Negara Indonesia Syariah Pada tanggal 29 April 2000 terbentuklah Unit Usaha Syariah UUS BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Selain itu, nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI syariah channelling outlet-SCO dengan lebih kurang 750 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam Corporate Plan UUS BNI Tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off Tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah BUS. Realisasi ini tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Hingga Maret 2012, BNI Syariah telah memiliki 38 Kantor Cabang, 55 Kantor Cabang Pembantu, 5 Kantor Kas, dan 5 Kantor Mikro. BNI Syariah senantiasa mendapatkan dukungan teknologi informasi dan penggunaan jaringan saluran distribusi yang meliputi Kantor Cabang BNI, 6.331 jaringan ATM BNI, 21.143 ATM LINK dan 30.794 ATM Bersama, serta fasilitas phonebanking 24 jam BNI Call di 021-500046 atau 68888 via ponsel, serta SMS Banking dan BNI Internet Banking untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan berbagai fitur. Sumber: www.muamalatbank.com 4 Juni 2012, diolah www.syariahmandiri.co.id 4 Juni 2012, diolah www.bsmi.co.id 4 Juni 2012, diolah www.syariahbukopin.co.id 4 Juni 2012, diolah www.paninbanksyariah.co.id 4 Juni 2012, diolah www.brisyariah.co.id 4 Juni 2012, diolah www.bnisyariah.co.id 4 Juni 2012, diolah www.bankvictoriasyariah.co.id 4 Juni 2012, diolah Universitas Sumatera Utara 4.2. Analisis Deskriptif 4.2.1. Suku Bunga Tabungan Bank Konvensional

Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Pengaruhnya Terhadap Tingkat Bagi Hasil Dan Implikasinya Pada Penghimpunan Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri

1 63 162

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP TABUNGAN MUDHARABAH

0 4 89

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM TERHADAP JUMLAH Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syar

0 1 13

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 2 16

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL TINGKAT BAGI HASIL DAN UKURAN BANK SYARIAH TERHADAP PERTUMBUHAN DANA BANK SYARIAH DI INDONESIA.

0 0 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Suku Bunga (Interest Rate) - Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia

0 0 10

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KONVENSIONAL DAN BAGI HASIL TERHADAP JUMLAH TABUNGAN

0 0 10

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA (BI RATE), TINGKAT BAGI HASIL, BOPO TERHADAP JUMLAH SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH NISBAH BAGI HASIL DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP JUMLAH TABUNGAN MUDHARABAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI) - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9