Implementasi variasi metode pembelajaran IPS di SMP Darul Ma'rif Jakarta

(1)

ABSTRAK

Lutfi Riezqi Prasetyo. 107015000873. Pendidikan IPS. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Implementasi Variasi Metode Pembelajaran Di SMP

Darul Ma’arif Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan

variasi metode pembelajaran dalam proses pembelajaran IPS di SMP Darul Ma’arif

Jakarta. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai instrumennya. Penelitian ini dimulai pada bulan juni-agustus 2011. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS yang berjumlah tiga orang guru. Adapun teknik pengolahan dan analisis data yang penulis gunakan adalah reduksi data, display data, serta penyimpulan atau pembuktian.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa implementasi variasi metode pembelajaran di SMP darul Ma’arif


(2)

Lutfi Riezqi Prasetyo. 107015000873. Education Of Social Studies. Faculty Of Tarbiyah and Teaching Science. Variation Learning Methods In The Process

Of Learning Social Studies In Junior High School Darul Ma’arif Jakarta. This study aims to determine the use of a variation learning methods in the process of

learning social studies in Junior High School Darul Ma’arif Jakarta. Qualitative

approach by using observation, interviews and documentations as his instruments. This study, starting in june-august 2011. That be sampled in this study were all social studies teachers, amounting to three teachers. The processing techniques and data analisis that the autors use is data reduction, data display, and the inference or evidentiary.

Based on the results research by the author, so that we can conclude the implementation of the variation in school learning methods has been progressing well


(3)

IMPLEMENTASI VARIASI METODE PEMBELAJARAN IPS DI

SMP DARUL MA’ARIF JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Lutfi Riezqi Prasetyo

NIM :107015000873

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan variasi metode

pembelajaran dalam proses pembelajaran IPS di SMP Darul Ma’arif Jakarta.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai instrumennya. Penelitian ini dimulai pada bulan juni-agustus 2011. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru IPS yang berjumlah tiga orang guru. Adapun teknik pengolahan dan analisis data yang penulis gunakan adalah reduksi data, display data, serta penyimpulan atau pembuktian.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa implementasi variasi metode pembelajaran di SMP darul Ma’arif


(8)

This study aims to determine the use of a variation learning methods in the process of learning social studies in Junior High School Darul Ma’arif Jakarta. Qualitative approach by using observation, interviews and documentations as his instruments. This study, starting in june-august 2011. That be sampled in this study were all social studies teachers, amounting to three teachers. The processing techniques and data analisis that the autors use is data reduction, data display, and the inference or evidentiary.

Based on the results research by the author, so that we can conclude the implementation of the variation in school learning methods has been progressing well


(9)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Implementasi Variasi Metode Pembelajaran Di SMP Darul Ma’arif Jakarta”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, Rasululloh dan junjungan Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak menerima saran, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar serta tepat pada waktu dan prosedurnya.

2. Orang tua penulis yang telah memberikan segalanya bagi peneliti hingga peneliti dapat diselesaikan dengan baik. Semua pengorbanannya tidak akan dapat penulis dibalas oleh apapun.

3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bpk. Nurochim selaku ketua jurusan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA sebagai pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi, bapak telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi penulis. Semoga Allah senantiasa memberi perlindungan dan keberhasilan bagi bapak.

6. Ibu Dra. Ulfah Fajarini, M.Si sebagai dosen penasehat akademik yang begitu baik dan selalu mengerti kesulitan mahasiswa.

7. Seluruh dosen yang telah mengajarkan berbagai ilmu kepada penulis. Semoga Allah membalas dengan karunianya.


(10)

ii

9. Teman-teman satu perjuangan dan satu almamater PIPS angkatan 2007, sahabat-sahabat penulis dikampus irfan dan syukur yang memperindah masa-masa kuliah penulis selama ini, terimakasih untuk raga, uci dan shindy yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, teristimewa untuk Siti Sugesti Pramitha yang selalu memberikan bantuan dalam bentuk apapun dan memberikan motivasi bagi peneliti sehingga sekripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, khususnya kepada penulis sebagai calon guru.

Jakarta, 10 Agustus 2011


(11)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Implementasi Variasi Metode Pembelajaran Di SMP Darul Ma’arif Jakarta”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, Rasululloh dan junjungan Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak menerima saran, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar serta tepat pada waktu dan prosedurnya.

2. Orang tua penulis yang telah memberikan segalanya bagi peneliti hingga peneliti dapat diselesaikan dengan baik. Semua pengorbanannya tidak akan dapat penulis dibalas oleh apapun.

3. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bpk. Nurochim selaku ketua jurusan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA sebagai pembimbing yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi, bapak telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi penulis. Semoga Allah senantiasa memberi perlindungan dan keberhasilan bagi bapak.

6. Ibu Dra. Ulfah Fajarini, M.Si sebagai dosen penasehat akademik yang begitu baik dan selalu mengerti kesulitan mahasiswa.

7. Seluruh dosen yang telah mengajarkan berbagai ilmu kepada penulis. Semoga Allah membalas dengan karunianya.


(12)

ii

9. Teman-teman satu perjuangan dan satu almamater PIPS angkatan 2007, sahabat-sahabat penulis dikampus irfan dan syukur yang memperindah masa-masa kuliah penulis selama ini, terimakasih untuk raga, uci dan shindy yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, teristimewa untuk Siti Sugesti Pramitha yang selalu memberikan bantuan dalam bentuk apapun dan memberikan motivasi bagi peneliti sehingga sekripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, khususnya kepada penulis sebagai calon guru.

Jakarta, 10 Agustus 2011


(13)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

HALAMAN DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Signifikansi ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KONSEP TENTANG IMPLEMENTASI VARIASI METODE PEMBELAJARAN IPS ... 8

A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Konsep Tentang Metode Pembelajaran ... 8

a. Pengertian Metode ... 8


(14)

iv

e. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 16

f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran ... 21

g. Hakikat Variasi Metode Pembelajaran ... 22

2. Konsep Tentang IPS ... 24

a. Pengertian IPS ... 24

b. Tujuan Pembelajaran IPS ... 26

B. Kerangka Konseptual ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel... 31

D. Instrumen Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Pengolahan Analisis Data ... 33

G. Pendekatan Data dan Keilmuan... 35


(15)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A. Gambaran Umum Sekolah ... 35

B. Deskripsi Data ... 47

C. Implementasi Variasi Metode Pembelajaran Di SMP Darul Ma’arif ... 48

D. Perspektif Peneliti Mengenai Implementasi Variasi Metode Pembelajaran Di SMP Darul Ma’arif ... 60

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Rekomendasi ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(16)

vi

Tabel 1 : Analisis Data

Tabel 2 : Tingkat Pendidikan Guru Tabel 3 : Distribusi Tugas Mengajar Tabel 4 : Keadaan Siswa-siswi


(17)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Gedung SMP Darul Ma’arif Jakarta Gambar 2 : Siswa siswi SMP Darul Ma’arif Jakarta Gambar 3 : Perpustakaan SMP Darul Ma’arif Jakarta


(18)

viii

Bagan 1 : Kerangka Konseptual


(19)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Peliputan Data

Lampiran 2 : Pedoman Pengumpulan Data Dokumen/Arsip Lampiran 3 : Pedoman Observasi

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Dengan Kepala Sekolah Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Dengan Guru

Lampiran 6 : Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah Lampiran 7 : Hasil Wawancara Dengan Guru

Lampiran 8 : Hasil Observasi

Lampiran 9 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Guru IPS Lampiran 10 : Surat Keterangan Izin Penilitian

Lampiran 11 : Surat Keterngan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 12 : Surat Keterangan Telah Melakukan Wawancara Lampiran 13 : Lembar Uji Referensi


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu komponen yang menjadi sasaran peningkatan kualitas pendidikan adalah sistem pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran ini merupakan tanggungjawab guru dalam mengembangkan segala potensi yang ada pada siswa.

Pembelajaran merupakan kombinasi aktifitas yang dilakukan peserta didik dan guru. Dalam pembelajaran diperlukan adanya rencana pembelajaran yang matang dan terperinci, sehingga dapat memberi peluang tercapainya keberhasilan guru yang diketahui dari hasil belajar peserta didik yang semakin baik dan meningkat.

Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem

Pendidikan Nasional diterangkan bahwa “pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar”.1

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang layak adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat

1

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan.2006,h.7


(21)

2

komunikasi dan hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Maka dalam mewujudkan suasana belajar mengajar yang membawa keaktifan siswa dan membimbingnya kearah kedewasaan, seorang guru harus memilih metode mengajar yang digunakan. Karena penggunaan metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan pengajaran.

Menurut Wina Sanjaya metode adalah “cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.”2

Seorang guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Agar dapat mengajar dengan efekif, seorang guru harus meningkatkan mutu mengajarnya. Sedangan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran serta mampu menerapkannya dalam bentuk interaksi belajar-mengajar. Metode yang dipergunakan oleh guru harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam melaksanakan tugas, guru sangat jarang menggunakan satu metode, tapi selalu memakai lebih dari satu metode, karena karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi.

“Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.”3 Banyak terdapat berbagai macam metode yang didalam penggunaannya perlu disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan di mana proses pembelajaran berlangsung, sarana dan prasarana yang digunakan, kemampuan guru sendiri sebagai pelaksana metode serta tingkat kemampuan murid yang kesemuanya itu disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus menguasai metode dan teknik

2

Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.(Jakarta : Kencana Prenada Media Group), Ed.1, Cet.5, h. 147

3


(22)

pembelajaran,memahami materi atau bahan ajar yang cocok dengan kebutuhan belajar dan berprilaku membelajarkan peserta didik.guru berperan untuk memotivasi mengarahkan, memfasilitasi dan membimbing peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan peserta didik berperan untuk mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan berfikir dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mendidik disamping sebagai ilmu juga sebagai seni, seni mendidik disini di maksud adalah kehlian di dalam menyampaikan pendidikan (metode pembelajaran). Tujuan pokok proses pembelajaran adalah untuk mengubah tingkah laku siswa berdasarkan tujuan yang telah direncanakan dan disusun oleh guru sebelum proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru pada umumnya menggunakan metode belajar yang monoton, sehingga menyulitkan siswa dalam menerima pelajaran. Faktor itulah yang menyebabkan ketidak berhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Komunikasi guru-siswa di kelas selama ini kebanyakan hanya satu arah, dari guru ke siswa, guru dominan dan siswa resisten, guru pemain dan siswa penonton, guru mengajar dan bukan membelajarkan siswa, bukan pembelajaran melainkan pengajaran (instruksional). Dalam pelaksanaan pembelajaran sekarang ini guru masih mendominsai kelas, siswa pasif (datang, duduk, dengar, lihat, berlatih, dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian pula dalam progam latihan, dari waktu ke waktu soal yang diberikan adalah soal yang itu-itu juga tidak bervariasi. Soal hanya berkisar pada aspek mengingat dan memahami konsep yang sudah jadi dengan pertanyaan apa, berapa, tentukan, selesaikan, atau jawablah. Jarang sekali bertanya yang sifatnya pengembangan kreativitas, soal jarang sekali menggunakan kata mengapa, bagaimana, darimana, selidiki, temukan, atau generalisasikan. Jadi sekolah tak ubahnya seperti tempat pelatihan. Di samping itu, untuk mengikuti pelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan siap.


(23)

4

Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Namun, seringkali guru kurang memperhatikan kondisi dan situasi peserta didik, juga pemilihan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi peajaran sehingga hasil belajar tidak efektif, siswa merasa jenuh, bosan, dan tidak berkembang. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa guru yang siap mengajar dianggap sanggup dan mampu memilih pelajaran yang digunakan pada waktu mengajar. Sebaliknya guru yang belum siap dan tidak mampu memilih suatu metode pembelajarn yang tepat guna berarti belum sanggup melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukannya.

Metode pembelajaran yang tidak efektif akan menjadi penghambat kelancaran proses pembelajaran sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru akan berdaya guna dan berhasil jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam proses pembelajaran dikelas tidak terkecuali pembelajaran IPS harus terus diupayakan peningkatan-peningkatan kearah berkembangnya kemampuan siswa baik yang berupa kemampuan kognitif atau kemampuan afektif. Pembelajaran tradisional yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif segera ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan-pendekatan atau metode-metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk menjawab tantangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat.

Peran strategi pendidikan IPS adalah memperkuat kemampuan intelektual SDM yang berkualitas. Persoalannya bagaimana mengembangkan pendidikan IPS untuk mnjadi pendidikan intelektual yang handal dan


(24)

dirasakan manfaatnya oleh peserta didik dan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan peningkatan produktiitas guru, siswa, dan kurikulum. Karena ketiga komponen ini merupakan komponen utama untuk berlangsungnya pendidikan disekolah.

Metode pembelajaran dapat dipergunakan secara variatif, yaitu dengan menggabungkan beberapa metode pembelajaran dalam suatu bahan pelajaran. Dengan hanya menggunakan satu metode saja, akibatnnya materi pelajaran yang terus-menerus diajarkan menjadi suatu proses yang membosankan bagi siswa, ini membuat siswa menjadi pasif. Penggunaan metode tanpa memvariasikannya membuat proses pembelajran menjadi kurang baik. Apabila dalam mengajar guru hanya berprinsip yang penting materi telah selesai disampaikan, akibatnya siswa menjadi tidak peduli sehingga tidak dapat tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai detrminasi kualitas pendidikan. Sehingga metode pembelajaran yang dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan. Secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan variasi metode sebagai konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kejenuhan yang mengakibatkan kebosanan pada diri siswa, sehingga dalam suatu kegiaan belajar-mengajar siswa mempunyai ketekunan, keantusiasan, serta berperan aktif. Sehingga dapat dipahami bahwa dalam proses belajar-mengajar diperlukan adanya suatu perubahan-perubahan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat belajar siswa dan mengefektifkan proses pemebelajaran itu sendiri.

Berdasarkan hal diatas, maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih jauh mengenai masalah ini, dengan judul “IMPLEMENTASI VARIASI METODE PEMBELAJARAN IPS DI SMP DARUL MA’ARIF JAKARTA”.


(25)

6

B. Identifikasi Masalah

1. Guru mata pelajaran IPS masih menggunakan metode pembelajaran yang monoton sehingga peserta didik tidak dapat menerima pelajaran dengan baik.

2. Masih terbatasnya penguasaan guru terhadap metode pembelajaran.

3. Sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga menghambat keberhasilan guru dalam menerapkan berbagai macam metode pembelajaran.

4. Minimnya dukungan dari pihak-pihak yang berada disekolah sekolah sehingga guru kurang maksimal dalam menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.

5. Adanya keterbatasan jam pelajaran sehingga guru kurang optimal dalam melaksanakan proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mencegah agar permasalahan yang diteliti tidak meluas, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu implementasi variasi

metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru IPS SMP Darul Ma’arif

Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana implementasi variasi metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru IPS di SMP Darul Ma’arif Jakarta?

E. Tujuan dan Signifikansi 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Untuk mendeskripsikan fakta, data, teori dan filosofi tentang implementasi variasi metode pembelajaran di SMP Darul Ma’arif.


(26)

b. Untuk memberikan rekomendasi tentang penggunaan variasi metode

pembelajaran di SMP Darul Ma’arif.

c. Untuk menyumbangkan kajian ilmu pendidikan tentang pelaksanaan pembelajaran IPS. Dengan demikian dapat memperkaya khazanah kepustakaan dalam menyelenggarakan pendidikan IPS disekolah.

2. Signifikansi

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, referensi, dan bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam penulisan karya ilmiah yang terkait.

b. Menjadi dasar bagi guru dan sekolah melalui pembuatan regulasi dan program perbaikan yang terkait dengan variasi metode pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS.


(27)

8

BAB II

Deskripsi Teoritis dan Konsep Tentang Implementasi Variasi Metode Pembelajaran IPS

A. Deskripsi Teoritis

1. Konsep Tentang Variasi Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode

Secara harfiah, kata “metode berasal dari bahas Greek (Yunani) yang terdiri dari kata “Metha” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan, cara atau gaya.”1 Jadi methodos berarti mengikuti, menuruti jalan yang telah lalu, dan method berarti jalan yang telah lalu. Sedangkan, secara terminologi atau secara istilah menurut mulyono sumardi, metode adalah “rencana yang menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian mata pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas suatu approach.”2

Dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas guru akan menyampaikan pesan-pesan yang terkait dengan materi pembelajaran,

1

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi aksara, 2001),Cet.V, h. 89 2

Muljanto sumardi, Pengajaran bahasa asing, (jakarta: PN Bulan Bintang, 2000), Cet. I, h. 12


(28)

untuk menyampaikan pesan itu guru seringkali menggunakan berbagai cara atau teknik tertentu agar siswa merasa tertarik dengan pesan atau materi yang disampaikannya, disinilah guru membutuhkan metode yang tepat sebagai media penyampai pesan. Imam barnadib mengatakan bahwa metode adalah “suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tertentu.”3 Alat yang dimaksud disini adalah suatu cara yang mampu digunakan untuk menjembatani seseorang (guru) untuk menganalisis dan mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia, metode berarti

“cara yg teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.”4 Menurut Winarno surakhmad, metode adalah “cara yang didalam fungsinya merupakanalat untuk mencapai suatu tujuan.”5

“Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat konsisten dan sistematis, mengingat sasaran metode tersebut adalah manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan.”6 Jadi penggunaan metode dalam proses kependidikan pada hakikatnya adalah pelaksanaan sikap hai-hati dalam pekerjaan mendidik atau mengajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa metode adalah seperangkat teknik, dan suatu cara yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan.

3

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, sistem, dan metode, ( Yogyakarta : Yayasan Penerbit IKIP Yogyakarta, 1990), Cet. VI, hal. 85

4

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa, 2008 ) Cet. I, h. 929

5

Winarno surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung : Jemmars, 1980), h. 75

6


(29)

10

b. Pengertian Pembelajaran

Pengertian umum dari belajar adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk menguasai sejumlah pengetahuan. Belajar memiliki arti yang berhubungan dengan perubahan yang meliputi tingkah laku, mental emosional, spiritual, dan seseorang dikatakan belajar jika dirinya telah mengikuti proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

“Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pada pengalaman dan latihan.”7 Sedangkan mengajar berarti

“menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan ataupun keterampilan dan lain sebagainya dengan menggunakan cara-cara tertentu, sehingga pengetahuan atau keterampilan dan sebagainya itu dapat menjadi milik orang tersebut.”8

Pembelajaran pada hakikatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan. Sebaliknya siswa dalam kondisi tidak belajar adalah kontradiksi dari aktivitas tersebut, mereka hanya berdiam diri, beraktivitas tak relevan, pasif, atau menghindar. Menurut muhaimin yang dikutip oleh yatim riyanto mengatakan bahwa “pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

7

Oemar Hamalik, Metodologi Pegajaran Ilmu Pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi,(Bandung : Mandar Maju, 1989), h. 60

8

Amir Daien indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional. 1973), h.28.


(30)

pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.”9

Menurut Zurinal Z, yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran adalah “satu usaha yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan (Pembentukan Kompetensi), yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku.”10

Konsep diatas memandang bahwa tujuan pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku (pengalaman belajar)dan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman serta pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar denga baik. Proses pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar mendapat pengetahuan, keterampilan, dan juga pembentukan sikap.

Margaret mengambarkan secara umum bahwa pembelajaran dilukiskan sebagai “upaya seseorang yang tujuannya ialah membantu

orang belajar” yang artinya ialah dalam pembelajaran yang dilakakukan bukan hanya mengajar saja, sebab titik beratnya ialah pada semua kejadian yang membuat kita bisa berpengaruh secara langsung terhadap orang yang sedang belajar.11

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Menurut Oemar Hamalik Pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun

9

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet.I, h.131

10

Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan “Pengantar & Dasar-dasar Pelaksanaan pendidikan”,(Jakarta : LP UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2006), h. 117

11

Margaret, Belajar dan Membelajarkan, (PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 1994), h. 205


(31)

12

meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.”12 Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar ujian dan sebagainya.

Pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.Proses pembelajaran mengandung dua aktivitas

yaitu belajar dan mengajar. Menurut Sardiman AM, pembelajaran adalah “proses pemberian bimbingan/bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar mengajar.”13

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang dilakukan secara sengaja antara guru dan siswa untuk mengelola lingkungan agar memungkinkan anak untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut. Tugas guru dalam profesinya bahwa guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi dari kedua peran tersebut sehingga dapat terjadi karena pembelajaran yang dengan tujuan bahwa guru dapat menciptakan suasana yang dan situasi yang dapat diterima dalam belajar. Guru memainkan multi peran dalam proses pembelajaran yang menyelenggarakan dengan tugas yang amat bervariasi. Jika seorang guru telah berpegang dengan ketentuan dan amat bervariasi sehingga di dapatkan guru dapat mewujudkan suasana yang belajar dan mengajar.

12

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.57 13

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994 ), Cet. V, h. 5


(32)

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Prinsip belajar adalah “landasan berpikir, landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antar peserta didik dan pendidik yang dinamis dan terarah.”14

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar mengajar, ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.

Terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkakan mengajarnya.

Proses pembelajaran itu sangat kompleks dengan hal-hal yang terkait dengannya, tapi pada kenyataannya masih bisa dianalisa dan diklarifikasi dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu kita ketahui agar agar kita memiliki pedoman dan tehnik dalam belajar mengajar yang baik.

Beberapa prinsip umum belajar

1) Belajar merupakan dari perkembangan. 2) Belajar berlangsung seumur hidup

3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktur lingkungan, kemetangan serta usaha dari individu itu sendiri.

4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.

5) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.

6) Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru.

14


(33)

14

7) Belajar yang berencana dan sengaja menuntut motivasiyang tinggi.

8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang peling sedrhana sampai dengan yang sangat kompleks

9) Dalam belajar terjadi hambatan-hambatan

10)Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.15

Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran siswa dituntut untuk ikut berpartisipasi secara aktif, artinya siswa tidak hanya mengandalkan guru sebagai mediator dan fasilitator, tetapi murid secara aktif mencari referensi lainnya sebagai penyempurnaan dan pengajaran terhadap materi yang bersangkutan, hal tersebut menjadikan hubungan erat antara kegiatan belajar mengajar sehinggga terjadi suatu kondisi yang saling berkaitan, saling interaksi, dan saling mempengaruhi. Dalam hal ini guru juga harus bisa membangkitkan minat dan memotivasi siswa agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat terealisasi.

d.Pengertian Metode Pembelajaran

Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib untuk dilakukan karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.

Berdasarkan dari pengertian metode dan pembelajaran diatas dapat diisyaratkan bahwa suatu metode pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari sebuah sistem pendidikan, karena untuk mencapai suasana belajar yang baik, kondusif dan efektif tentu diperlukan cara dan formula yang disesuaikan dengan materi dan situasi belajar yang selalu berubah-ubah, sesuai dengan pernyatan Winarno surakhmad

yang menyatakan “khusus mengenai metode mengajar didalam kelas

15

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan psikologi proses pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosda karya. 2000), Cet. IV, h.165


(34)

selain dari faktor tujuan, juga faktor murid, situasi, dan faktor guru ikut menentukan efektif tidaknya sebuah metode.”16

Metode mengajar adalah “alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar.”17Sedangkan Aminuddin Rasyad mengemukaan metodologi pembelajaran sebagai “cara atau seperangkat cara atau jalan yang dilakukan dan ditempuh tempuh guru secara sistematis melakukan melakukan upaya pembelajaran yang telah diolah.”18

Pendapat diatas menjabarkan bahwa dalam setiap proses pembelajaran, terdapat metode pembelajaran sebagai suatu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu pembelajaran secara bertahap menurut tingat urutan yang logis, artinya bahwa penerapan metode dalam pembelajaran harus disesuaikan terhadap kebutuhan pemahaman objek atau peserta didik.

Basyiruddin usman berpendapat bahwa metode pengajaran merupakan “suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang diterapkan.”19 Dari pengertian tersebut dapat terlihat bahwa dalam proses pembelajaran, seorang guru membutuhkan sarana berupa media yang dapat mengantarkan atau memfasilitasi materi yang hendak disampaikan dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik.

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

16

Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional...,. h. 75 17

JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. VI, h. 3

18

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : UHAMKA PRESS, 2003), Cet. IV, h. 110

19

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h. 31.


(35)

16

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Macam-macam Metode Pembelajaran

Dalam mencapai tujuan instruksional, pendidik perlu mengetahui dan memahami macam-macam metode pembelajaran. Disamping itu pendidik juga perlu memilih dan menetapkan metode yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Metode yang diterapkan dalam kegiatan mengajar dan mendidik harus bersumberkan pada pemikiran sejauh mana metode tersebut dapat mendorong terciptanya situasi belajar yang mantap serta situasi komunikatif murid dengan guru melalui materi pelajaran yang disajikan.

Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif yang bisa diterapkan :

1) Metode Ceramah

Metode ceramah ialah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah siswa cenderung pasif, dan cenderung menepatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.20

2) Metode Diskusi

Diskusi adalah suatu proses pengelihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasran yang sudah tertentu melalui

20


(36)

tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajarandimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan suatu perbincangan ilmiah guna mengumpumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atau suatu masalah.

Langkah-langkah yang harus dipahami dan dijadikan pedoman untuk menuntun diskusi:

a) apakah masalah atau perihal yang harus dihadapi. b) soal-soal penting manakah terdapat dalam masalah itu. c) kemungkinan-kemungkinan jawaban yang bagai

manakah dapat dirumuskan oleh kelompok diskusi terdapat suatu masalah.

d) hal apakah dan manakah telah diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan

e) tindakan apakah yang sudah direncanakan. f) siapakah yang melaksanakan, dan bilamana.21

3) Metode Demonstrasi

Dalam penggunaan metode pembelajaran, ceramah dan diskusi saja belum tentu cocok untuk semua proses pembelajaran. Untuk itu mata pelajaran tertentu, guru perlu mengadakan demonstrasi di kelas. Adapun menurut slameto metode demonstrasi adalah

“penyajian bahan pelajaran oleh guru kepada siswa dengan menunjukkan model atau benda asli, atau dengan menunjukkan urutan prosedur pembuatan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu untuk mencapai tujuan pengajaran.”22

21

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, pengentar didaktik metodik kurikulum PBM, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. V, h. 40

22

Slameto, Proses Pembelajaran Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), h. 112


(37)

18

Berdasarkan pengertian tersebut Jelas kiranya bahwa ilustrasi yang didemonstrasikan ada kalanya jauh lebih efisien daripada deskripsi verbal semata. Ceramah dan diskusi saja belum tentu cocok untuk semua proses pembelajaran. Untuk itu mata pelajaran tertentu, guru perlu mengadakan demonstrasi di kelas. Jelas kiranya bahwa ilustrasi yang didemonstrasikan ada kalanya jauh lebih efisien daripada deskripsi verbal.

Tidak ada buruknya mengadakan demonstrasi, tetapi ada kecenderungan aktivitas siswa menjadi berkurang karena tidak semua siswa bisa terlibat dalam demonstrasi tersebut dan barangkali juga efektifitas belajar mereka. Sebelum mengadakan demonstrasi yang kompleks, guru seharusnya bertanya pada diri apakah tujuan intruksionalnya dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Seperti dalam diskusi, siswa-siswa sebaiknya diminta membuat laporan tertulis terhadap topic-topik tertentu yang agak kompleks setelah demonstrasi berakhir, agar perhatian dan sikap responsive mereka meningkat.

4) Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pengajaran oleh guru dengan memberikan pertanyaan dan meminta jawaban kepada siswa. Metode Tanya jawab dapat merangsang siswa untuk dapat mengemukakan pendapat dan pikiran masing-masing.23

Cara lain yang lazim digunakan didialam kelas yaitu guru bertanya kepada siswa. Guru dapat menggunakan haknya yang istimewa ini, dan berasumsi bahwa pertanyaan akan dapat jawaban. Selama ceramah, demonstrasi dan tentu saja selama diskusi, pertanyaan dapat menjadi alat guna untuk merangsang kegiatan

23

Connie Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses : bagaimana mengaktifkan siswa dalam belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1992), h. 76


(38)

berpikir siswa. Pertanyaan dapat juga berfungsi sebagai “pengatur”. Pertanyaan, yang diajukan sebelumceramah atau demonstrasi dimulai, dapat membantu siswa memusatkan perhatiannya pada hal-hal terpenting. Bentuk pertanyaan hemdaknya berpedoman pada tujuan yang hendak dicapai.

5) Metode Resitasi

Metode resitasi adalah “penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentang waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggung jawabkan (dilaporkan) kepada guru.”24

Metode ini dilakukan apabila guru mengharapkan pengetahuan yang diterima siswa lebih mantap dan mengaktifkan mereka dalam mencari atau mempelajari suatu masalah dengan lebih banyak membaca, mengerjakan sesuatu secara langsung.

6) Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama adalah “suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh sekelompok orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan singkat dalam waktu dua atau tiga menit kemudian anak-anak memerankannya.”25

7) Metode Latihan Siap (Drill)

Metode latihan siap (drill) adalah “suatu metode dalam pembelajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Dan, biasanya digunakan pada pelajaran-pelajaran yang bersifat motoris.”26

24

Slameto. Proses Pembelajaran Dalam Sistem Kredit..., h. 115 25

Engkoswara. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. (Jakarta : Bina Aksara. 1988), Cet. Ke-2, h. 58

26


(39)

20

8) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah ialah “suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan jalan melatih siswa untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai masalah-masalah yang sulit.”27

Didalam proses pembelajaran, metode ini sangat bermanfaat sekali untuk memantapkan pengetahuan yang diajarkan oleh guru. Karena dengan cara ini bahan pelajaran disajikan dalam bentuk problema (masalah) yang dihadapkan kepada murid untuk dipecahkan.

9) Metode Karyawisata

Metode karyawisata adalah “metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok pembahasan.”28

Jelaslah bahwa dengan karyawisata atau studi lapangan, murid-murid akan dapat mengembangkan penghayatan dan pengalaman konkrit tentang kegiatan usaha dalam masyarakat nyata yang akan menambah gairah kegiatan belajar lebih lanjut. Di samping itu dengan kunjugan semacam ini program pembelajran dapat diintegrasikan dalam kenyataan praktis sehingga murid juga memperoleh kesempatan untuk mencoba serta mempraktekkan sendiri teori-teori yang diterima di sekolah. Dan murid diberi tugas membuat karya atau laporan ntang hal-hal yang telah dipelajari di lapangan.

27

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,(Bandung : PT Remaja Rosda karya. 2006) Cet. IV, h. 111

28


(40)

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran

Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap pertemuan kelas tidak bisa sembarangan memakainya, tetapi harus melalui seleksi yang sesuai dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekali guru merumuskan hanya dengan satu rumusan, tetapi guru harus lebih dari satu tujuan, karenanya guru selalu menggunakan metode yang lebih dari satu.

Titik sentral yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pembelajaran, dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik diwajibkan mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam belajar, bukan menanti perintah dari guru.

Kedua unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang seperti apa yang akan digunakan untuk menapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi dan kondisi lingkungan dimana proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata laian, perbedaan penggunaan atau pemilihan suatu metode pembelajaran disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain :

1) Tujuan ; setiap bidang studi mempunyai tujuan, bahkan dalam setiapa topic pembahasan, tujuan pembelajran ditetapkan lebih terinci dan spesifik sehingga dapat dipilih metode pembelajaran yang bagaimanakah yang cocok dengan pembahasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(41)

22

2) Situasi dan kondisi ; tingkat sekolah, geografis, sosiokultural, menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode yang digunakan sesuai dengan kondisi dan situasi yang beerlangsung.

3) Perbedaan pribadi dan kemampuan guru ; dalam memilih metode pembelajaran, guru

4) harus memperhatikan kemampuannya sehingga metode pembelajaran yang dipilih dan dilaksanakan oleh guru mencapai hasil yang maksimal.

Sesuai dengan faktor-faktor diatas, syaiful bahri dan aswa zain mengungkapkan :

Metode apapun yang akan digunakan hendaknya dapat membawa suasana interaksi atau pembelajaran yang edukatif, menempatkan peserta didik pada keterlibatan aktif belajar maupun menumbuhkan dan mengembangkan minat belajar serta membangkitkan semangat belajar dan menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.29

g. Hakikat Variasi Metode Pembelajaran

1) Pengertian Variasi Metode

Jika dilihat dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para tokoh tentang metode pembelajaran yang dimaksud adalah cara yang teratur yang harus dilalui oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik.

Adapun pengertian dari kata variasi berdasarkan kamus besar bahasa indonesia adalah :

Tindakan, keadaan, atau hasil :perubahan dari keadaan semula; perubahan; selingan; dua bentuk (rupa) yang lain; yang berbeda bentuk rupa. Bila mendapat awalan ber- menjadi bervariasi yang berarti mempunyai berbagai bentuk (rupa, jenis, dsb); ada selingannya. Bila ditambahkan awalan me- dan akhiran –kan menjadi memvariasikan yang berarti menyelang-nyeling.30

29

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2002), h. 85

30


(42)

Dengan demikian, Secara singkat, variasi adalah bermacam-macam atau beragam, maka variasi metode mengajar adalah bermacam atau beragamnya penggunaan cara guru dalam menyajikan materi pelajaran kepada siswa, seperti kombinasi penggunaan metode ceramah dengan tanya jawab, metode ceramah dengan diskusi, metode pemberian tugas dan demonstrasi, dan sebagainya.

Dalam penggunaan variasi metode mengajar harus tersusun berdasarkan rencana yang jelas dan didasarkan pada rujukan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keharusan tersebut maka seorang guru dituntut kearifan dalam menggunakan variasi metode mengajarnya. Beberapa landasan untuk mewujudkan kearifan tersebut diantaranya sebagai berikut:

a) Variasi metode pengajaran yang diselenggarakan harus menunjang dan dalam rangka merealisasikan tujuan pembelajaran.

b) Penggunaan variasi metode mengajar harus lancar dan berkesinambungan, tidak mengganggu proses belajar mengajar dan anak didik akan lebih memperhatikan berbagai proses pembelajaran secara utuh.

c) Penggunaan variasi metode mengajar harus terstruktur, terencana dan sistematik.

d) Penggunaan variasi metode mengajar harus luwes (tidak kaku) sehingga kehadiran variasi itu makin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu penggunaannya bersifat spontan dan merupakan umpan balik.31

31

http://rindu-rawaku.blogspot.com/2007/12/variasi-metode-mengajar.html, 11 Agustus 2011, 12.05 WIB


(43)

24

2) Tujuan Penggunaan Variasi Metode Pembelajaran

Penggunaan variasi metode pembelajaran adalah untuk menarik perhatian para anak didik agar lebih berkonsentrasi kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Tujuan variasi metode pembelajaran mencakup empat aspek, yaitu :

a) Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan.

b) Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.

c) Memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran.

d) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemapuannya.32

2. Konsep Tentang IPS

a. Pengertian IPS

Istilah IPS di indonesia mulai dikenal sejak tahun1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan “sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.”33

Penjelasan diatas mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan sebuah bidang studi yang terdiri dari serangkaian ilmu-ilmu sosial yang dikemas secara terpadu.

Social studies atau ilmu pengetahuan sosial (IPS) menurut Ali Amran Udin adalah “ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan

32

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional “Menciptakan ..., h. 78 33

Sapriya, Pendidikan IPS konsep dan pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009), hal. 7


(44)

menengah (elementary and secondary school).”34 Dari pengertian ini tergambar bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah hasil penyederhanaan dari berbagai macam disiplin ilmu sosial yang ada. Penyederhanaan yang dimaksud lebih tertuju kepada penyesuaian dengan kurikulum yang akan diterapkan disekolah, karena pada dasarnya sifat dari disiplin ilmu sosial hampir serupa yakni mempelajari manusia dan gejala sosial yang dialaminya.

Pengertian IPS ditingkat sekolah mempunyai perbedaan makna, khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD), dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau displin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang ditetapkan pada masing-masing jenjang sekolah tersebut.

Pembelajaran IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara yang baik.

IPS sebagai bidang kajian terdiri dari konsep dasar sejarah, seperti konsep peristiwa atau kejadian waktu dan tempat. Geografi terdiri dari konsep lokasi, posisi (kedudukan), situasi, tempat, distribusi dan perancangan. Dalam ilmu ekonomi terdiri dari konsep kelangkaan, spesialisasi, saling ketergantungan, pasar, dan konsep kebijaksanaan umum. Pada sosiologi mengkaji konsep keanggotaan dalam kelompok perilaku, tujuan, norma, nilai, peran, keluwesan dan lokasi. Sedangkan adat istiadat, etika, tradisi, hukum, dan keyakinan.

34


(45)

26

Dalam psikologi sosial terkandung konsep-konsep kemandirian, motif, sikap, persepsi interpersonal, kelompok, konflik dan sebagainya. Akhirnya dalam ilmu politik terkandung terkandung pula konsep negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, pembagian kekuasaan, demokrasi, dan lain-lain.35

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari IPS. Akan tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua ilmu-ilmu sosial secara otomatis dapat menjadi bahan/pokok bahasan dalam IPS karena dalam penerapannya dalam proses pembelajaran, ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dalam bentuk IPS harus sesuai dengan karakteristik dan jenjang pendidikan siswa. b. Tujuan Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya.36 Oleh karena itu IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat agar menjadi warga negara yang baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang

35

Sapriya, Susilawati, dan Sadjarudin Nurdin, Konsep Dasar IPS, (Bandung : UPI PRESS.2006), hal. 51

36


(46)

kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

e) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah adalah untuk mentransformasikan pengetahuan serta pemahaman tentang disiplin ilmu sosial seperti : sejarah, sosiologi, ekonomi, antropologi, geografi, dan ilmu sosial lainnya dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga peserta didik diharapkan memliki karakter sebagai warga negara yang baik.

B. Kerangka Konseptual

Metode merupakan dasar yang paling meyakinkan demi menigkatkan kualitas suatu pembelajaran. Karena kesesuaian metode dengan materi yang diajarkan akan membantu siswa dalam memahami materi yang sedang diajarkan, sehingga peran metode sangat penting dalam menunjang proses keberhasilan pembelajaran.

Pemilihan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar harus dilakukan dalam rangka pembaharuan pendidikan, hendaknya guru mampumelibatkan siswanya secara akif dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas dan berfikir kritis siswa sehingga dapat memperkuat motivasi mereka untuk belajar.


(47)

28

Dalam proses belajar mengajar IPS, seorang guru harus mampu melibatkan siswa secara aktif walaupun siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Dengan kemampuan yang berbeda ini dapat menanamkan dan menumbuhkan sifat sosial pada siswa, diantaranya mendorong siswa untuk saling membantu, bekerja sama, dan bertanggung jawab dalam memecahkan suatu masalah. Oleh karena dibutuhkan relevansi antara materi yang diajarkan dengan metode yang diterapkan, dengan harapan siswa akan lebih mudah dan antusias dalam menerima materi yang diajarkan sehingga tujuan dari pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.

Dari teori dan penjelasan konsep-konsep tersebut, dapat digambarkan kerangka konseptual, yaitu sebagai berikut :


(48)

Bagan 1

Proses Pembelajaran IPS

Metode Pembelajaran

Pasif Aktif

Aktif Berdiskusi Melancarkan Komunikasi

Timbal Balik Bertanya Pada Guru

Mengerjakan Tugas Individu/Kelompok

Siswa

Variatif Monoton

Mengobrol Saat Belajar Malas Mengerjakan

Tugas

Tidak Memperhatikan Mengantuk


(49)

30

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan disekolah menengah pertama (SMP) Darul

Ma’arif yang beralamat di Jl. RS. Fatmawati No.45 Cipete Jakarta Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Juni sampai dengan 12 Agustus 2011.

B. Desain Penelitian

Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian, penulis menggunakan penelitian deskriptif analisis melalui metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, kedua penelitian ini akan diungkapkan sebagai berikut.

1. Penelitian kepustakaan

Melalui penelitian kepustakaan ini penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul diatas dalam rangka menyusun kerangka teori penelitian.

2. Penelitian lapangan

Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian, karena penelitian ini memerlukan data-data dan fakta yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya. Dalam penelitian lapangan


(50)

ini penulis akan melakukan teknik pengumpulan data, menentukan populasi dan sampel serta teknik analisa data.

Jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder.

Adapun data sekunder yang diambil berupa gambaran umum atau profil makro sekolah serta data atau keterangan-keterangan dari berbagai literature lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

“Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama”.1

Jadi, populasi adalah wilayah yang terdiri dari subyek dan obyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya dan merupakan keseluruhan dari obyek penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru di

SMP Darul Ma’arif yang berjumlah tiga puluh satu orang guru.

2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPS yang berjumlah tiga orang guru.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen pengumpulan data yang paling utama adalah diri peneliti sendiri, namun untuk memperjelas dan membantu peneliti untuk fokus pada apa yang diteliti, maka dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang dapat mempertajam serta melengkapi data hasil penelitian menggunakan wawancara untuk para guru IPS, wawancara kepada kepala sekolah yang bersifat umum, dan observasi.

1

Ibnu HajarDasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan,( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1999), h. 133


(51)

32

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang obyektif berdasarkan kebenaran yang terjadi di lapangan, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi

Observasi, yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan dan pencatatan tentang fenomena yang diselidiki.

Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mengetahui gambaran umum lokasi, keadaan gedung, sarana dan prasarana, jumlah siswa, struktur organisasi, kegiatan proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang

berlangsung di SMP Darul Ma’arif.

2. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Metode ini untuk mendapatkan data dan informasi yang obyektif. Penulis melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru mata pelajaran IPS. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan guru IPS, kepala sekolah dan siswa. Wawancara ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Wawancara informal-deskriptif, peneliti mengajukan pertanyaan umum yang sifatnya deskriptif dengan meminta informan memberikan gambaran atau melukiskan secara naratif mengenai gambaran umum tentang implementasi variasi metode pembelajaran di SMP Darul

Ma’arif.

b. Wawancara terstruktur, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti yang telah disusun sebelumnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam dan rinci tentang implementasi variasi metode


(52)

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, buletin, prasasti, notulen rapat, legger, agendan dan sebagainya. Studi dokumentasi yang peneliti lakukan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yaitu

Implementasi variasi metode pembelajaran di SMP Darul Ma’arif.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif adalah “ upaya yang dilakukan

dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah milah data menjadi satu kesatuan data yang dapat diperoleh, mensintensiskannya, mencari dan menentukan pola, menentukan apa yang diceritakan kepada orang

lain”.2

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang diperoleh dari kegiatan wawancara, pengamatan lokasi dan dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalisis ditafsirkan dan disimpulkan kedalam bahasa yang mudah dipahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.

Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui penerapan variasi metode

pembelajaran guru IPS di SMP Darul Ma’arif, maka data yang disebarkan

diolah menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi data

Yaitu, kegiatan menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, dan mentransformasikan data yang muncul pada catatan lapangan. Reduksi yang dilakukan berupa penulisan ringkasan, penajaman, pengkodean, pemfokusan, pembuangan dan penyusunan data sehingga kesimpulan dapat ditarik, dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.

2

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remadja Karya, 1989), h. 29


(53)

34

2. Display data

Yaitu kategorisasi dengan menyusun sekumpulan data berdasar pola pikir, pendapat, dan kriteria tertentu untuk menarik kesimpulan. Display data membantu untuk memahami peristiwa dan apa yang harus dilakukan untuk analisa lebih jauh dan lebih dalam, berdasar pemahaman terhadap peristiwa tersebut.

“Analisis kualitatif harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas. Oleh karena itu hasil penilaian dari suatu tolok ukur harus berupa predikat.”3 Tolok ukur dan predikat dalam penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut :

Tabel 1 Analisis Data Jumlah Penggunaan Variasi Metode

Dalam Proses Pembelajaran Nilai

Predikat

Lebih Dari Tiga Metode 4 Sangat Bervariasi

Tiga Metode 3 Bervariasi

Dua Metode 2 Cukup Bervariasi

Satu Metode 1 Tidak Bervariasi

3. Penyimpulan atau pembuktian

Yaitu menafsirkan berdasarkan kategori yang ada dan menggabungkan dengan melihat hubungan semua data yang ada, sehingga dapat diketahui tentang proses pembelajaran dan sistem evaluasi pada

mata pelajaran IPS di SMP darul ma’arif jakarta dengan utuh, holistik, dan

komprehensif.

3

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), Cet. IX, h. 269


(54)

G. Pendekatan Data dan Keilmuan

1. Pendekatan ilmu pendidikan

Berkenaan dengan jenis spesialisasi dan interest, maka tentu saja bidang ilmu yang diteliti banyak sekali ragamnya menurut siapa yang mengadakan penelitian. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah penelitian terhadap pendidikan, lanjutnya adalah mencocokan antara teori ilmu pendidikan dengan temuan lapangan.

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasip dan peradapan manusia yang bisa dilakukan sejak masih didalam kandung sang ibu

2. Pendekatan data kualitatif

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

H. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Definisi Konseptual

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses transformasi pengetahuan yang dikirim oleh guru dan lingkungan belajar kepada siswa dengan tujuan siswa mampu menerima informasi yang diperoleh dengan baik demi terwujudnya perubahan tingkah laku dan proses berpikir siswa kearah yang lebih baik. Demi tercapainya tujuan ini seorang guru diharapkan mampu menemukan cara atau metode yang baik dan variatif dalam mengajar, sehingga suasana belajar yang kondusif dapat tercipta.

2. Definisi Operasional

Dalam menerapkan sebuah metode pembelajaran seorang guru tentu harus benar-benar sudah menguasai metode yang akan digunakannya, terutama dalam mengkombinasikan dan mengatur penggunaan metode sesuai dengan materi pembahasan yang akan diajarkannya, sehingga siswa akan merasa mudah dalam menerima materi dikarenakan penggunaan


(55)

36

metode yang tepat dan sesuai dengan materi dan situasi pembelajaran. Langkah-langkah operasional yang dilakukan guru dalam menerapkan metode pembelajaran adalah :

a. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Pembelajaran 1) Persiapan sebelum masuk kelas

2) Persiapan setelah didalam kelas b. Pelaksanaan Awal Pembelajaran

1) Apersepsi

2) Pemberian motivasi 3) Pemberian penguatan

4) Mengulas ulang materi pelajaran pertemuan sebelumnya

c. Penerapan Metode Pembelajaran Yang Bervariasi Dalam Proses Pembelajaran

1) Kesesuaian penggunaan metode dengan materi yang diajarkan 2) Penerapan metode pembelajaran yang bervariasi

3) Penggunaan media/alat bantu pembelajaran dalam penerapan metode

4) Penguasaan guru terhadap berbagai macam metode pembelajaran yang digunakan.


(56)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Darul Ma’arif

Pendirian SMP Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan tidak bisa

dilepaskan dari peran besar seorang tokoh bangsa ini, yakni K.H. Dr. (HC) Idham Chalid. Beliau adalah seorang ulama, pendidik sekaligus politisi yang tidak hanya dikenal luas dan disegani di negeri sendiri melainkan

juga di dunia internasional. Pada tahun 1967, lewat Yayasan Darul Ma’arif

yang beliau gagas dan kembangkan, unit SMP secara resmi berdiri di atas lahan perguruan seluas 1200 meter persegi dengan luas bangunan 800 meter persegi, dan dioperasikan pada tahun 1977.

Meskipun sekolah ini didirikan oleh seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU), bukan berarti yang boleh bersekolah di lembaga ini hanya orang-orang dari golongan NU, tetapi semua golongan dapat mengenyam pendidikan di lembaga ini. Hal ini sesuai dengan tujuan pendirian sekolah yaitu untuk semua golongan dengan dilandasi semangat pendirinya untuk berperan aktif membantu orang tua dan pemerintah dalam mendidik anak bangsa sesuai dengan Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yaitu


(57)

38

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu karena adanya keinginan pendiri untuk memberikan kesempatan dan memfasilitasi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang mempunyai semangat belajar yang tinggi.

Berdirinya SMP Darul Ma’arif adalah buah dari perjuangan yang panjang dari para pendirinya dan juga masyarakat, khususnya umat Islam, yang mendambakan sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu duniawi saja tetapi juga ilmu-ilmu agama.

Masa yang terus berganti turut mendewasakan SMP Darul Ma’arif menjadi sebuah lembaga pendidikan swasta yang cukup dikenal di

kawasan Jakarta Selatan. Terbukti dengan status akreditasi “A” pada tahun

2007 sampai sekarang, juga dengan terus meningkatnya para calon siswa yang mendaftarkan diri untuk bersekolah di SMP ini.

Saat ini, SMP Darul Ma’arif menempati lantai 2 dan 3 dari bangunan Perguruan Darul Ma’arif, berdampingan dengan sejumlah unit pendidikan

lainnya, yaitu SD Islam, MTs, SMP dan MA.

Fungsi pengembangan SMP Darul Ma’arif adalah mengakses, menginterpretasi, mengkritik, mengkreasi dan mengembangkan kapasitas para peserta didiknya. Kelima fungsi tersebut dibingkai dalam suasana

yang Islami, sehingga diharapkan setelah lulus dari SMP Darul Ma’arif,

para peserta didik tersebut bisa menghadapi tantangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur agama Islam.

Sistem pendidikan yang digunakan di SMP Darul Ma’arif adalah

sistem pendidikan dengan jenjang belajar tiga tahun. Dalam masa tersebut para siswa harus dapat mengikuti tata tertib yang berlaku di SMP Darul

Ma’arif, termasuk dalam hal ini mereka diharuskan untuk mengikuti

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Pembelajaran di SMP Darul Ma’arif dilaksanakan setiap hari Senin


(58)

a. Hari Senin sampai Kamis masuk pukul 07.00 WIB dan pulang pukul 14.00 WIB.

b. Hari Jumat masuk pukul 07.00 WIB dan pulang pukul 11.00 WIB. c. Hari Sabtu masuk pukul 07.00 WIB dan pulang pukul 10.30 WIB.

Sementara itu, setiap siswa diwajibkan memakai seragam sekolah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu:

a. Hari Senin memakai celana panjang/rok panjang putih dan kemeja putih lengkap dengan topi dan dasi berwarna biru berlogo Darul Ma’arif. b. Hari Selasa sampai Kamis memakai celana panjang/rok panjang

bermotif hijau garis-garis dan kemeja putih lengkap dengan rompi bermotif serupa.

c. Hari Jumat memakai celana panjang/rok panjang putih dan pakaian takwa/koko (bagi siswi wajib mengenakan jilbab).

d. Hari Sabtu memakai celana panjang/rok panjang bermotif hijau garis-garis dan kemeja putih lengkap dengan rompi bermotif serupa.

Gambar 1


(59)

40

Selain kegiatan pembelajaran di kelas, SMP Darul Ma’arif juga

menyelenggarakan sejumlah kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti siswa untuk mengembangkan minat dan bakat mereka, yaitu sebagai berikut:

a. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) b. Palang Merah Remaja (PMR)

c. Paduan suara d. Band

e. Seni hajir marawis f. Seni qasidah g. Seni tari tradisional h. Futsal

i. Bola voli j. Bola basket k. Tenis meja l. Taekwondo

2. Visi dan Misi SMP Darul Ma’arif

Dalam upaya memfokuskan tujuan serta mengembangkan aspek-aspek yang termasuk dalam ruang lingkup pendidikan, maka SMP Darul

Ma’arif menetapkan visi dan misi sebagai berikut:

Visi: “Membentuk manusia yang unggul dalam bidang Iptek, Imtaq, pelayanan dan pengamalan.”

Misi:

a. Membentuk insan yang berwatak mulia dan islami dengan memperkuat iman dan taqwa.

b. Mempersiapkan peserta didik agar dapat berkompetisi sesuai dengan bakat dan minat.

c. Membekali peserta dengan keterampilan dasar sesuai perkembangan Iptek.


(60)

3. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan a. Keadaan Guru

Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan. Karena figur seorang guru baik dalam ruang geraknya maupun aktivitasnya selalu diperhatikan oleh siswa. Oleh sebab itu, guru adalah salah satu faktor yang menunjang keberhasilan program pendidikan.

Adapun jumlah guru yang bertugas di SMP Darul Ma’arif Cipete

Jakarta Selatan pada tahun pembelajaran 2011/2012 ini berjumlah 31 orang, dengan jumlah guru laki-laki sebanyak 15 orang dan guru perempuan sebanyak 16 orang. Berikut ini data lebih lanjut tentang

guru di SMP Darul Ma’arif:

Tabel 2

Tingkat Pendidikan Guru

No. Tingkat Pendidikan L P Jumlah

1.

2.

3.

Sarjana (S1)

Diploma (D1 & D2)

Madrasah Aliyah

13

1

1

15

1

-

28

2

1


(61)

42

Tabel 3

Distribusi Tugas Mengajar

No. Nama Guru Bidang Studi Kelas Jml

Jam

1. H. Mudjiono SW PKn IX 5

2. Dra. Rahmi Dwi Arsih PLKJ IX, VIII C 12

3. H. Bukrani Syarkani,

S.Pd. Bhs. Inggris VII D-E 12

4. H.M. Said Bahasa Arab VII, VIII, IX 30

5. Sukadarmini PLKJ VIII D-E 4

6. Sutarjo, S.Pd. Bhs. Inggris IX 24

7. M. Agus Budiyarto,

S.Pd. Penjaskes IX 10

8. Drs. M. Rafi’i Bhs. Indonesia VII 25

9. Ir. Slamet Riyadi Matematika IX 35

10. Masruni, S.Ag. PAI (Akidah),

al-Qur'an VIII, IX 20

11. Bakhrani, S.Ag. Al-Qur'an VII, VIII 20

12. Imam Gozali DS, S.H. PKn VII, VIII, IX 30

13. Royanti, S.Pd. Matematika VIII D-E 14

14. Siti Robiatul

Adawiyah, S.Ag. IPS, PAI (Akidah) IX, VII 40

15. Junaedah HW, S.Ag. PAI (Akidah), BK IX 32

16. Sari Rahaena W, S.E. IPS VII, VIII D-E 42

17. Rosyidul Anam, S.Pd. IPA IX 30


(62)

19. Nurainy Khumairoh,

S.Pd. IPA VIII 30

20. Rini Retnowati, S.Si. Bhs. Inggris, IPA IX, VII 40 21. Endah Meitri, S,Pd. Bhs. Inggris VIII 24

22. Drs. Abdul Basith PAI (Fiqih) VII, VIII, IX 30

23. Arie Respati Ajie,

S.Pd. Penjaskes VII, VIII 20

24. Siti Aisyah, S.Pd. PLKJ, Bhs. Inggris VII, VII

A-B-C 34

25. Dyah Lestari, S.Sos. IPS VIII A-B-C 18

26. Wahyu Suyanti, S.Pd. Bhs. Indonesia,

PLKJ IX, VIII A-B 29

27. Siti Nurjanah, S.Pd. Bhs. Indonesia, Seni Budaya

IX, VII dan

IX 45

28. Bambang Puri

Baskoro, S.Kom. TIK, Seni Budaya

VII-VIII-IX,

VIII 40

29. Rosaeni Rodiah, S.Psi. BK, Konseling VIII-IX,

VII-VIII 44

30. Ami Inayati, S.Pd. Matematika VII 35

31. Kurniawati, S.Pd. Matematika VIII A-B-C 21

b. Keadaan Siswa-siswi

Jumlah siswa-siswi SMP Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan pada tahun pembelajaran 2010/2011 ini adalah 528 orang yang terdiri dari tiga angkatan dengan masing-masing angkatan terdiri atas lima rombongan belajar. Data selengkapnya adalah sebagai berikut:


(63)

44

Tabel 4 Keadaan Siswa-siswi

Kelas Siswa Siswi Jumlah

VII 101 73 174

VIII 58 43 101

IX 105 90 195

Jumlah 264 206 470

Gambar 2

Siswa siswi SMP Darul Ma’arif Jakarta

c. Keadaan Karyawan

Keberadaan karyawan sangat diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan, karena dapat membantu terlaksananya proses belajar-mengajar yang baik dan kondusif. Bisa dibayangkan, seandainya tidak ada orang-orang yang menangani masalah di luar pengajaran yang


(64)

khusus, maka kegiatan pendidikan di suatu sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.

Jumlah karyawan di SMP Darul Ma’arif berjumlah 6 orang, terdiri

dari 3 orang sebagai karyawan tata usaha dan 3 orang lainnya sebagai office boy.

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan primer yang keberadaannya tidak kalah penting dengan unsur-unsur lain. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis selama kegiatan PPKT ini, fasilitas yang

ada di SMP Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan meliputi: Tabel 5

Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

No. Nama Ruangan Kondisi

1. Ruang kepala sekolah Baik

2. Ruang wakil kepala sekolah bidang kurikulum Baik

3. Ruang wakil kepala sekolah bidang kesiswaan Baik

4. Ruang guru Baik

5. Ruang tata usaha Baik

6. Ruang bimbingan dan konseling Baik

7. Ruang kelas (total: 15 lokal) Baik

8. Laboratorium IPA Baik

9. Laboratorium komputer Baik

10. Ruang audio visual Baik

11. Ruang OSIS Baik

12. Ruang UKS Baik


(65)

46

14. Perpustakaan Baik

15. Masjid Baik

16. Studio musik Baik

17. Toilet guru Baik

18. Toilet siswa dan siswi Baik

19. Pantry Baik

20. Gudang Baik

Gambar 3

Perpustakaan SMP Darul Ma’arif Jakarta


(1)

Hasil Berita Wawancara

Dengan Guru IPS SMP Darul Ma’arif Jakarta Interviewer : Lutfi Riezqi Prasetyo

NIM : 107015000873

Responden : Siti Robiatul Adawiyah, S.Ag. Tempat Wawancara : SMP Darul Ma’arif

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Juli 2011 Waktu : Pukul 08.00-09.00

1. Awal mula bapak/ibu mengajar disekolah SMP Darul Ma’arif? Jawaban :

Saya mulai mengajar di sekolah ini paada tahun 2002

2. Buku-buku yang digunakan bapak/ibu dalam mengajar IPS sebagai referensi untuk disampaikan kepada siswa?

Jawaban :

Selain buku paket saya juga menggunakan buku-buku lain sebagai penunjang proses pembelajaran, seperti buku-buku yang dipinjam dari perpustakaan sekolah serta artikel-artikel yang bisa digunakan dan dibaca oleh siswa

3. Persiapan bapak/ibu sebelum menggunakan suatu metode dalam pembelajaran? Jawaban :

Pada dasarnya setiap akan dimulai suatu periode pembelajaran disekolah, saya dan guru lain disini sudah menyusun rancangan silabus dan RPP untuk perencanaan selama satu tahun pembelajaran, jadi dari situlah persiapan dimulai.

4. Kesulitan yang bapak/ibu hadapi dalam mengajar mata pelajaran IPS? Jawaban :


(2)

Kondisi kelas yang kurang kondusif, ketidakseiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga membuat mereka tidak fokus dan konsentrasi dalam belajar.

5. Usaha bapak/ibu untuk mengaktifkan proses pembelajaran? Jawaban :

Menggunakan metode yang dapat membangkitkan semangat dan motivasi belajar siswa

6. Pendapat bapak/Ibu tentang variasi metode dalam proses pembelajaran? Jawaban :

Sangat perlu karena, seperti yang saya bilang tadi, bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang baik dan benar dapat meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa

7. Metode yang biasa bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran? Jawaban :

Ceramah, Tanya jawab, diskusi kelompok, dan kuis interaktif dengan siswa

8. Kesulitan yang bapak/ibu temukan dalam menggunakan variasi metode saat penyampaian materi?

Jawaban :

Ada beberapa metode yang untuk mempersiapkannya membutuhkan waktu yang cukup lama, dan penerapannya pun cukup lama sehingga alokasi waktu yang disediakan pihak sekolah tidak mencukupi

9. Pada pembahasan materi apa bapak/ibu biasanya menggunakan metode ceramah? Jawaban :

Saya biasa menggunakan metode ceramah saat membahas materi-materi yang bersifat naratif seperti materi pelajaran sejarah.


(3)

10. penerapan variasi metode dalam proses pembelajaran IPS ditunjang dengan..sarana dari sekolah?

Jawaban :


(4)

Hasil Berita Wawancara

Dengan Guru IPS SMP Darul Ma’arif Jakarta Interviewer : Lutfi Riezqi Prasetyo

NIM : 107015000873 Responden : Dyah Lestari, S.Sos. Tempat Wawancara : SMP Darul Ma’arif Hari/Tanggal : Kamis, 28 Juli 2011 Waktu : Pukul 09.00-10.00

1. Awal mula bapak/ibu mengajar disekolah SMP Darul Ma’arif? Jawaban :

Saya mulai mengajar di sekolah ini paada tahun 1998

2. Buku-buku yang digunakan bapak/ibu dalam mengajar IPS sebagai referensi untuk disampaikan kepada siswa?

Jawaban :

Saya menggunakan buku-buku pelajaran dari sekolah, tetapi tidak jarang saya juga mencari buku-buku pelajaran ditoko-toko buku ataupun saya mengunakan buku-buku yang saya miliki pribadi yang sesuai dengan materi dan kurikulum yang berlaku.

3. Persiapan bapak/ibu sebelum menggunakan suatu metode dalam pembelajaran? Jawaban :

Sebelumnya saya mambaca materi yang akan diajarkan dikelas dan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dikelas 4. Kesulitan yang bapak/ibu hadapi dalam mengajar mata pelajaran IPS?


(5)

Kesulitan yang saya hadapi, apabila ada materi pelajaran yang membutuhkan contoh-contoh yang relevan namun sulit mencari contoh-contoh tersebut, seperti materi tentang geografi yang tidak mungkin membawa contoh fisik kedalam kelas, karena tidak semua materi geografi terdapat gambar dan contohnya didalam buku

5. Usaha bapak/ibu untuk mengaktifkan proses pembelajaran? Jawaban :

Memberikan motivasi kepada siswa diawal pembelajaran dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa

6. Pendapat bapak/Ibu tentang variasi metode dalam proses pembelajaran? Jawaban :

Variasi metode dalam proses pembelajaran, sangat diperlukan agar siswa tidak merasa jenuh dengan cara mengajar monoton

7. Metode yang biasa bapak/ibu terapkan dalam proses pembelajaran? Jawaban :

Ceramah, Tanya jawab, diskusi kelompok, pemecahan masalah dan kuis

8. Kesulitan yang bapak/ibu temukan dalam menggunakan variasi metode saat penyampaian materi?

Jawaban :

Kesulitan yang saya hadapi adalah anak-anak kurang terkontrol dan sulit untuk diarahkan saat penggunaan metode yang saya terapkan, seperti saat mengggunakan metode diskusidan kuis dimana kondisi kelas bisa sangat gaduh 9. Pada pembahasan materi apa bapak/ibu biasanya menggunakan metode ceramah?

Jawaban :

Metode ceramah biasa saya terapkan pada pembahasan materi yang butuh banyak penjelasan mengenai teori-teori dan cerita-cerita


(6)

10. penerapan variasi metode dalam proses pembelajaran IPS ditunjang dengan..sarana dari sekolah?

Jawaban :