Pengukuran Biomassa danKarbon Tanaman pada Plot Contoh

c Ukuran sub-plot diperbesar bila dalam lahan yang diamati terdapat pohon besar diameter batang 30 cm menjadi 20 mx100 m = 2.000m disebut plot besar. d Untuk sistem agroforestri atau perkebunan yang memiliki jarak tanam antar pohon cukup lebar, dibuat sub-plotbesar ukuran 20 m x 100 m = 2.000 m. e Ditentukan pula minimal 6 titik contoh pada setiap sub-plot untuk pengambilan contoh tumbuhan bawah, seresah dan tanah; setiap titik berukuran 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m . Gambar 4 Sub-plot contoh untuk pengukuran biomassa dan nekromassa Hairiah, 2007. 2. Mengukur biomassa pohon Pengukuran biomassa pohon dilakukan dengan cara non-destructive tidak merusak bagian tanaman. Cara pengukuran: a sub-plot dibagi menjadi 2 bagian, dengan memasang tali di bagian tengah sehingga ada sub-sub-plot, masing-masing berukuran 2,5m x 40m. b Nama setiap pohon dicatat, dan diukur diameter batang setinggi dadanya dbh = diameter at breast height = 1,3 m dari permukaan tanah semua pohon yang masuk dalam sub-sub-plot sebelah kiri dan kanan. Pengukuran dbh hanya dilakukan pada pohon berdiameter 5 cm hingga 30 cm. Pohon dengan dbh5 cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah. c Khusus untuk pohon-pohon yang batangnya rendah dan bercabang banyak, misalnya pohon kopi yang dipangkas secara regular, maka diukur semua diameter semua cabang. Bila pada sub-plot terdapat tanaman tidak berkeping dua dikotil seperti bambu dan pisang, maka diukur diameter dan tinggi masing-masing individu dalam setiap rumpun tanaman. Demikian pula bila terdapat pohon tidak bercabang seperti kelapa atau tanaman jenis palem lainnya. d Bila terdapat tunggul bekas tebangan yang masih hidup dengan tinggi 50 cm dan diameter 5 cm, maka diukur diameter batang dan tingginya. e Ditetapkan berat jenis BJ kayu dari masing-masing jenis pohon dengan jalan memotong kayu dari salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan timbang berat basahnya. Dimasukkan dalam oven, pada suhu 100 O C selama 48 jam dan timbang berat keringnya. Hitung volume dan BJ kayu dengan rumus sebagai berikut: Volume cm 3 = πR 2 T Keterangan: R = jari-jari potongan kayu = ½ x Diameter cm T = panjang kayu cm BJ gcm 3 = Berat kering g Volume cm 3 3. Mengukur biomassa tumbuhan bawah Pengambilan contoh biomassa tumbuhan bawah dilakukan dengan metode destructive merusak bagian tanaman.Tumbuhan bawah yang diambil sebagai contoh adalah semua tumbuhan hidup berupa pohon yang berdiameter 5 cm, herba dan rumput-rumputan. Gambar 5 Bentuk kuadran untuk pengambilan contoh tumbuhan bawah dan serasah Hairiah 2007. Cara pengambilan contoh tumbuhan bawah understorey a. Tempatkan kuadran bambu, kayu atau aluminium di dalam sub- plot 5 m x 40 m secara acak. b. Semua tumbuhan bawah pohon berdiameter 5 cm, herba dan rumbut-rumputan yang terdapat di dalam kuadran dipotong. c. Contoh tumbuhan bawah dimasukkan ke dalam kantong. d. Berat basah daun atau batang ditimbang. e. Ambil sub-contoh tanaman dari masing-masing biomassa daun dan batang sekitar 100-300g. f. Sub-contoh biomassa tanaman yang telah diambil dikeringkan dalam oven pada suhu 80 O C selama 2 x 24 jam. g. Timbang berat keringnya. Gambar 6 Penempatan kuadran titik contoh dalam sub-plot Hairiah 2007. Pengolahan data Hitung total berat kering tumbuhan bawah per kuadran dengan rumus sebagai berikut: Total BK g = BK subcontoh g X Total BB g BB subcontoh g Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah B. Pengukuran Nekromassa tanaman Lakukan pengambilan contoh nekromassa bagian tanaman mati pada permukaan tanah yang masuk dalam sub-plot 5 m x 40 m danatau plot besar 20 m x 100 m. Pengambilan contoh nekromassa yang berdiameter antara 5 cm hingga 30 cm dilakukan pada sub-plot, sedangkan batang berdiameter 30 cm dilakukan pada plot besar. Nekromassa dibedakan menjadi 2 kelompok: a. Nekromassa berkayu: pohon mati yang masih berdiri maupun yang roboh, tunggul-tunggul tanaman, cabang dan ranting yang masih utuh yang berdiameter 5 cm dan panjang 0.5 m. b. Nekromassa tidak berkayu: seresah daun yang masih utuh seresah kasar, dan bahan organik lainnya yang telah terdekomposisi sebagian dan berukuran 2 mm seresah halus. a Nekromassa berkayu Cara pengukuran: • Ukur diameter lingkar batang dan panjang tinggi semua pohon mati yang berdiri maupun yang roboh, tunggul tanaman mati, cabang dan ranting. • Catat dalam blangko pengukuran masing-masing, baik untuk nekromassa yang berdiameter 30 cm dan maupun untuk nekromassa yang berdiameter antara 5 - 30 cm. • Apabila dalam subplot maupun plot besar terdapat batang roboh melintang, maka diukur diameter batang pada dua posisi pangkal dan ujung dan panjang batang hanya diukur pada contoh yang masuk dalam sub-plot atau plot besar saja. • Ambil sedikit contoh kayu ukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm, timbang berat basahnya, masukkan dalam oven suhu 80 o C selama 48 jam untuk menghitung BJnya. b Nekromassa tidak berkayu Cara pengambilan contoh seresah • Gunakan kuadran kayubambualuminium. Ambillah contoh seresah kasar langsung setelah pengambilan contoh biomassa tumbuhan bawah, lakukan pada titik contoh dan luas kuadran yang sama dengan yang dipakai untuk pengambilan contoh biomassa tumbuhan bawah. • Ambil semua sisa-sisa bagian tanaman mati, daun- daun dan ranting- ranting gugur yang terdapat dalam tiap-tiap kuadran, masukkan ke dalam kantong kertas dan beri label sesuai dengan kode titik contohnya. • Keringkan semua seresah di bawah sinar matahari, bila sudah kering goyang-goyangkan agar tanah yang menempel dalam seresah rontok dan terpisah dengan seresah. • Ambil sub-contoh seresah sebanyak 100-300 g untuk dikeringkan dalam dalam oven pada suhu 80 o C selama 48 jam. Bila biomassa contoh yang didapatkan hanya sedikit 100 g, maka timbang semuanya dan jadikan sebagai sub-contoh. • Timbang berat keringnya dan catat dalam blangko. Estimasi BK seresah kasar per kuadran melalui perhitungan sebagai berikut: Total BK g = BK subcontoh g X Total BB g BB subcontoh g Keterangan, BK = berat kering dan BB = berat basah

3.7.4 Menghitung Karbonpada Suatu Lahan

Semua data total biomassa dan nekromassa per lahan dimasukkan ke dalam tabel yang merupakan estimasi akhir jumlah C tersimpan per lahan. Konsentrasi C dalam bahan organik biasanya sekitar 46, oleh karena itu estimasi jumlah C tersimpan per komponen dapat dihitung dengan mengalikan total berat masanya dengan konsentrasi C, sebagai berikut Hairiah, 2007: Berat kering biomassa atau nekromassa kgha x 0,46 Khusus untuk hutan tanaman dalam hal ini Pinus, cadangan karbon pada hutan pinus di tahun 1990 dan 2000 didapat melalui perhitungan Mean Annual Increament MAI dan persamaan alometrik untuk Pinus: • MAI = VtV Soeroso, 1961 yang disitasi oleh Harmoko 2004 • Y = 0,0417D 2,6576 Waterloo 1995 disitasi oleh Hairiah dan Rahayu 2010

3.7.5 Menghitung Karbon pada tingkat DAS

Penghitungan selanjutnya adalah menghitung jumlah C tersimpan yang ada pada tingkat DAS kawasan, yaitu mengalikan nilai rata-rata penyimpanan C per sistem penutupan lahan dengan jumlah luasannya sehingga penyimpanan C per kawasan dapat diketahui Hairiah 2007.

3.8 Penilaian Dampak Perubahan RTH Terhadap Peningkatan GRK

3.8.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam tahap ini, yaitu: komputer dan programarcview 3.2. Bahan-bahan yang digunakan dalam tahap ini, yaitu: Citra Landsat 7ETM+ DAS Ciliwung tahun 1990, 2000, 2011 dari USGS, skala 1:250.000, resolusi 90 m x90 m. Deliniasi DAS menggunakan DEM SRTM 90 m. Pengolahan citra dilakukan oleh Badan Planologi Nasional BAPLAN tahun 2012.

3.8.2 Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam tahap ini adalah: 1. Perubahan penutupan lahan pada tahun 1990 – 2011. 2. Perubahan simpanan karbon pada tahun 1990 – 2011.