bermuara ke Sungai Ciliwung. Sementara pada zona V yang termasuk dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta terdapat Sungai Cijantung bagian hilir dan Kali
Condet BPDAS Citarum-Ciliwung 2011. Aliran lainnya adalah saluran irigasi yang mengalir pararel di sebelah
Barat dan Timur Sungai Ciliwung.Saluran di sebelah Timur Sungai Ciliwung merupakan saluran irigasi dari Bendung Katulampa dan beruara ke Sungai
Ciliwung bagian hilir sebelum Pintu Air Manggarai. Saluran buatan ini disebut dengan Kali Baru Timur atau Kali Baru 3 dengan panjang aliran 51,3 km.
Sementara saluran di sebelah Barat Sungai Ciliwung merupakan saluran yang berasal dari Sungai Cipakancilan Sungai Irigasi Bendung Empang. Saluran
tersebut bertemu dengan sodetan Sungai Ciliwung di zona III Kabupaten Bogor dan terbagi dua menjadi Kali Baru 1 dan 2 BPDAS Citarum-Ciliwung 2011.
4.1.1.5. Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial yang paling menonjol dari DAS Ciliwung adalah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Berdasarkan data BPS yang disitasi
oleh BPDAS Citarum-Ciliwung 2011, diketahui bahwa laju perkembangan penduduk Jabotabek mulai tahun 1961-2000 mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Pada tahun 1961, jumlah penduduk Jabotabek baru mencapai 5,65 juta jiwa. Pada tahun 1980 sejumlah 11,65 juta jiwa. Pada akhir tahun 2000 diperkirakan
mencapai 23,31 juta jiwa. Berdasarkan struktur sosial, masyarakat setempat mencapai 80-85 dari populasi DAS Ciliwung hulu, tetapi tingkat kepemilikan
lahan hanya mencapai 20-30. Kondisi demikian menimbulkan permasalahan masyarakat lapar lahan.
Kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah DAS Ciliwung dan sekitarnya sangat beragam dan terus mengalami pergeseran sejalan dengan perkembangan
wilayah Jakarta, Depok, dan Bogor. Kegiatan ekonomi masyarakat pada sektor pertanian, di mana kegiatan usahanya tergantung pada lahan sudah semakin
terbatas, yaitu pada wilayah DAS Ciliwung bagian hulu dan sebagian kecil pada bagian tengah BPDAS Citarum-Ciliwung 2011, sehingga pada saat ini kegiatan
ekonomi masyarakat di DAS Ciliwung beralih menjadi sektor barang dana jasa.
4.1.2. Tutupan Lahan
Potensi cadangan karbon pada suatu lanskap dipengaruhi oleh tutupan lahan pada suatu lanskap tersebut.Berdasarkan data BAPLAN tahun 2012, tutupan
lahan pada DAS Ciliwung pada tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 14.Secara visual dapat dilihat bahwa tutupan vegetasi pada DAS Ciliwung dibandingkan
dengan ruang terbangun memiliki perbandingan luas yang hampir sebanding. Jika menggunakan persentasi, maka luasan DAS Ciliwung di luar tutupan ruang
terbangun, adalah sebesar 52,13 Tabel 4. Kawasan yang bervegetasi rapat kemungkinan adalah berupa hutan pada TWA Telaga Warna dan Gunung Gede di
mana areal ini tergolong ke dalam kawasan lindung. Menurut Adinugroho 2012, pola tutupan lahan pada suatu DAS sangat
menentukan kemampuannya dalam mensekuestrasi karbon. Selain itu, kondisi penutupanpenggunaan lahan merupakan indikator penting dalam mengetahui
karakteristik kondisi hidrologi permukaan BPDAS Citarum-Ciliwung, 2011.Oleh karena itu kondisi DAS di bagian hulu perlu dijaga agar tetap
berfungsi dengan baik sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada daerah bagian hilir.
Kondisi DAS Ciliwung berdasarkan data olahan BAPLAN tahun 2012 menghasilkan tujuh kelas penutupan lahan, yaitu kelas hutan alam , hutan
tanaman, perkebunan, ruang terbangun, pertanian lahan kering, sawah, dan semak Gambar 7. Tipe penutupan lahan, luas dan kontribusi masing-masing tipe
penutupan lahan di DAS Ciliwung disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Penutupan lahan DAS Ciliwung tahun 2011
Jenis Tutupan Lahan Luas ha
Persentase
Ruang terbangun 18.480,82
47,87 Kebun
10.323,63 26,74
Hutan alam 3.922,68
10,16 Pertanian lahan kering
3.773,04 9,77
Hutan tanaman 1.961,76
5,08 Semak belukar
127,97 0,33
Sawah 20,36
0,05 Total
38.610,25 100,00
Sumber: diolah dari BAPLAN 2012