Sekuestrasi Karbon TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Sekuestrasi Karbon

Sekuestrasi karbon umumnya diartikan sebagai pengambilan CO 2 secara semi permanen oleh tumbuhan melalui fotosintesis dari atmosfer ke dalam komponen organik, atau disebut juga fiksasi karbon Hairiah et al. 2001b disitasi oleh Rusolono 2006. Menurut Grey dan Deneke 1976 yang disitasi oleh Irwan 1997 menyatakan bahwa setiap tahun vegetasi di bumi mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO 2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton O 2 ke atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha daun hijau menyerap 8 kg CO 2 yang ekuifalen dengan CO 2 yang dihembuskan oleh nafas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama sebagai hasil pernafasannya. Tanaman khususnya yang berdaun hijau mempunyai kemampuan serapan CO 2 karbon sekuestrasi yang berbeda-beda. Karyadi 2005 dalam Mayalanda 2008 melakukan penelitian mengenai daya rosot CO 2 terhadap 5 jenis tanaman hutan kota di Kampus IPB Dramaga Tabel 2. Tabel 2 Daya rosot karbondioksida pada 5 jenis tanaman hutan kota No. Jenis Daya rosot CO 2 gm 2 hari Daya rosot bersih CO 2 per pohon gphnhari 1. Jati 6,32 298,04 2. Kenari 1,55 363,54 3. Mangga 9,93 1246,64 4. Sawo duren 6,63 648,51 5. Tanjung 7,77 1622,45 Sumber : Karyadi 2005 Purwaningsih 2007 juga melakukan penelitian terhadap 25 jenis tanaman hutan kota untuk mengenai daya rosot CO 2 dengan menggunakan metode yang sama. Hasil penelitiannya menunjukkan daya rosot yang berbeda-beda antar masing-masing jenis Tabel 3. Tabel 3 Daya rosot karbondioksida pada 25 jenis tanaman hutan kota No. Jenis Tanaman Daya rosot bersih CO 2 tiap pohon gjam Daya rosot bersih CO 2 per ha × 10 3 gjam 1. Flamboyan 1,430 0,572 2. Johar 2,750 1,100 3. Merbau pantai 0,356 1,420 4. Asam 0,118 0,047 5. Kempas 4,970 1,990 6. Sapu tangan 0,107 0,043 7. Bunga merak 0,743 0,297 8. Cassia 1280,000 511,000 9. Krey payung 11,800 4,704 10. Matoa 7,180 2,870 11. Rambutan 0,064 0,026 12. Tanjung 0,102 0,041 13. Sawo kecik 1,840 0,734 14. Angsana 0,217 0,087 15. Dadap 0,136 0,056 16. Trembesi 66,300 26,500 17. Saga 7,400 2,960 18. Asam kranji 0,218 0,087 19. Mahoni 2,500 1,000 20. Khaya 0,605 0,242 21. Pingku 99,300 39,700 22. Beringin 622,000 2490,000 23. Nangka 3,410 5,980 24. Kenanga 22,600 9,030 25. Sirsak 25,500 10,200 Sumber : Purwaningsih 2007 Jumlah C tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan C suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah C tersimpan di atas tanah biomasa tanaman ditentukan oleh besarnya jumlah C tersimpan di dalam tanah bahan organik tanah. Indonesia memiliki berbagai macam penggunaan lahan, mulai dari yang paling ekstensif misalnya agroforestri kompleks yang menyerupai hutan, hingga paling intensif seperti sistem pertanian semusim monokultur.

2.5 Efek Rumah Kaca