1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi remaja yang didalamnya terdapat kegiatan pembelajaran dengan kurikulum yang
sesuai dengan ketetapan oleh Departemen Pendidikan. Sekolah juga merupakan salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan bagi siswa.
Sekolah bukan hanya sebagai sarana bagi siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan namun juga merupakan sarana untuk mengembangkan
potensi diri dan pembentukan kepribadian serta kemandirian emosional. Dilihat dari tahap perkembangannya, siswa SMP digolongkan ke dalam
fase remaja awal. Fase remaja awal merupakan transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional. Salah satu tugas perkembangan siswa yang harus dilaksanakan
pada periode remaja adalah kemampuan untuk mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Pada masa remaja
awal, secara fisik siswa SMP sudah mengalami perubahan menuju kedewasaan diri, tetapi secara psikologis pengelolaan kognitif dan
pengelolaan emosi masih belum stabil. Di sisi lain, pada masa ini mereka akan mudah tersinggung jika masih diperlakukan seperti anak-anak.
Bagi kebanyakan remaja, mengembangkan kemandirian emosional merupakan hal
yang sama pentingnya seperti
orang dewasa mengembangkan identitas. Diharapkan remaja memiliki kemandirian
emosional, karena dengan demikian banyak hal-hal positif yang bisa diperoleh oleh para remaja tersebut, yaitu tumbuhnya rasa percaya diri,
tidak tergantung pada orang lain, tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain, bisa menentukan mana yang baik dan yang buruk bagi dirinya, mampu
mengontrol dan mengendalikan emosinya, mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Situasi kehidupan yang dialami oleh remaja yang disebutkan di atas sangat nyata dan bahkan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi remaja yang mandiri yakni remaja yang menguasai dan mengatur diri sendiri, merupakan salah satu tugas perkembangan yang paling
mendasar dalam masa remaja, bagi remaja tuntutan untuk memperoleh kemandirian harus dicapai salah satunya merupakan aspek emosional,
remaja yang mandiri secara emosional antara lain dapat mengontrol dan mengendalikan emosi yang ditampilkanya, kemandirian emosi juga harus
diiringi oleh kematangan emosi seseorang. Di sisi lain, ada juga remaja yang masih tergantung secara emosional
pada orangtuanya, mereka menjadi “anak manja“ yang mengidolakan orangtuanya, orang tuanya dianggap yang paling ideal sehingga remaja
merasa nyaman untuk menuruti keinginan orangtua dalam memperlakukan dirinya. Hubungan orangtua dan anak seperti ini sebenarnya tidak menjadi
masalah, tetapi menyebabkan remaja tidak menjadi mandiri secara emosional. Keadaan tersebut memaksa siswa untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dan menentukan sikap yang tepat tanpa harus bergantung dengan orang lain. Oleh karena itu, sikap yang dibutuhkan untuk
menghadapi dan memecahkan suatu masalah dapat menggunakan sikap kemandirian.
Mencapai kemandirian emosional seperti orang dewasa lainnya merupakan salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dicapai.
Tuntutan untuk memperoleh kemandirian secara emosional bagi remaja merupakan dorongan internal dalam mencari jati diri, bebas dari perintah-
perintah dan kontrol orang tua. Remaja menginginkan kebebasan pribadi untuk dapat mengatur dirinya sendiri tanpa bergantung secara emosional
pada orang tuanya. Bila remaja mengalami kekecewaan, kesedihan atau ketakutan, mereka ingin dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya. Meskipun remaja dapat mendiskusikan masalah-masalahnya dengan ayah atau ibunya, tetapi mereka ingin memperoleh kemandirian
secara emosional dengan mengatasi sendiri masalah-masalahnya dan ingin memperoleh status yang menyatakan bahwa dirinya sudah dewasa.
Melihat kenyataan tersebut, dibutuhkan dukungan serta bantuan dalam pencapaian kemandirian emosional tersebut khususnya keluarga,
lingkungan sekitar dan sekolah. Selain itu guru pembimbing juga mempunyai peran yang besar dalam proses pembentukan kemandirian
emosional siswanya. Guru pembimbing diharapkan dapat memberikan
kesempatan pada siswa agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai
apa yang ingin dilakukan dan belajar bertanggungjawab dengan apa yang dilakukan. Dengan demikian siswa akan dapat mengalami perubahan dari
keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri. Perkembangan kemandirian emosional pada remaja merupakan isu
yang penting dan menarik untuk diteliti dengan isu perkembangan identitas. Pentingnya kajian secara serius terhadap isu perkembangan
kemandirian pada remaja didasarkan pada pertimbangan bahwa bagi remaja, pencapaian kemandirian merupakan dasar untuk menjadi orang
dewasa yang sempurna. Kemandirian emosional remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat membantu, membimbing, dan mendidik agar menjadi pribadi yang mandiri secara emosional. Diantaranya faktor eskternal dan
internal. Faktor internal yang mempengaruhi kemandirian emosional yaitu dorongan dari dalam diri remaja itu sendiri, antara lain usia, jenis kelamin.
Sedangkan faktor eksternal yaitu berbagai stimulasi yang datang dari lingkungan. Faktor eksternal berkaitan dengan pola asuh orang tua, jenis
kelamin, dan tempat tinggal. Salah satu dari faktor tersebut, keluargalah yang sangat berperan penting terhadap perkembangan remaja. Keluarga
merupakan unit terkecil pertama di mana anak tumbuh, dibesarkan, dibimbing, dan diajarkan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan harapan
sosial tempat dimana keluarga tinggal.
Menurut hasil wawancara dari Guru BK SMP Negeri 32 Purworejo tahun ajaran 20152016 masih banyak siswa yang masih tergantung pada
orang tua dalam memutuskan sesuatu, siswa belum berani mengambil inisiatif sendiri, mudah sekali terpengaruh teman-temannya dan belum
mampu mengelola emosinya dengan baik. Untuk itu guru pembimbing perlu mampu menyajikan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk
mengembangkan kemandirian emosional siswa. Hal ini perlu dilakukan karena para siswa juga perlu mampu mengembangkan kemandirian
emosionalnya sebagai
bekal menghadapi
tantangan dan
tugas perkembangan di masa dewasa. Maka diperlukanlah sebuah penelitian
untuk menjawab seberapa rendahkah tingkat kemandirian emosional siswa kelas VII SMP Negeri 32 Purworejo tahun ajaran 20152016 guna
mendukung perkembangannya sebagai pribadi. Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat judul
“Tingkat Kemandirian Emosional Siswa Kelas VII SMP Negeri 32 Purworejo Tahun Ajaran 20152016 dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik- topik Bimbingan”.
B. Identifikasi Masalah