c. Masa remaja sebagai periode perubahan pada emosi, perubahan
tubuh, minat dan peran menjadi dewasa yang mandiri, perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perananya dalam masyarakat.
e. Masa remaja adalah masa yang menimbulkan ketakutan, karena sulit
diatur, dan cenderung berperilaku yang kurang baik. f.
Masa remaja adalah masa yang tidak realistis. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata yang berbeda, melihat dirinya
sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih ketika menentukan cita-citanya.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan
atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir
atau sudah dewasa yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
7. Pentingnya Kemandirian Emosional pada Remaja
Pentingnya kemandirian emosional bagi remaja, dapat dilihat dari situasi yang kompleks terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh
komplektisitas kehidupan remaja tersebut sangat membutuhkan perhatian dalam dunia pendidikan khususnya fenomena yang sekarang terjadi seperti
perkelahian antar remaja, penyalahgunaan obat terlarang, perilaku agresif
dan perilaku menyimpang lainnya. Oleh karena itu fenomena tersebut menuntut dunia pendidikan untuk mengembangkan kemandirian
emosional remaja. Kemandirian emosional sudah mulai berkembang sebelum mencapai
tahap dewasa. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan seorang yang dari kecil mengatakan
“tidak” terhadap berbagai hal yang diminta atau disuruh untuk dilakukan oleh orang tua. Dari contoh ini terlihat bahwa dari sejak dini
seorang individu selalu mencoba untuk terlepas dari orang lain atas kekuasaan atas dirinya sendiri. Kemandirian emosional berkembang pada
tiap tahapan sesuai dengan usia dan tuntutan pada tiap tahap perkembangannya.
Perubahan dan perkembangan fisik yang dialami remaja juga mempengaruhi psikologisnya. Yang menyebabkan konflik batin, perasaan
tersebut berakibat timbulnya rasa tertekan, kesal, ingin marah, mudah tersinggung dan canggung dalam pergaulan. Keadaan yang mudah
berubah-ubah ini disebabkan oleh perubahan fisik dan psikisnya karena remaja dalam masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Yang sering disebut masa perpanjangan dari masa anak-anak, jadi belum mencapai kedewasaan. Melihat keadaan tersebut sebenarnya remaja belum
memiliki tempat yang jelas dan tetap. Ada suatu sisi dimana remaja tidak lagi dikatakan sebagai anak-anak, namun di pihak lain remaja juga belum
tergolong orang dewasa. Remaja belum mempunyai pekerjaan yang tetap dan usaha sendiri untuk benar-benar mandiri terlepas dari orang tua
dengan memikul tanggung jawab sendiri namun mereka masih tergantung terhadap bimbingan dan bantuan orang tua.
Fenomena-fenomena diatas, menuntut dunia pendidikan untuk mengembangkan
kemandirian khususnya
kemandirian emosional.
Kartodinata dalam Desmita, 2012: 189 menyebutkan beberapa gejala yang berhubungan dengan permasalahn kemandirian yang perlu menjadi
perhatian dunia pendidikan, yaitu : a.
Ketergantungan disiplin pada kontrol luar dan bukan karena dari niat sendiri yang ikhlas. Perilaku ini akan mengarah pada formalistik,
ritualistik dan tidak konsisten yang akan menghambat etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri dari kualitas sumber
daya dan kemandirian manusia. b.
Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. Ketidakpedulian terhadap lingkungan merupakan gejala perilaku impulsif yang
menunjukkan kemandirian masyarakat rendah. c.
Sikap hidup yang konformistik tanpa pemahaman dan mengorbankan prinsip. Mitos bahwa segala sesuatu bisa diatur dan berkembang dalam
masyarakat menunjukkan ketidakjujuran dalam berpikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah.
Gejala tersebut merupakan kendala utama dalam mempersiapkan individu-individu yang mengarungi kehidupan masa mendatang yang
kompleks dan penuh tantangan. Oleh karena itu perkembangan
kemandirian emosional menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius, tertata dan terprogram.
8. Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Kemandirian Emosional