a. Grafik Scatterplot
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di-studentized. Hasil uji grafik scatterplot ditunujkkan
pada gambar 4.6. berikut :
Sumber : Hasil Olah Data SPSS.17 Gambar 4.5.
Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Variabel dependen Cash Dividend
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian SPSS.17 Gambar 4.6
Scatterplot Variabel dependen LnCashDividend
Gambar 4.6. menunjukkan bahwa penyebaran residual cenderung teratur, plot yang berpencar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi penelitian ini Situmorang dan Lufti, 2012:108.
b. Uji Glesjer
Uji heterodeksitas dapat dilakukan dengan cara Uji Glesjer, yaitu dengan mengabsolutkan nilai residual kemudian meregresikan dengan variabel
independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
variabel dependen maka ada indikasi terjadi heterodeksitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5 dapat disimpulan model regresi
tidak mengarah adanya heterokedastisitas Situmorang dan Lufti, 2012:116. Hasil uji glesjer ditunjukkan pada tabel 4.11. berikut :
Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas
Uji Glesjer
Variabel dependen Absut
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1 Constant
1.016 1.037
.979 .333
LnROA -.047
.091 -.125
-.510 .612
LnCR -.190
.128 -.252
-1.477 .147
LnTATO .097
.142 .119
.685 .497
LnGrowth -.048
.077 -.102
-.623 .536
LnEPS .067
.064 .218
1.048 .300
a. Dependent Variable: absut
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian SPSS.17
Berdasarkan tabel 4.10. menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel independen yaitu ROA, CR, TATO, Growth dan EPS lebih besar dari tingkat
signifikan 5 α =0,05 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen absolut Ut absut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi penelitian ini.
4.4.1.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode t-1
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya Situmorang dan Lufti, 2012:120. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya gejala
autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Watson DW test. Kriteria yang menunjukkan tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini yaitu :
n = jumlah sampel = 50 k = jumlah variabel = 6
pada tingkat signifikansi diperoleh du = 1,2906 dan dl = 1,8220 Hasil uji autokorelasi ditunjukkan pada tabel 4.12. berikut :
Tabel 4.12 Uji Autokorelasi
Durbin-Watson Variabel dependen
LnCash Dividend
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .903
a
.816 .795
.72229 2.083
a. Predictors: Constant, LnEPS, LnTATO, LnCR, LnGrowth, LnROA b. Dependent Variable: LnCashDividend
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian SPSS.17
Tabel 4.12 menunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar 2,083. Kriteria model regresi ini tidak terjadi autokorelasi yaitu du d 4-du, maka 1,2906 2,083
2,7094. Berdasarkan kriteria dan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi penelitian ini.
4.4.1.4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang berarti antara masing-masing variabel bebas dalam model regresi. Untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
dari nilai tolerance dan variance inflation factor VIF Situmorang dan Lufti, 2012:162. Hasil uji multikolinearitas diperlihatkan pada tabel 4.13. berikut :
Tabel 4.13. Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistic Variabel dependen Ln
Cash Dividend
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian SPSS.17
Tabel 4.13. menunjukkan nilai Variance Inflation Factor pada semua variabel independen yaitu ROA, CR, TATO, Growth, dan EPS lebih kecil dari 10
VIF 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 Tolerance 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada model regresi penelitian
ini.
4.5. Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara return on assets, current ratio, total assets turmover, growth dan
earning per share terhadap cash dividend.
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1Constant
-4.365 1.691
-2.581 .013
LnROA .033
.149 .024
.218 .828
.344 2.904
LnCR .446
.209 .164
2.130 .039
.709 1.411
LnTATO .229
.231 .078
.993 .326
.678 1.475
LnGrowth .041
.126 .024
.326 .746
.770 1.299
LnEPS .921
.104 .833
8.884 .000
.477 2.096
a. Dependent Variable: LnCashDividend
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Analisis Regresi Berganda
Unstandardized Coefficient
Variabel dependen Ln Cash Dividend
Sumber : Hasil Olah Data Penelitian SPSS. 17
Berdasarkan Tabel 4.14. maka model regresi penelitian in adalah sebagai berikut :
Y = -4,365 + 0,033X
1
+ 0,446 X
2
+ 0,229 X
3
+ 0,041 X
4
+ 0,921 X
5
+ e
Dari hasil persamaan regresi linier berganda tersebut di atas dapat dilihat nilai konstanta sebesar -4,365. Hal ini mengindikasikan bahwa Cash Dividend
mempunyai nilai sebesar -4,365 dengan tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel independen ROA, CR, TATO, Growth dan EPS.
Variabel Return On Assets ROA mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0.0,33 yang menyatakan bahwa setiap penambahan ROA sebesar satuan,
maka akan terjadi peningkatan Cash Dividend sebesar 0.033 dengan asumsi bahwa variabel lainnya tetap. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sadalia dan Khalijah yang mengemukakan bahwa Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1 Constant
-4.365 1.691
-2.581 .013
LnROA .033
.149 .024
.218 .828
LnCR .446
.209 .164
2.130 .039
LnTATO .229
.231 .078
.993 .326
LnGrowth .041
.126 .024
.326 .746
LnEPS .921
.104 .833
8.884 .000
a. Dependent Variable: LnCashDividend
Universitas Sumatera Utara
perusahaan untuk membayar dividen. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan return on assets akan menyebabkan peningkatan pembayaran cash
dividend dan sebaliknya penurunan penurunan return on assets akan
menyebabkan penurunan pembayaran cash dividend. Variabel Current Ratio CR mempunyai nilai koefisien regresi sebesar
0,446 yang menyatakan bahwa setiap penambahan CR sebesar satuan, maka akan terjadi peningkatan Cash Dividend sebesar 0.446 dengan asumsi bahwa variabel
lainnya tetap. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono yaitu likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan dalam menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan. dividen merupakan cash outflow, maka makin
kuatnya likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan current ratio akan
menyebabkan peningkatan cash dividend dan sebaliknya penurunan penurunan current ratio
akan menyebabkan penurunan pembayaran cash dividend. Variabel Total Assets Turnover TATO mempunyai nilai koefisien regresi
sebesar 0,229 yang menyatakan bahwa setiap penambahan TATO sebesar satuan, maka akan terjadi peningkatan Cash Dividend sebesar 0.229 dengan asumsi
bahwa variabel lainnya tetap. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hanafi dan Syamsuddin yaitu Total Assets Turnover TATO menunjukkan tingkat
efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio total assets turnover berarti
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan
Universitas Sumatera Utara
untuk menghasilkan laba. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan total assets turnover
akan menyebabkan peningkatan cash dividend dan sebaliknya penurunan penurunan total assets turnover akan menyebabkan penurunan
pembayaran cash dividend. Variabel Growth mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,041 yang
menyatakan bahwa setiap penambahan Growth sebesar satuan, maka akan terjadi peningkatan Cash Dividend sebesar 0.041 dengan asumsi bahwa variabel lainnya
tetap. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Riyanto yaitu Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya
daripada dibayarkan sebagai deviden dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian
rupa sehingga perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber
dana ekstern lainya, maka keadaannya adalah berbeda.
Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan pertumbuhan perusahaan growth akan menyebabkan peningkatan
cash dividend dan sebaliknya penurunan pertumbuhan perusahaan growth akan
menyebabkan penurunan pembayaran cash dividend. Variabel Earning Per Share EPS mempunyai nilai koefisien regresi
sebesar 0,921 yang menyatakan bahwa setiap penambahan EPS sebesar satuan, maka akan terjadi peningkatan Cash Dividend sebesar 0.921 dengan asumsi
bahwa variabel lainnya tetap. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh martati yang mengemukakan bahwa besarnya earning per share EPS yang
dihasilkan perusahaan sangat menentukan besar kecilnya dividen yang akan
Universitas Sumatera Utara
dibayar, karena dividen akan dibayarkan jika perusahaan memperoleh laba bersih per lembar sahamnya. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan earning per
share akan menyebabkan peningkatan cash dividend dan sebaliknya penurunan
earning per share akan menyebabkan penurunan pembayaran cash dividend.
4.6. Pengujian Hipotesis