19
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Kemendiknas 2011 menjabarkan pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu
Pancasila, meliputi : 1 mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; 2
membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; 3 mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada
bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Raka, dkk. 2011menjelaskan beberapa tujuan pendidikan karakter di sekolah mencakup hal sebagai berikut
a.
Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka masing-masing secara maksimal dan mewujudkannya dalam
kebiasaan baik: baik dalam pikiran, sikap, hati perkataan, dan perbuatan.
b.
Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga negara Indonesia yang baik.
c.
Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat mengembangkan kebajikan dan potensi dirinya secara penuh dan
dapat membantu kehidupan yang baik, berguna, dan bermakna.
d.
Memampukan siswa menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan mampu menjadikannya sebagai peluang
untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat.
20
4. Strategi Pendidikan Karakter
Sekolah memiliki harapan dalam upaya pembangunan karakter. Untuk itu, sekolah perlu menjalankan pendekatan pendidikan nilai yang
komprehensif dan menyeluruh dengan menggunakan seluruh fase dalam kehidupan sekolah untuk mendorong perkembangan karakter.
Sejalan dengan pendidikan karakter Lickona, 2013 menjelaskan 12 strategi pendekatan komprehensif terhadap pendidikan nilai dan
karakter, menuntut guru untuk: a.
Bertindak sebagai pengasuh, teladan, dan pembimbing. Artinya guru memperlakukan siswa dengan perasaan cinta dan hormat, memberi
contoh-contoh yang baik, mendukung perilaku pro sosial, dan mengoreksi tindakan-tindakan yang keliru.
b. Menciptakan komunitas moral di kelas. Artinya guru membantu siswa
saling mengenal, menghormati, dan peduli, serta menjadikan mereka merasa sebagai anggota yang dihargai dalam kelompokkelasnya.
c. Mempraktekkan disiplin moral. Guru perlu untuk menciptakan dan
menegakkan peraturan dan menjadikan peraturan tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk menumbuhkan penalaran moral, kontrol diri,
dan sikap hormat yang sama terhadap siapa saja. d.
Menciptakan lingkungan kelas yang demokrastis. Guru melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan dan turut bertanggung jawab
menjadikan kelas sebagai tempat yang perlu siswa tuju sebagai tempat belajar.
21
e. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, menggunakan mata
pelajaran akademis sebagai sarana untuk mengkaji masalah-masalah etis.
f. Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengajari sikap dan
keterampilan tolong-menolong dan kerja sama pada siswa. g.
Membangun nurani dalam bekerja dengan mendorong pertumbuhan tanggung jawab akademis dan sikap hormat siswa terhadap nilai-nilai
dalam belajar dan bekerja. h.
Mendorong refleksi moral melalui kegiatan seperti membaca, menulis, diskusi, mengambil keputusan, latihan praktis, dan debat.
i. Mengajari resolusi konflik agar siswa memiliki kapasitas dan
komitmen untuk menyelesaikan konflik secara adil dan dengan cara- cara non kekerasan.
Sebuah pendekatan yang komprehensif menuntut sekolah untuk: j.
Mendorong kepedulian hingga ke luar kelas, menggunakan model- model peran yang menginspirasi dan kesempatan-kesempatan untuk
melakukan pelayanan pada sekolah dan masyarakat guna memupuk kepedulian pada siswa.
k. Menciptakan budaya moral yang positif di sekolah melalui
kepemimpinan sekolah, budaya kedisiplinan, kepengurusan yang demokratis, yang selalu mendukung nilai-nilai yang diajarkan di dalam
kelas.
22
l. Mengajak orang tua dan masyarakat menjadi mitra dalam pendidikan
nilai dan karakter.
5. Prioritas Nilai-Nilai Pendidikan Karakter