2. Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara Tunggal maupun
Kombinasi
Terapi hipertensi dengan menggunakan satu jenis obat sering dihubungkan dengan efek samping yang lebih besar dibandingkan kombinasi obat dengan dosis
yang lebih rendah. Hanya rata-rata setengah bagian dari pasien yang terapi dengan 1 jenis obat antihipertensi yang dapat dikontrol tekanan darahnya dengan baik.
Setengah bagian dari pasien akan membutuhkan 2 macam kombinasi obat antihipertensi Neutel, 2002.
20 32,50
25 17,50
2,502,50
5 10
15 20
tidak ada
Gambar 10. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara Tunggal
maupun Kombinasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.
Dari gambar 10 dapat kita ketahui bahwa terdapat 8 orang pasien dari total 40 pasien pre-eklampsia, yang tidak mendapatkan terapi antihipertensi. Dari
pengumpulan data diketahui bahwa 5 pasien dari 8 pasien yang tidak mendapatkan antihipertensi mempunyai tekanan darah 160105mmHg sehingga belum
dibutuhkan antihipertensi dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala impending eklampsia, sedangkan 3 pasien lainnya mempunyai tekanan darah 160105mmHg
25 30
35
penggunaan obat antihipertensi
persentase
tunggal 2 Macam
kombinasi obat antihipertensi
3 macam kombinasi obat
antihipertensi 4 macam
kombinasi obat antihipertensi
6 macam kombinasi obat
antihipertensi
tetapi tidak mendapat antihipertensi karena pasien tidak menunjukkan tanda-tanda impending eclampsia
. Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa persentasi penggunaan obat
antihipertensi secara kombinasi lebih besar dibandingkan penggunaan obat antihipertensi secara tunggal yaitu sebesar 47,5. Penggunaan obat antihipertensi
secara tunggal sebesar 32,5. Dari data diatas juga dapat diketahui bahwa kombinasi obat antihipertensi yang paling banyak adalah 2 macam kombinasi obat
antihipertensi yaitu sebesar 52,6 dari total penggunaan kombinasi obat antihipertensi.
Antihipertensi yang ideal memenuhi kriteria sebagai berikut antara lain, efektif lebih dari 24 jam dengan dosis satu kali sehari, mempunyai respon yang
tinggi untuk semua kelompok penderita hipertensi, tidak mempunyai efek samping, tidak mempunyai efek samping metabolik dan murah. Karena sulit mencapai kriteria
obat antihipertensi yang ideal dengan monoterapi maka telah dilakukan percobaan untuk mencapai terapi obat antihipertensi yang ideal dengan mengkombinasikan obat
antihipertensi tambahan dengan dosis rendah Neutel, 2002.
84,60
7,70 7,70
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan secara Tunggal
P er
s en
tase
Metildopa Nifedipin
Furosemid
Gambar 11. Distribusi Penggunaan Jenis Obat Antihipertensi Secara Tunggal di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data pada gambar 11 memperlihatkan distribusi penggunaan jenis obat antihipertensi secara tunggal di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta tahun 2005. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan metildopa secara tunggal mempunyai persentasi paling besar yaitu 84,6 11 kasus
sedangkan persentasi penggunaan nifedipin dan furosemid secara tunggal masing- masing sebesar 7,7 atau masing-masing sebanyak 1 kasus.
Metildopa merupakan obat yang paling banyak digunakan para dokter sebagai obat antihipertensi lini pertama untuk terapi hipertensi dalam kehamilan
berdasarkan laporan yang ada bahwa penggunaan metildopa tidak mempengaruhi aliran darah di plasenta dan hemodinamik dari janin Gifford dkk, 2000. Menurut
Rey dkk 1997, dalam Report of The Canadian Hypertension Society Consensus Conference
, metildopa merupakan obat lini pertama untuk mengatasi pre-eklampsia ringan.
Penggunaan antagonis kalsium nifedipin untuk terapi hipertensi dalam kehamilan khususnya pada kasus pre-eklampsia masih menjadi kontroversi. Sediaan
oral nifedipin telah digunakan tetapi tidak disetujui oleh The Food and Drug Administration FDA
karena telah dilaporkan memberikan efek hipotensi disertai gangguan pada janin Sassen dan Carter, 2005. Nifedipin merupakan obat
antihipertensi lini pertama selain hidralazin dan labetalol untuk mengatasi pre- eklampsia berat yang akut Rey dkk, 1997.
Penggunaan diuretik furosemid untuk terapi pre-eklampsia masih kontroversi karena secara teoritis diketahui bahwa pasien pre-eklampsia mengalami
penurunan volume plasma sehingga pemberian diuretik akan lebih menurunkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
volume plasma sehingga membahayakan kondisi janin, tetapi hubungan ini belum diketahui secara pasti. Karena itu, diuretik tidak digunakan sebagai obat lini pertama.
Menurut Friedman dan Polifka 2000, penggunaan furosemid tidak mengindikasikan risiko kelainan bawaan pada anak dari wanita yang menggunakan
furosemid. Sebuah meta analisis dari 9 penelitian acak yang melibatkan lebih dari 7000
subjek yang menggunakan diuretik, menyatakan bahwa penggunaan diuretik pada wanita hamil dapat mengurangi kemungkinan wanita hamil mengalami edema dan
atau hipertensi dan juga menyatakan bahwa penggunaan diuretik pada wanita hamil tidak peningkatan efek samping pada janin. Diuretik aman digunakan bila
diindikasikan dan dapat menunjukkan respon yang baik seperti antihipertensi yang lain dan penggunaan diuretik tidak dikontaindikasikan pada kehamilan kecuali pada
kasus yang mana perfusi uteroplasenta wanita hamil telah menurun Gifford dkk,
2000.
Walaupun data mengenai penggunaan diuretik pada wanita hamil yang menderita hipertensi masih jarang, tetapi The National High Blood Pressure
Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy menyetujui penggunaan diuretik untuk menurunkan tekanan darah pada masa
kehamilan Gifford dkk, 2000. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50,00
20,00 20,00 10,00
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00
Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi
P er
sen tase
Metildopa dan Nifedipin Metildopa dan
Furosemid Nifedipin dan Furosemid
Nifedipin dan Nifedipin
Gambar 12. Distribusi Penggunaan Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005.
Data pada gambar 12 menunjukkan bahwa kombinasi antara metildopa dan nifedipin mempunyai persentasi terbesar yaitu 50. Penelitian tentang penggunaan
metildopa dan nifedipin dalam menurunkan tekanan darah untuk terapi pre- eklampsia setelah melahirkan adalah efektif Rey, 1997. Kombinasi metildopa dan
furosemid mempunyai persentase yang sama dengan kombinasi antara nifedipin dan furosemid yaitu sebesar 20. Kombinasi antara nifedipin dengan nifedipin sebesar
10. Kombinasi dua obat antihipertensi akan meningkatkan respon sekitar 70- 90. Pasien yang lain akan membutuhkan 3 atau lebih kombinasi obat antihipertensi
untuk mengontrol tekanan darah Neutel, 2002. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Distribusi Penggunaan Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi pada Pasien Pre-eklampsia di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
N0 Kombinasi 2 Jenis Obat Antihipertensi
Jumlah Perse
ntase 1 Metildopa,
Nifedipin dan Nifedipin 1
11,1 2 Metildopa,
Nifedipin dan Terazosin 1
11,1 3
Metildopa, Nifedipin dan Spironolakton 1
11,1 4
Metildopa, Nifedipin dan Furosemid 2
22,3 5 Metildopa,
Nifedipin dan Klonidin 1
11,1 6 Nifedipin,
Amlodipin dan Nifedipin 1
11,1 7
Nifedipin, Furosemid, Metildopa, Klonidin 1
11,1 8 Metildopa,
Kaptopril, Nifedipin, Klonidin, Furosemid,
Teratozin 1 11,1
Total 9 100,0
Dari data tabel III dapat kita ketahui bahwa terdapat 9 kasus penggunaan lebih dari 2 macam kombinasi obat antihipertensi. Penggunaan 3 macam kombinasi
antihipertensi mempunyai persentasi yang lebih besar dibandingkan penggunaan 3 macam kombinasi yaitu sebesar 7 kasus dari 9 kasus yang ada. Terdapat masing-
masing 1 kasus untuk penggunaan 4 macam kombinasi dan 6 macam kombinasi obat antihipertensi. Pada penggunaan 6 macam kombinasi obat antihipertensi, digunakan
kaptopril yang dikontraindikasikan untuk ibu hamil karena bersifat teratogenik. Dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa penggunaan kaptopril pada
pasien diberikan setelah pasien melahirkan sehingga penggunaan kaptopril tidak akan membahayakan janin. Adapun jumlah pasien yang mengalami pre-eklampsia
post partum sebanyak 7,5 3 pasien dari total 40 pasien yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.
3. Cara Pemberian Obat Antihipertensi