Jadi, mengkonsumsi musik tertentu menjadi sebuah cara mengada way of being
di dunia. Konsumsi musik digunakan sebagai tanda yang dengannya kaum muda menilai dan dinilai oleh orang lain. Menjadi bagian dari
subkultural anak muda berarti memperlihatkan selera musikal tertentu dan mengklaim bahwa konsumsinya adalah tindakan kreasi komunal.
Menurut Riesman, tidak menjadi soal apakah komunitas itu bersifat nyata atau imajiner. Yang penting adalah bahwa musik menyediakan sense
pengertian akan komunitas. Ia adalah komunitas yang tercipta melalui tindakan konsumsi: ‘tatkala ia mendengarkan musik, bahkan jika tak ada
orang lain di sekelilingnya, ia mendengarkan dalam sebuah konteks “orang lain” atau imajiner, tindakannya mendengarkan tentu saja seringkali
merupakan sebuah upaya menjalin hubungan dengan mereka’. Tatkala kita mengatakan musik populer, seringkali yang ada di benak kita
adalah lagu. Sebagaimana Gabriel Marcus uraikan,
1
‘kata-kata adalah bunyi yang bisa kita rasakan lebih dahulu sebelum menjadi pernyataan-pernyataan
untuk dipahami’.
B. Perkembangan Industri Musik Nasional dan Internasional
Secara umum perkembangan industri musik lingkup nasional maupun internasional belum bisa di paparkan secara jelas, hal ini akibat dari identitas
musik yang tidak lepas dari khasanah tradisi suatu wilayah yang selalu memunculkan keragaman dalam perkembangannya.
1
Dikutip dari Frith 1983: 14
Musik music bersumber dari kata “muse” yang kemudian diambilalih kedalam bahasa Inggris dan jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai bentuk ‘renungan’. Jadi pada hakikatnya musik adalah suatu perenungan kehidupan.
Menurut Cambell 1977, musik lahir dari paduan ingatan manusia tentang alam semesta ciptaan para dewa, dengan demikian musik tidak hanya
menghibur tetapi juga merupakan hasil perenungan penciptanya berdasarkan ingatan- ingatan akan pengalaman hidupnya dan ketika disajikan pun akan
menggugah seseorang untuk merenungkan hidupnya seperti yang terungkap dalam musik.
Habermayer 1999 menjelaskan bahwa musik adalah bagian integral dari kehidupan seseorang karena musik merupakan aspek vital kehidupan
seseorang yang juga merupakan bahan dasar kehidupan yang menjadikan seseorang memiliki hakikat sebagai manusia. Hal tersebut lebih dipertegas
oleh teori Brown 1997 yang mengatakan bahwa musik berkaitan langsung dengan emosi emotion dan perasaan feelings.
Globalisasi yang merambah hingga pada aspek hiburan yaitu musik, mengadopsi penguasa-penguasa yang memiliki modal besar kapitalis untuk
mendirikan sejumlah perusahaan industri musik rekaman yang di adopsi oleh pihak-pihak dari ‘luar’. Perusahaan-perusahaan tersebut dengan segera
meraksasa mendominasi perindustrian musik rekaman. Sebut saja EMI Entertainment Music Industrial
dan atau Sony Music Record SMR yang
secara nyata menegaskan sebuah kebenaran bahwa mereka memayungi industri musik yang komersial.
Bukan hanya di Indonesia, industri musik di tingkat internasional juga membenarkan bahwa keberadaan industri musik rekaman merupakan sebuah
acuan kemajuan dari dunia musik. Sebut saja WBM Warner Broz Music, Atlantic Record
, dan Sony Music Record yang juga mendominasi dunia musik di luar negeri. Colorado, 2003
Keberadaan perusahaan-perusahaan industri rekaman yang dengan cepat meraksasa, memberikan dampak bagi genre atau aliran-alairan musik yang
tidak memenuhi kriteria untuk bisa masuk dan dikomersialkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Dengan berbenderakan ‘Major label’ perusahaan-perusahaan diatas mampu memonopoli pasar musik baik lingkup nasional maupun internasional.
Adapun kriteria yang disesuaikan adalah bahwa jenis, genre atau aliran musik yang berhak di komersilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut adalah jenis,
aliran musik yang sedang populer atau memiliki prospek finansial yang tinggi. Sebagai akibat dari pengkriteriaan industri musik yang dimonopoli oleh
pihak major label, terciptalah pemberontakan dari para musisi ataupun komponis yang mengantungkan hidupnya secara total dalam bermusik.
Berbagai genre, bentuk, jenis atau aliran musik yang selama ini tidak mendapatkan tempat di perusahaan ‘major label’, bergumul dengan waktu
membuktikan bahwa mereka ada dan dinamakan sebagai komunitas ‘Indie’.
Indie merupakan cap simbolik yang beasal dari kata independent yang berarti merdeka, yaitu kemerdekaan dalam berkreatifitas tanpa sudi di
kendalikan pihak manapun, terutama institusi pasar. Triyono Lukmantoro, Kompas, Februari 2007
Musik dalam budaya pop menjadi sebuah keseragaman, yaitu jenis-jenis aliran musik yang berpeluang banyak diadopsi oleh studio-studio rekaman
adalah jenis atau aliran musik yang dominan digemari oleh masyarakat banyak, sehingga memiliki peluang keuntungan profitable yang jelas dalam
pasar. Musik Indie dapat diartikan sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi
dan berkreasi dengan tujuan sebagai ajang promosi kreatif, bebas, tidak terstandarisasikan dan ditujukan pada masyarakat umum serta produser musik.
admin, Rockisnotdead Berdasarkan tujuan diatas sangat jelas bahwa komunitas musik yang
bernaung pada bendera “Indie Label” lebih menitikberatkan keberhasilannya pada kebebasan untuk berkarya, sesuai dengan kemauan mereka tanpa harus
mempedulikan entah produksi yang mereka hasilkan setara dengan jumlah pengorbanan yang selama ini mereka keluarkan atau malah tanpa hasil apa-
apa.
C. Pasar Bebas dan Pasar Indie label